Pages

Saturday, March 15, 2014

PESAN UNTUK PAK JOKOWI AGAR SEGERA MENYELESAIKANNYA KARENA SIAPA LAGI



Perbandingan besaran anggaran pemberantasan kemiskinan dan tingkat kemiskinan Indonesia (2004-2012).menjadikan keduanya linier , diartikan bahwa semakin anggaran besar diperlukan untuk mengentaskan kemiskinan ternyata tidak semakin berkurang kemiskinan itu
Grafik itu menyimpan absurditas: lonjakan anggaran yang mencengangkan dari 2004 sampai 2012 tak punya kaitan logis dengan pengurangan angka kemiskinan yang beringsut bagai siput. Mengapa? saya nggak tahu mungkin hanya tuhan dan fakir miskin yang mengetahuinya.

Olok-oloknya, kemiskinan yang sedikit berkurang bagai siput itu tidak disebabkan besarnya anggaran pemberantasan kemiskinan lewat program bermakna, tetapi karena (seperti kita) orang miskin secara alami berjuang keras keluar dari kemiskinan, entah ada atau tidak ada anggaran dan program pemberantasan kemiskinan. Walahuallam

Tentu menyakitkan disebut sebagai pemerintahan irelevan, pemerintah yang egosentris . Namun, suara kencang tentang “negara dan pemerintah yang absen” atau “negara tidak hadir” rupanya menunjuk pada tingkat ketercerabutan sedemikian kronis dari arti dan praktik pembangunan. (Saya prihatin ....)

Tak pernah terjadi pembangunan jika prevalensi gizi buruk melonjak dari 4,9 persen (2010) ke 5,7 persen (2013), seperti ditunjuk Riset Kesehatan Dasar 2013. Tidak juga terjadi pembangunan jika tingkat kematian ibu saat melahirkan melonjak dari 229 (2010) ke 359 (2012) per 100.000 kelahiran, seperti dicatat Bank Dunia. Tidak ada pembangunan jika tingkat kesenjangan (Koefisien Giz) melonjak dari 0,33 (2002) dan 0,39 (2007) ke 0,41 (2011). Tak ada pembangunan jika 62 persen jalan di Provinsi Banten rusak, sementara dinasti politik dan bisnis di provinsi itu menjarah anggaran pembangunan secara kolosal.

Dengarkan sinisme orang-orang biasa di kota ataupun desa. Ketika mereka melihat jalan yang diaspal, jembatan yang diperbaiki, gedung sekolah yang dibangun, warga yang dikumpulkan untuk penataran gizi, atau pembuatan KTP elektronik, mereka bilang: “Itu hanya proyek!” Yang mereka maksud adalah kolusi penjarahan anggaran pembangunan oleh para kontraktor/pengusaha, politisi, dan pejabat pemerintah.
Luasnya kemiskinan, penghancuran lingkungan, tingginya malanutrisi dan busung lapar, atau juga penyingkiran kelompok-kelompok minoritas tentulah kondisi tidak beradab. Kondisi perbaikan/ terberantasnya semua itu disebut kondisi lebih beradab, entah upaya ke arah itu disebut “pembangunan”

Bernegara-berbangsa ada adalah untuk ‘kebaikan bersama’ (the common good) seisi negara 

Hanya kamu saja ya (Pak Joko Wi) yang sepertinya bisa menyelesaikan ini, karena kamu bukan pak Citra, kamu bukan seperti sebelumnya.
JOKOWI   

No comments:

Post a Comment