Pages

Saturday, April 30, 2011

MENJELANG HARI BURUH MEI 2011

Menjadi buruh TKI adalah sebuah lompatan waktu, bukan ke depan, melainkan ke belakang, jauh, jauh sekali ke b...elakang, minimal ke zaman Firaun. Ah,...aku sadar, saudara-saudariku rela melakukan dan melewatinya lantaran tekanan ekonomi dan keadaan, bukan karena sebuah cita-cita yang telah dibangun sejak usia dini. Jiwaku selalu berontak ketika mendengar sebutan TKI lantaran negeri ini disebut-sebut negara yang memiliki alam yang kaya raya. TKI di satu sisi, negeri kaya raya di pihak lain.

Sungguh bertentangan, bukan? Aku mau, bilang saja dengan jujur, negeri ini memang miskin, telah bangkrut, sehingga isi kepala ini dapat menerima putra-putri terbaik ibu pertiwi ini menjadi sesuatu yang wajar bila mereka mencari nafkah di negeri orang. Coba sekali waktu membaca dan melihat iklan atau alat promosi pariwisata Indonesia,... Halah! Aku melihat proses pembodohan di dalamnya.

Kalau pak pejabat bilang TKI adalah devisa negara ...adalah pejabat yang seenaknya sendiri karena ia tidak dilatih otaknya untuk mengembangkan negaranya , cari aman tetapi bisa kaya , nggak ngeluarin energi pikir yang besar ........dasar

Pepatah lebih baik hujan batu di Negara sendiri daripada hujan emas di Negara lain sudah tidak relevan lagi untuk saat ini bagi mereka. Cerita-cerita tragis mengenai penyiksaan, pemerkosaan dan pembunuhan Tenaga Kerja Indonesia di luar Negeri pun tidak mereka indahkan. Mereka hanya berbekal mimpi dapat memperbaiki hidup dengan menjadi TKI di luar negeri meskipun tidak jarang hanya penderitaan dan penyiksaan yang mereka dapat.


Kalau TKI yang begini ini yang bener bener menghasilkan devisa negara jelas dan tanpa rasa was was ............OK

No comments:

Post a Comment