Friday, August 27, 2010

GUNA FLUOR UNTUK GIGI

-->Rongga mulut merupakan bagian integral tubuh manusia,sehingga masalah kesehatan tubuh secara umum tidak lepas dari masalah kesehatan dalam rongga mulut khususnya masalah gigi geligi. Dengan demikian gangguan yang terdapat dalam rongga mulut dapat mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan serta perkembangan seluruh tubuh.
  • Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan.
  • Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.
  • Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Terdapat empat faktor yang dapat menimbulkan karies yaitu host dan gigi (permukaan gigi), substrat (karbohidrat dalam makanan), mikroorganisme, dan waktu.
  • Meskipun selalu dilakukan pengembangan metode untuk menurunkan jumlah bakteri pada gigi dengan cara mekanis atau mengurangi aktivitas kariogenik dengan bahan kimia, tetapi penggunaan fluor yang tepat masih merupakan cara yang terbaik dalam menanggulangi karies gigi.
  • Hampir semua ahli dalam ilmu kedokteran gigi percaya bahwa prinsip kerja fluor adalah meningkatkan resistensi email terhadap asam pada plak gigi yang dihasilkan oleh bakteri plak.
  • Fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksi apatit pada enamel menjadi fluor apatit.
  • Reaksi kimia : Ca10(PO4)6.(OH)2 + F → Ca10(PO4)6.(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan terhadap asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang merangsang perbaikan dan penyembuhan lesi karies.
LAPORAN GIGI SAKIT
  • Pada saat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan disclosing solution, tampak area kemerahan pada seluruh permukaan gigi, terutama pada gigi-geligi posterior rahang bawah.
  • Hasil pemeriksaan juga menunjukan bahwa terdapat lubang pada gigi molar pertama dan kedua kanan rahang bawah.
  • Hasil pemeriksaan rontgen menunjukan bahwa pada gigi molar pertama terdapat area radiolusen pada mahkota gigi namun belum mencapai pulpa gigi.
  • Pada gigi molar kedua tampak area radiolusen mencapai pulpa dan pada area periapikal gigi.
Merajuk pada kasus di atas, diagnosis yang dapat diambil dari kasus tersebut adalah :
  1. rasa sakit berdenyut
  2. rasa sakit spontan atau bila ada rangsang panas atau dingin
  3. oral hygiene buruk
  4. kalkulus/plak
  5. karies pada M1 mencapai dentin
  6. karies M2 mencapai pulpa dan menyebabkan inflamasi periapikal

  • Untuk menegakkan diagnosis lebih lanjut dapat dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif sebagai berikut :
  1. Pemeriksaan subjektif dapat diperoleh melalui anamnesis, yaitu informasi dari pasien berupa gejala yang dirasakanya.
  2. Pemeriksaan objektif dapat diperoleh melalui pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh dokter gigi, yaitu : tes sondasi, palpasi, perkusi, dan tes CE.
  3. Karies merupakan kerusakan jaringan keras pada gigi. Pembentukan karies dapat dicegah dengan pemberian fluor. Bagaimana mekanisme dan peran fluor dalam mencegah karies akan dibahas di dalam makalah ini
PEMBAHASAN
  • Pada kasus di atas, karies yang terjadi pada gigi molar pertama dan kedua bawah kanan pasien terjadi dikarenakan kebersihan mulut pasien yang buruk.
  • Dengan menggunakan pasta gigi yang berfluor atau meningkatakan asupan fluor, karies dapat dicegah agar tidak sampai menimbulkan pulpitis.
  • Kemampuan fluor untuk mencegah dan menghambat terjadinya karies telah diteliti lebih lanjut.
  • Fluor mempunyai tiga mekanisme aksi dasar, yaitu:
  1. Menghambat metabolisme bakteri
  2. Menghambat demineralisasi
  3. Meningkatkan remineralisasi
1. Menghambat metabolisme bakteri
  • Fluor yang terionisasi (F-) tidak dapat menembus dinding dan membran bakteri , tetapi dapat masuk ke sel bakteri kariogenik dalam bentuk HF.
  • Ketika pH plak turun akibat bakteri yang menghasilkan asam, ion hydrogen akan berikatan dengan fluor dalam plak membentuk HF yang dapat berdifusi secara cepat ke dalam sel bakteri.
  • Di dalam sel bakteri, HF akan terurai menjadi H+ dan F-. H+ akan membuat sel menjadi asam dan F- akan mengganggu aktivitas enzim bakteri.
  • Contohnya fluor menghambat enolase (enzim yang dibutuhkan bakteri untuk metabolisme karbohidrat).
  • Terperangkapnya fluor di dalam sel merupakan proses yang kumulatif.
2. Menghambat demineralisasi
  • Mineral di dalam gigi (email, sementum, dentin) dan tulang adalah karbonat hidroksiapatit, dengan formula Ca10-x(Na)x(PO4)6-y(CO3)z(OH)2-u(F)u.
  • Pada saat perkembangan gigi, mineral pertama yang hilang adalah karbonat (CO3) yang menyebabkan terbentuknya ruangan di dalam kristal.
  • Saat demineralisasi, mineral yang hilang adalah karbonat, tetapi selama remineralisasi karbonat tidak akan terbentuk kembali melainkan digantikan oleh mineral yang baru.
  • Pada kristal yang mengalami defisiensi kalsium tetapi kaya karbonat, akan lebih rentan terhadap asam selama demineralisasi.
  • Karbonat hidroksiapatit (CAP) lebih larut dalam asam daripada hidroksiapatit (HAP= Ca10(PO4)6(OH)2) dan fluorapatit (FAP= Ca10(PO4)6F2) dimana ion OH- pada hidroksiapatit digantikan oleh F- menghasilkan FAP yang sangat resisten terhadap disolusi asam.
  • Fluor menghambat demineralisasi.
  • Fluor yang menyelubungi kristal CAP lebih efektif menghambat demineralisasi daripada fluor yang tergabung di dalam kristal pada email.
  • Fluor yang tergabung dalam kristal pada dosis 20-100 ppm, tidak memberikan pengaruh pada solubilitas terhadap asam.
  • Namun, Fluor yang terkonsentrasi pada permukaan kristal yang baru selama remineralisasi dapat mengubah solubilitas terhadap asam.
  • Pada saat bakteri menghasilkan asam, fluor dalam cairan plak akan masuk bersama asam ke bawah permukaan gigi yang kemudian diadsorpsi lebih kuat ke permukaan Kristal CAP (mineral email) dan menyebabkan mekanisme proteksi yang poten melawan disolusi asam pada permukaan kristal pada gigi.
  • Fluor yang menyelubungi kristal berasal dari cairan plak melalui aplikasi topikal, seperti air minum atau produk fluor.
  • Fluor yang tergabung dalam kristal tidak berperan signifikan dalam proteksi terhadap karies sehingga perlu diberikan fluor terus-menerus sepanjang hidup.
3. Meningkatkan remineralisasi
  • Ketika saliva mengenai plak dan komponen-komponennya, saliva dapat menetralisasi asam sehingga menaikkan pH yang akan menghentikan demineralisasi.
  • Saliva bersama kalsium dan fosfat akan menarik komponen yang hilang ketika demineralisasi kembali menyusun gigi. Permukaan kristal yang terdemineralisasi yang terletak antara lesi akan bertindak sebagai nukleatordan permukaan baru akan terbentuk.
  • Proses tersebut disebut remineralisasi, yaitu penggantian mineral pada daerah-daerah yang terdemineralisasi sebagian akibat lesi karies pada email atau dentin (termasuk bagian akar).
  • Fluor akan meningkatkan remineralisasi dengan mengadsorpsi pada permukaan kristal menarik ion kalsium diikuti dengan ion fosfat untuk pembentukan mineral baru.
  • Mineral yang baru terbentuk disebut veneer yang tidak mengandung karbonat dan komposisinya memiliki kemiripan antara HAP dan FAP. FAP mengandung sekitar 30.000 ppm fluor dan memiliki kelarutan terhadap asam yang rendah.
  • Mineral yang baru terbentuk memiliki sifat seperti FAP yang kelarutan dalam asam lebih rendah daripada CAP.

Dosis yang direkomendasi
  • Dosis fluor yang dibutuhkan untuk terjadinya remineralisasi jauh lebih sedikit daripada dosis untuk menghambat demineralisasi atau sebagai antibakteri.
  • Saliva hanya mempunyai dosis fluor maksimal sebanyak 0.03 ppm dan dosis yang efektif untuk mencegah karies secara menyeluruh adalah sekitar 0.1 ppm.
  • Walaupun pada tahap selanjutnya, dosis yang diperlukan disesuaikan dengan kekuatan asam yang terbentuk oleh proses fermentasi karbohidrat bakteri di mulut dan prevalensi karies individu tersebut. (Featherstone, 2006)
  • Pemberian suplemen fluor tidak berpengaruh pada gigi desidui, tetapi pemberian suplemen fluor pada gigi permanen memberikan efek baik pada resistensi karies.
  • Aplikasi fluor masih mempunyai efek samping berupa fluorosis ringan sampai sedang.
  • Jumlah optimal fluoride dalam air minum adalah 1,2 mg/l. Pada jumlah ini menunjukkan adanya reduksi karies namun tanpa gejala fluorosis.
  • Fluorosis adalah suatu kelainan email, bentuk ringan email menunjukkan bercak putih dan coklat muda yang kemudian menjadi lebih tua.
  • Pada kondisi yang lebih parah ditemukan adanya cekungan-cekungan pada email.
  • Berdasarkan suatu penelitian, ditemukan bahwa flouridasi air pada level optimal dapat mencegah terjadinya karies dan meminimalisasi dental fluorosis.
  • Namun, penelitian lebih lanjut menujukkan bahwa aplikasi fluor untuk pencegahan karies lebih baik dilakukan secara topikal, terutama pada anak-anak.
  • Jadi Karies merupakan penyakit gigi yang sering dialami oleh setiap individu.
  • Oleh karena itu, dibutuhkan suatu senyawa yang dapat menghambat atau mencegah perkembangan karies.
  • Berdasarkan suatu penelitian, flour yang terdapat pada permukaan gigi dapat mencegah demineralisasi dengan membentuk kalsium fluor dan fluoroapatit yang akan mempertinggi remineralisasi email sehingga menjadi lebih resisten terhadap kerusakan oleh asam.
Ada 3 mekanisme aksi mendasar untuk mencegah dan menghambat terjadinya karies, yaitu:
1. Menghambat metabolisme bakteri; dalam bentuk HF, fluor dapat menembus dinding sel bakteri dan mengubahnya menjadi asam sehingga metabolisme bakteri terhambat.
2. Menghambat demineralisasi; Fluor yang diadsorpsi ke permukaan kristal CAP (mineral email) dan menyebabkan mekanisme proteksi yang poten melawan disolusi asam pada permukaan kristal pada gigi, sehingga demineralisasi dapat dihambat.
3. Meningkatkan remineralisasi; Fluor akan meningkatkan remineralisasi dengan mengadsorpsi pada permukaan kristal menarik ion kalsium diikuti dengan ion fosfat untuk pembentukan mineral baru.
  • Sehingga dalam mencegah terbentuknya karies pada gigi dibutuhkan asupan flour yang efisien dan efektif, yaitu sekitar 0.1 ppm.
PUSTAKA
  1. Featherstone, J.D.B., 2000, The Science and Practice of Caries Prevention, The Journal of The American Dental Association,131:888-892
  2. Featherstone, J.D.B., 2006, Delivery Challenges of Fluoride, Chlorhexidine and Xylitol, BMC Oral Health, 6( Suppl 1): S8

No comments:

Support web ini

BEST ARTIKEL