Wednesday, October 6, 2010

THALASSEMIA MAYOR - LETHAL

Thalassemia merupakan penyakit menurun dengan gangguan atau ketidakmampuan memproduksi hemoglobin dan eritrosit.
  • Gejala penyakitnya bervariasi, antara lain anemia, pembentukan tulang wajah yang abnormal, dan pembesaran limpa dan hati.
  • Hal tersebut karena rusaknya eritrosit dalam jumlah yang besar sehingga merusak limpa dan hati .
  • Thalassemia adalah penyakit keturunan dengan gejala utama pucat, perut tampak membesar karena pembekakan limpa dan hati, apabila tidak diobati dengan baik akan terjadi perubahan bentuk tulang muka dan warna kulit menjadi menghitam.
  • Penyebab penyakit ini adalah kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga produksi hemoglobin berkurang ( normalnya berapa klik ini)
  • Thalassemia adalah sekelompok gejala atau penyakit keturunan yang diakibatkan karena kegagalan pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin sebagai bahan utama darah.
  • Darah manusia terdiri dari plasma dan sel darah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keeping darah (trombosit).
  • Seluruh sel darah tersebut dibentuk oleh sumsum tulang, sementara hemoglobin merupakan salah satu pembentuk sel darah merah.
  • Hemoglobin terdiri dari 4 rantai asam amino (2 rantai amino alfa dan 2 rantai amino beta) yang bekerja bersama-sama untuk mengikat dan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
  • Rantai asam amino inilah yang gagal di bentuk sehingga menyebabkan timbulnya Thalassemia .
  • Kerja limpa dan hati sangat berkaitan dengan eritrosit.
  • Limpa berfungsi membersihkan eritrosit yang rusak sedangkan hati merombak eritrosit yang sudah tua.
  • Rusaknya tulang wajah pada penderita anemia karena terdiri atas tulang pipih yang berfungsi sebagai tempat pembuatan eritrosit.
  • Eritrosit yang rusak dalam jumlah besar menyebabkan tulang pipih pada wajah membuat eritrosit pipi, serta menjauhnya jarak antara kedua mata.
  • Penderita Thalassemia bergenotipe ThTh, individu pembawa sifat (normal carrier) bergenotipe Thth, sedangkan individu normal bergenotipe thth .
  • Berikut adalah persilangan antara dua individu, penderita dan normal.
  • Parental laki ThTh X wanita thth
  • Gamet laki Th , sedang wanita th
  • F1 Thth ( Thalessemia minor)
  • Jika terjadi perkawinan dengan sesama Thalessemia minor (Thth)
  • Hasil F2 ThTh : Thth : thth = 1 (Thalessemia mayor lethal): 2 (Thalessemia minor) : 1 (normal)
Pada penyakit Thalesemia berdasarkan rantai asam amino yang gagal terbentuknya, Thalassemia dibagi menjadi Thalasemia alfa (hilang rantai alfa) dan Thalassemia beta (hilang rantai beta).
  • Sementara itu, hilangnya rantai asam amino bisa secara tunggal (Thalassemia minor atau heterozigot) maupun ganda (Thalassemia mayor atau homozigot).
  • Thalassemia minor atau juga Thalassemia trait atau bawaan adalah orang-orang yang sehat, namun berpotensi menjadi carrier atau pembawa Thalassemia.
  • Sementara itu, Thalassemia mayor adalah suatu penyakit darah serius yang bermula sejak awal anak-anak
  • Thalassmia mayor juga disebut Cooley's anemia. Ini adalah warisan yang mempengaruhi gangguan produksi hemoglobin normal. Thalassmia mayor adalah penyakit lethal / mematikan tanpa transfusi darah sering, orang yang terkena thalessemia mayor tidak mungkin bertahan hidup karena besi terbentuk dalam hati dan organ lainnya dan ini bisa menyebabkan gagal jantung
  • Thalassemia disebabkan oleh adanya perubahan / kelainan / mutasi pada gen globin alfa atau gen globin beta sehingga produksi rantai globin tersebut berkurang atau tidak ada.
  • Akibatnya produksi Hb berkurang dan sel darah merah mudah sekali rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120hari).
  • Bila kelainan pada gen alfa maka penyakitnya disebut Thalassemia alfa sedangkan kelainan pada gen globin beta akan menyebabkan penyakit Thalassemia beta
  • Rantai β globin disandikan oleh suatu gen pada kromosom 11; rantai α globin dikodekan oleh dua gen yang terkait erat pada kromosom 16.
  • Dengan demikian, pada orang normal dengan dua salinan dari setiap kromosom, ada dua lokus pengkodean pada rantai β, dan empat lokus pengkodean pada rantai α.
  • Penghilangan salah satu lokus α memiliki prevalensi tinggi pada orang-orang keturunan Afrika atau Asia, membuat mereka lebih mungkin untuk terserang thalassemia α.
  • Thalassemia β pada umumnya diderita oleh orang-orang Afrika, juga di Yunani dan Italia
  • Thalassemia adalah penyakit yang diturunkan secara genetic dan dominan
  • Seseorang memiliki gen yang berasal dari gen kedua orangtuanya. Bila salah satu orangtuanya memiliki gen cacat (Thalassemia) sementara orangtua yang lain sehat, anaknya akan tetap sehat dan hanya mungkin menjadi pembawa (tidak memiliki gejala-gejala Thalassemia yang berat).
  • Sementara itu, bila kedua orangtuanya memiliki gen cacat, anaknya berpotensi menderita Thalassemia mayor.
  • Gen cacat inilah yang dapat menyebabkan kegagalan pembentukan rantai amino pada hemoglobin.
  • Apabila seseorang memiliki 1 gen cacat yang menyebabkan kegagalan 1 rantai asam amino beta, ia hanya menderita anemia ringan sampai sedang yang tidak menimbulkan gejala. Sementara itu, orang yang memiliki 2 gen cacat dapat menderita anemia berat disertai dengan gejala-gejala anemia .
  • Thalassemia dibagi menjadi 2 yaitu thalassemia mayor, yang berarti menunjukan gejala penyakit biasanya sudah muncul sejak usia anak-anak, dan thalassemia trait atau minor yang ditujukan bagi orang-orang sehat, namun dapat meneruskan thalassemia mayor kepada anak-anaknya.
  • Gejala utama adalah anemia (kurang darah merah) disertai komplikasi lain sistem produksi dan distribusi sel darah.
  • Selama ini belum ada terapi definitif selain transfusi darah, harapan untuk masa depan adalah terapi genetik yaitu memasukkan kembali gen normal untuk hemoglobin ini.
  • Karena umurnya pendek maka produksi dan yang mati tidak seimbang, akibatnya penderita mengalami kekurangan sel darah merah.
  • Untuk mempertahankan kondisi yang normal penderita sangat membutuhkan tambahan darah atau yang disebut tranfusi.
  • Dari tranfusi ini timbul pula masalah-masalah lain. Misalnya infeksi, keracunan zat besi (dari hasil sel darah merah yang rusak).
  • Saat ini pengobatan thalassemia mayor di Indonesia masih berupa transfusi darah, biasanya sekali dalam empat minggu.
  • Anak-anak yang menjalani transfusi biasanya tumbuh normal dan hidup bahagia. Namun, untuk hidup lama mereka perlu suntikan desferal hampir setiap hari.
  • Soalnya, transfusi darah membuat zat besi menumpuk di dalam tubuh, dan desferal berfungsi membantu mengeluarkan zat besi dari tubuh melalui air seni, dengan cara ini penderita thalasemia mayor bisa hidup normal dan sehat.
  • Thalassemia, khususnya thalassemia mayor identik dengan kematian karena penumpukan zat besi yang mengganggu organ jantung, dan penderita juga memiliki keunikan khusus, yaitu badannya agak lambat berkembang.
Bagaimana terjadinya gejala pucat atau anemia?
  • Warna merah dari darah manusia disebabkan oleh hemoglobin yang terdapat di dalam darah merah.
  • Hemoglobin terdiri atas zat besi dan protein yang dibentuk oleh rantai globin alfa dan rantai globin beta.
  • Pada penderita Thalassemia beta, produksi rantai globin beta tidak ada atau berkurang sehingga hemoglobin yang di bentuk juga berkurang.
  • Selain itu, berkurangnya produksi rantai globin beta menyebabkan rantai globin alfa relative berlebihan dan akan saling mengikat membentuk suatu benda yang menyebabkan sel darah merah mudah rusak.
  • Berkurangnya produksi hemoglobin dan mudah rusaknya sel darah merah mengakibatkan penderita menjadi pucat atau anemia atau kadar Hb nya rendah
  • Thalassemia lebih sulit didiagnosis dibandingkan penyakit hemoglobin lainnya.
  • Gejala utama Thalassemia adalah anemia. Oleh karena itu, hitung jenis darah komplit dan rendahnya MCV (mean corpuscular volume) dapat membantu diagnose Thalassemia.
  • Elektroforesa bisa membantu, terutama untuk alfa-Thalassemia merupakan penyakit keturunan, diagnosis lain yang bermanfaat adalah berdasarkan pada pola herediter dan pemeriksaan hemoglobin khusus
Bagaimana pengobatan penyakit Thalassemia?
  • Sampai saat ini belum ada obat yang menyembuhkan penyakit Thalassemia secara total.
  • Pengobatan yang paling optimal adalah transfuse darah seumur hidup dan mempertahankan kadar Hb selalu sama atau diatas 12g/dl dan mengatasi akibat efek samping transfuse darah
  • Akan tetapi transfuse darah berulang dapat mengakibatkan penimbunan zat besi pada organ-organ tubuh yang penting (jantung,hati,otak) dan dapat mengganggu fungsi organ-organ tersebut.
  • Untuk pencegahan penimbunan zat besi tersebut dapat digunakan dengan memberikan desferoxamine (desferal) melalui alat pompa (syring drive) selama 10 sampai 15 jam, 5 hari berturut-turut dalam seminggu sehingga zat besi dapat dikeluarkan dari jaringan tubuh.
  • Pada penderita Thalassemia berat diperlukan pencangkokkan sumsum tulang.
  • Dalam hal ini diperlukan donor yang cocok dan sebaiknya dilakukan sedini mungkin sejak kecil, yakni ketika anak belum mendapat transfuse darah, karena semakin sering transfuse semakin besar kemungkinan untuk terjadinya penolakan terhadap sumsum tulang donor
  • Thalassemia merupakan penyakit yang diturunkan melalui kromosom tubuh (autosom) dan bukan kromosom kelamin (gonosom).
Untuk informasi lainnya tentang Thalessemia dapat dibaca informasi ini
Thalassemia major is a rare, complex disease. It is unrealistic to expect that a practitioner with a small number of patients with thalassemia could become expert in the care of patients with this disease. All patients should be referred to Comprehensive Thalassemia Centers for evaluation and development of comprehensive management plans. A similar model of care has been successful for patients with a more common hemoglobinopathy: sickle cell anemia. The following guidelines were developed as a consequence of the Thalassemia Providers Conference held in Pasadena California on June 9, 2000. These guidelines primarily address the management of thalassemia patients who are being transfused. There are other approaches for the management of thalassemia intermedia syndromes, which do not include regular transfusions.

Transfusion is the mainstay of the care of individuals with thalassemia major. The purpose of transfusion is twofold; to improve the anemia and to suppress the ineffective erythropoiesis. Chronic transfusions prevent most of the serious growth, skeletal, and neurological complications of thalassemia major. However, once started, the transfusion-related complications become a major source of morbidity. Standards must be developed and maintained to ensure a safe and rational approach to the use of blood transfusions in the management of these rare disorders.
Patients with heterozygous b thalassemia, E-b°-thalassemia, hemoglobin H disease and Hemoglobin-H-Constant Spring often have a thalassemia intermedia phenotype and do not necessarily require chronic transfusions. In fact, it is best if transfusion can be avoided. The decision to start transfusion is often difficult, particularly in the thalassemia-intermedia syndromes. In general, patients with hemoglobin less than 7 gm/dl will likely require chronic transfusion. However, the institution of chronic transfusion is rarely emergent.

The decision to start transfusions is based on inability to compensate for the low hemoglobin (signs of increased cardiac effort, tachycardia, sweating, poor feeding, and poor growth), or less commonly, due to increasing symptoms of ineffective erythropoiesis (bone changes, massive splenomegaly). The decision to institute chronic transfusions should not be based exclusively on the presence of anemia.
( sunber:
Northern Comprehensive Thalassemia Center)

No comments:

Support web ini

BEST ARTIKEL