Pages

Wednesday, December 18, 2019

SISTEM KEKBALAN TUBUH KITA


PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
                Sistem immune merupakan sekelompok sel dan substansi yang ditemukan di dalam tubuh yang mampu mempertahankan diri terhadap infeksi, penyakit kanker dan senyawa asing bagi tubuh manusia. sebagian besar pemain utama dalam sistem imun adalah sel – sel yang berasal dari prekursosr di dalam sumsum tulang yang bersirkulasi di dalam darah dan masuk ke dalam jaringan apabila di butuhkkan. sel sel ini terbentuk dari sel sel punca ( steam cells) yang bediferensiasi men jadi sel sel mature berdasarkan tipe turunan (lineage) seluler dan faktor pertumbuhan yang ada.OK
Benjamin S. Sears, lisa spear, rodrigo saenz ,2012: 149

               Sistem imun bekerja melalui beberapa mekanisme sederhana dan kompleks untuk menjaga agar tubuh manusia “ bersih” dengan mencoba menghilangkan semua objek asing. Respon alamiah atau bawaan ( innate) adalah sistem nonspesefik yang kurang memiliki memori imunologi dengan demikian respon imun tidak akan berubah sesering antigen terpajan. imunitas adatif terdiri dari unsur – unsur seluler dan humoral yang merespon stimulus spesifik. imunitas ini mengakibatkan terbentuknya memori hospes yang memungkinkan pengenalan lebih cepat dan respon imun berikutnya yang lebih kuat ketika menghadapi mikroorganisme.
Benjamin S. Sears, lisa spear, rodrigo saenz ,2012: 153 – 163

               Kemampuan sistem imun normal untuk bertahan terhadap infeksi bergantung pada pengenalan dan memori terhadap sejumlah besar antigen, juga pada mekanisme nonspesifik yang kuat untuk memobilisasi dan mengeliminasi mikrobia. pada situasi tertentu fungsi alami yang penting ini dapat bekerja terhadap diri hospes sendiri mengakibatkan reaksi imunopatologis.
Benjamin S. Sears, lisa spear, rodrigo saenz ,2012: 167

               Tipe imunitas yaitu imunitas pasif dan imunitas aktif. imunitas pasif infeksi didapatkan dari antibodi yang sudah dibentuk sebelumnya dari individu lain, spesifis yang berbeda atau dari antibodi hasil rekayasa genetik keuntungan respon imun bersifat segera. sedangkan imunitas aktif infeksi yang terjadi sesudah pajanan terhadap mikroorganisme yang tidak berbahaya. keadaan ini menghasilkan pembentukan sel memori yang dapat memperluas dan memberikan proteksi jika mikroorganisme tersebut masuk kembali.
Benjamin S. Sears, lisa spear, rodrigo saenz ,2012: 175

RUMUSAN MASALAH :

Rumusan masalah ini dibuat untuk memecahkan keruwetan pembelajaran sehingga yahu yang mana penting dan tidak penting OK sehingga nggak muter muter pemahaman nya
ada 6 hal pokok harus dimengerti  di SMA sehingga ketika ditanya langsung OK

  1. Apa itu sistem imun ?
  2. Apa saja turunan mieloid dan limfoid itu ?
  3. Terdiri dari apa saja imunitas adatif itu ?
  4. Bagaimana sistem imun bertahan terhadap infeksi ?
  5. Apa saja kelainan imunodefesiansi yang lebih sering ditemukan ?
  6. Dibagi menjadi berapa tipe imunitas ?
Semua itu untuk menjawab keruwetan

  1. Akhirnya mengerti tentang sistem imun.
  2. Akhirnya mengerti tentang kerja sistem imun.
  3. Akhirnya mengerti tentang tipe – tipe respon imun bawaan.
  4. Akhirnya mengerti tentang bahaya imunitas.
  5. Dan Akhirnya paham dan mengerti kelas – kelas imunoglobulin yang ada sebagai angkatan perang kita mengendus dan melawan antigen .

 IMUNOLOGI

                        Sistem imun terdiri dari sekelompok sel dan substansi uang ditemukan di dalam tubuh yang mampu mempertahankan diri kita terhadap infeksi, penyakit kanker dan senyawa yang asing dalam tubuh manusia. Sebagian besar pemain utama dalam sistem imun adalah sel-sel yang berasal dari prekursor di dalam sumsum tulang yang bersirkulasi di dalam darah dan masuk nke dalam jaringan apabila di butuhkan. Sel-sel ini terbentuk dari sel-sel punca (stem cells) yang berdiferensiasi menjadi sel-sel matur berdasarkan tipe turunan (lineage) seluler dan faktor pertumbuhan yang ada. Sears dkk. 2012:149

TURUNAN MIELOID

Apa ini Mieloid

Sel-sel  turunan mieloid berasal dari granulosit-prekursor-umum monosit. Sel-sel ini mampu berdiferensiasi menjadi sel-sel dalam seri mieloid berdasarkan keberadaan faktor-faktor “pertumbuhan” atau faktor “penstimulasi”.
Sears dkk. 2012:149

Turunan itu meliputi 
  1. Granulosit:
  2. Neutrofil
  3. Eosinofil
  4. Basofil
  5. Sel mast
  6. Sel mononuklear:
  7. Monosit
  8. Makrofag
  9. Megakariosit
  10. Sel dendritik
Granulosit

Granulosit juga di kenal sebagai leukosit polimorfonuklear. meliputi Neutrofil, Eosinofil dan Basofil
Neutrofil
  • Neutrofil-sel-sel polimorfonuklear yang paling banyak beredar dalam darah.hampir 79 % dari seluruh Leucocyt yang ada
  • Neutrofil ini fagosit aktif,  sangat motil, memiliki reseptor untuk antiobodi dan komplomen pada permukaannya , granul azurofilik mengandung  mieloperoksidase (MPO) yang menghasilkan asam hipoklorit.  (Sears dkk. 2012:150)
Eosinofil 
  • Eosinofil-Granulosit ini bertanggung jawab dalam memerangi infeksi oleh parasit di dalam tubuh.
  • Eosinofil berjumlah hingga 1 sampai 5% dari jumlah total sel darah putih.
  • Granulosit  Eosinofil berwarna merah-kuning atau oranye terang dan mengandung histammin serta zat-zat kimia lainnya yang toksik bagi parasit.
  • Eosinofil ini punya peran itama dalam respon alergi. OK misalnya pada penderita asma dan serum sickness). (Sears dkk. 2012:150)
Basofil 
  • Basofil- granulosit yang paling sedikit, hanya berjumlah sekitar 1% dari semua leukosit yang bersirkulasi.
  • Meski sedikit ia juga berperan pokok dalam pertahanan ini , Basofil menyimpan histamin dalam granulnya
  • Adanya Histamin ini bisa Meengantisipasi respons inflamasi yang spesifik (gejala alergi) dengan munculnya  Peradangan atau pembengkakan
  • Basofil  Memiliki reseptor protein pada permukaan selnya yang mengikat antibodi IgE. (Sears dkk. 2012:150)
Sel mast (Mast Cell)
  • Sel mast-: Sel penghuni jaringan ikat yang mengandung banyak granula yang kaya akan  histamin dan heparin
  • Keberadaan Mast Cell Jaringan ikat dan mulosa sehingga orang memberi nama dengan dua tipe Mast Cell
  • Dua tipe sel  mast terdiri dari sel mast jaringan ikat dan sel mast mukosa.
  • Mast Cell memainkan peranan penting dalam reaksi alergi dan anafilaksi dan terlibat dalam proses penyembuhan luka dan pertahanan terhadap patogen.
  • Mengekspresikan reseptor dengan afinitas tinggi untuk IgE.
  • Degranulasi menyeluruh sel mast dapat mengakibatkan vasodilatasi dan,  apabila cukup berat, dapat  syok (anafilaksis) yang mengancam nyawa.(Sears dkk. 2012:150)
Sel-sel Mononuklear berupa Monosit yang berinti satu
  • Sel-sel mononuklear menghasilkan monosit yang akan berkembang menjadi makrofag setelah bermigrasi ke dalam jaringan.
  • Makrofag (MACs;Macrophages)- ditemukan dalam jaringan dan rongga serosa (misalnya, pleura dan peritoneum), sel-sel ini memfagosit patogen. MAC berasal dari sumsum tulang dan terdapat dalam dua bentuk:
  • Karena di dua tempat maka bisa sebagai bentuk
  1. Bebas- Monosit yang merupakan sel nukleoid terbesar dalam darah.
  2. Terfiksasi dalam jaringan- ditemukan dalam sebagian besar jaringan.
Penting ya 
 
MAC tertarik ke tempat inflamasi oleh sitokin (C5a) yang bersirkulasi, dan memiliki tiga fungsi utama:
  1. Fagositosis
  2. Presentasi antigen-MAC menggunakan protein MHC kelas II
  3. Produksi sitokin-IL-1 dan TNF-alfa
 Sel Dendritik
  • Sel-Dendritik ditemukan dengan jumlah sedikit di dalam jaringan paling depan menemani kulit sehingga berhadapan langsung dengan lingkungan, termasuk kulit (tempat mereka sering di sebut sel-sel Langerhans), hidung, paru-paru, lambung dan usus. 
  • Sel-sel ini bertindak sebagai sel-sel yang mempresentasikan antigen (antigen-presenting cells) dengan mengambil antigen dan migrasi ke area sel T di dalam KGB atau limpa(Sears dkk. 2012:150)
TURUNAN LIMFOID (King of Immune) 

Saya menyebut demikian karena Ia yang bertanggung jawab untuk masalah kekebalan terhadap antigen setelah antigen emang jagoan melewati pertahanan non spesifik sehingga antigen bisa masuk ke pembuluh darah OK
  • Sel-sel punca limfoid dapat berdiferensiasi menjadi sel B dan sel T. yang kemudian di buku pelajaran SMA dikenal dengan Lymposit A dan Lymposit B
  • Lymposit  B sebagai (Boss) yang mampu memproduksi antibody OK
  • Berbeda dengan sel hematopoetik lainnya, limfosit tidak membelah (dalam keadaan normal) kecuali jika terstimulasi oleh pajanan antigen dan faktor pertumbuhan. (Sears dkk. 2012:151)
Sel B - Lymposit B
  • Limfosit B memproduksi antibodi (Ab); yang merupakan reseptor glikoprotein yang terdiri dari dua  rantai berat (heavy chains) identik dan dua rantai ringan (lightchains) identik yang di hubungankan oleh ikatan di sulfida anatr-rantai. Antibodi merupakan komponen dasar unsur humoral pada imunitas adaptif.
Berikut penjelasan Komponen struktur antibodi yang penting agar bisa paham OK :
  • Bagian ujung karbosil rantai berat dan ringan terdiri dari bagian rantai yang konstan.
  • Bagian ujung amino rantai berat dan ringan terdiri dari bagian rantai yang bervariasi.
Di laboratorium, papain (enzim proteolitik) di gunakan untuk memecah antibodi menjadi tiga bagian:
  1. Dua fragmen Fab identik
  2. Satu fragmen Fc
 Dua fragmen Fab identik
  • Setiap fragmen dengan satu lokasi yang dapat mengikat antigen
  • Terdiri dari rantai berat maupun rantai ringan
Satu fragmen Fc
  • Tidak mengikat antigen
  • Terdiri dari rantai berat saja.
  • Begitulah pula dengan pepsin (enzim proteolitik lain) yang memecah antibodi tetapi paada lokasi yang berbeda dan menghasilkan dua fragmen:: Fragmen Fc dan F(ab)2
  • Serupa dengan molekul induknya, fragmen ini dapat mengikat dua antigen. (Sears dkk. 2012.:151-152)
 

Variabilitas Antibodi
  • Isotipe- perbedaan pada regio konstan
  • Regio konstan rantai-berat merupakan salah satu dari lima tipe berbeda yang menentukan varian isotipik imunoglobulin
  • Immunoglobulin meliputi : IgM, IgA, IgD, IgG, IgE.
Karakter Immunoglobulin
  • Regio konstan rantai ringan pada immunoglobulin membentuk varian isotipik untuk setiap molekul Ig yang terdiri dati tipe kappa(k) atau lambda (a), namun tidak pernah kedua
  • .Masing-masing regio konstan di kode oleh sebuah gen
  • Regio variabel- kelompok gen yang mengode rantai ringan (k atau a) dan rantai berat yang mengandung:
  •  Kumpulan ~50 gen regio variabel (V;Variable)  5 gen terhubung (J;Joining)
  • Hanya rantai berat yang mengandung sebagian dari~25 gen yang sangat variabel (D). (Sears dkk. 2012:152)
Baik regio variabel rantai-ringan k maupun a dikode oleh dua segmen gen yang berbeda.
  • Salah satu segmen V bergabung dengan salah satu segmen J dari setiap regio variabel rantai-ringan, menbentuk VAJA atau VkJk. 
  • Setiap segmen selanjutnya berikatan dengan segmen konstan (C; Constant), membentuk VJC.
Kelas-kelas antibodi 

  1. IgM : Penanda (marker) infeksi primer, IgM merupakan antibodi pertama yang akan di sekresikan oleh sel-B yang baru saja di aktivasi. Di dalam serum, imunoglobulin ini membentuk pentamer melalui penyatuan regio konstan IgM monomerik lewat rantai J
  2. IgA :IgA plasma bersifat monomerik sementara IgA sekretorik merupakan dimer yang di sekresikan di dalam saliva, air mata, cairan hidung, keringat, kolostrum, paru-paru, traktus urogenital dan gastrointestinal. Dalam mukus, IgA sekretorik mengikat antigen yang larut dan menghambat masuknya antigen tersebut ke dalam tubuh. 
  3. IgD :Sebagian besar molekul IgD di temukan menyatu dengan IgM pada permukaan sel-B dan berfungsi bersama-sama untuk memfasilitasi aktivasi atau supresi sel-B. 
  4.  IgG :IgG merupakan Ig terbanyak, IgG merupakan imunoglobulin utama yang disintesis selama respons sekunder dan memiliki kemampuan untuk mengaktifkan jalur komplemen klasik, juga menginduksi opsonisasi. 
  5. IgE : IgE memiliki peranan penting dalam reaksi alergi dan dalam beberapa infeksi parasit.

Mekanisme kerja
  • Immunoglobulin Berikatan dengan reseptor yang berafinitas tinggi ke sel mast. 
  • Jika suatu alergen terikat dengan omunoglobulin abnormal ini, peristiwa tersebut akan mengakibatkan degranulasi sel mast dan pelepasan mediator inflamasi dan senyawa vasoaktif. Jika hal ini terjadi secara sistemik, hipotensi berat dan syok dapat terjadi.
  •  Epitop imunoglobulin-Epitop adalah bagian antigen yang dikenali oleh reseptor antigen
  • Alotipe (polimorfik)- Dapat terletak pada rantai ringan atau berat ; epitop ini berbeda antar-anggota dari spesies yang sama.
  • Idiotipe- Ditentukan oleh tempat pengikat antigen, idiotipe memiliki sifat yang unik untuk suatu antigen tertentu.
  • \Isotipe- Lazim terdapat pada kelas tunggal imunoglobulin(IgA-IgE) yang di tentukan oleh rantai berat. (Sears dkk. 2012:152-153)
 Sel T - Lymposit T

  • Limfosit T berdiferensiasi di dalam timus dan berfungsi khusus untuk beroperasi terhadap sel-sel yang mengandung mikroorganisme intrasel. 
  • Limfosit ini menggunakan reseptor sel-T (TCR;T-cell reseptors) yang mengenali antigen dan penanda permukaan sel yang dinamakan major histocompatibility complex (MHC) pada permukaan sel hospes.
  • Reseptor sel-T –Terdiri dari rantai a dan b, dan pegodean reseptor tersebut serupa dengan pengodean antibodi.
  • Regio variabel terbentuk lewat penyusunan kembali secara acak kelompok segmen V, D (hanya untuk rantai b) dan J untuk membentuk V:-DJ bagi setiap rantai.
  • Sel- helper- bekerja pada respons antibodi dan seluler. 
  • Sel-sel ini memiliki penanda permukaan CD4 dan mengikat MHC kelas II pada antigen-presenting cells. 
Sel T Helper
  • sel-T helper dapat dibedakan lebih lanjut berdasarkan sitokin yang disekresikan dan komponen mana dari respons imun adaptif yang menjadi target kerjanya. 
Dua sel Helper meliputi sel Th 1 dan Sel Th 2 yang perannya berbeda
  • Sel Th1- berperan dalam imunitas seluler, sel ini memproduksi gamainterferon permukaan CD4 dan IL-2 yang mengaktifkan MAC dan sel-T sitotoksik. 
  • Sel Th 1 penting untuk mengeliminasi infeksi intrasel.
  • Sel Th2- berperan dalam imunitas humoral, sel ini memproduksi IL-4 dan IL-5. 
  • Sel Th2 membantu sel B membuat antibodi yang di tujukan terhadap benda asing, kapsul patogen dan toksin.
Sel T Sitotoksik 
  •  Sel-T sitotoksik- Sel-sel ini memiliki penanda permukaan CD8 dan membunuh sel-sel target setelah mengenali  molekul peptida-MHC kelas I asing ipada membran sel target. (Sears dkk.2012:153)
  • Sel T sitotoksik ini membunuh sel-sel yang terinfeksi virus
  • Sel T cenderung membunuh dengan menyereksikan perforin dan granzim yang mengaktifkan sel target unutk melakukan apoptosisi (kematian sel terprogram). 
  • Proses ini tergantung pada kalsium. (Sears dkk. 2012:154)

PENANDA PERMUKAAN SEL

Molekul permukaan sel sangat penting bagi interaksi seluler normal dengan komponen sistem imun. molekul itu dikenal dengan MHC (Sears dkk. 2012:154)

Major Histocompatibility Complex (MHc)

  • Major Histocompatibility Complex / MHc ini bekerja sebagai penanda permukaan sel yang memungkinkan sel-sel terinfeksi memberikan sinyal kepada sel T sitotoksik dan Sel T helper. 
  • Disamping itu, kemampuan sel T untuk mengenali antigen bergantung pada hubungan antigen tesebut dengan MHc. 
  • Secara klinis, interaksi ini penting bagi keberhasilan transplantasi organ dan dalam penanganan gangguan autoimun. 
Ada dua kelas utama MHc 
MHC kelas I danMHC kelas II
MHC kelas I
  • Kelas 1 – Terdapat pada semua sel berintim
  • Dikode oleh HLA-A, B, C
  • Molekulnya terdiri dari satu polipeptida dengan beta2-mikroglobulin
MHC KELAS II
  • Kelas II - Diekspresikan pada antigen-presenting cells (MAC, sel B, sel Dendriti 
  • Dikode oleh HLA-DR, DQ,DP 
  • Molekulnya terdiri dari dua polipeptida, satu rantai alfa dan satu rantai beta.(Sears dkk. 2012:154 – 155
 Cluster of Differentiation (CD) 
  • Cluster of Differentiation (CD) Kelompok diferensiasi (CD; cluster of differetiation )
  • CD  terdiri dari kumpulan (cluster) sel-sel monoklonal yang bereaksi dengan polipepetida yang sama. 
  • Saat ini terdapat lebih dari 250 nomor 
Berikut CD yang sudah diketahui nomernya dengan jarakter dan perannya
Nomor CD
Ekspresi
Fungsi
CD1
Sel dendrik Interdigitasi
Mempresentasikan gliklolipid dan antigen nonpeptida lainnya pada sel T
CD3
Sel T
Mentransduksikan unsur-unsur reseptor sel T
CD4
T-Helper, MAC, monosit
MHC Kelas II, reseptor HIV
CD5
Limfosit T dan B
Berpean dan pensinyalan reseptor Ag
CD8
T- Sitotoksik
MHC kelas 1
CD14
Granulosit, MAC, monosit
Reseptor kompleks LPS/LBS
CD19
Limfosit-B, sel dendrik
Bagian dari kompleks reseptor Ag sel B
CD20
Limfosit B
Sinyal intrasel
CD21
Limfosit B, sel dendrik
Reseptor untuk C3d dan virus Epstein Barr, bagian dari kompleks reseptor Ag sel B
CD34
Progenitor
Molekul adhesi, penanda sel punca
CD56
Sel berinti
Penting untuk pengenalan sel NK
Sears dkk. 2012:155 )

IMUNOLOGI
  • Umunya sistem imun akan mengenali dan menyeleksi substansi “diri sendiri (self)” dari substansi yang “bukan diri sendiri/asing (nonself)”. 
  • Benda Asing (Alien) disini adalah segala sesuatu yang berbeda dari komposisi molekuler orang itu sendiri. Bayipun sebenarnya alien sehingga seorang wanita yang terjadi awal implantasi tubuhnya melakukan pertahanan dengan terjadi perubahan mual , muntah dll
  • Bentuk substansi asing tersering adalah mikroorganisme, namun juga dapat meliputi substansi seperti obat-obatan, sel-sel, kanker bermutasi atau makanan (misalnya, kacang). (Sears dkk. 2012:157 )
  • Sistem bekerja melalui beberapa mekanisme sederhan adan kompleks untuk menjaga agar tubuh manusia “bersih” dengan mencoba menghilangkan semua objek asing. 
  • Saat membaca bab ini, tanamkan dalam pikiran anda bahwa infeksi bakteri mengakibatkan respon imun humoral hospes yang menyebabkan mobilisasi se-sel B, leukosit polimorfonuklear (PMN) dan sel-sel Th2, 
  • Sementara itu, virus, jamur, mikobakterium, protozoa, parasit dan neoplasma mengakibatkan respon imun seluler yang diperantai sel T dan makrofag. (Sears dkk. 2012 :157 )


SAWAR PERTAHANAN AWAL (Pertahanan Non Specifik)
  • Sebelum setiap subsansi asing dikenali dengna diproses, substansi tersebut pertama tama harus'berpenetrasi ke dalam tubuh Sawar (barrier) ini bekerja sebagai bars pertahanan pertama
  • Sawar permukaan: kulit yang utuh tidak dapat ditembus oleh sebagian besar mikroorganisme
  • Membran mukosa: enzim-enzim (dalam saliva dan air mata), mukus, asam (Ph lambung yang rendah). 
  • Antagonisme mikroba: flora mikroba alami seorang manusia dapat mempertahankan tubuh terhadap mikroba patogen. 
  • Jika suatu mikroorganisme berpenetrasi ke dalamtubuh, terdapat dua tipe utama respons imun yang dapat diaktifkan : respon imun alamiah atau didapat dalam Tabel berikut. (Sears dkk. 2012:157 – 158
Tinjauan tentang Beberapa Sitokin yang penting dan Fungsinya (Lanjutan)

Sitokin
Sumber
Fungsi
IL-1
Monosit, makrofag, sel NK, sel-B
*Kostimulasi aktifasi sel-T melalui peningkatan produksi IL-2
*Mengiduksi IL-1, 6,8, Tna-CSf lewat makrofag
*Sitotoksisitassel NK
*Meningkatkan proliferasi sel-B dan poinflamasi maturasi
*Menginduksi demam
IL-2
Th1
*Menginduksi proliferasi sel T dan –B
*Meningkatkan pembunuhan sel tumor dan bakteri oleh monosit dan makrofag
IL-3
Sel-T, sel NK, sel mast
*Menginduksipertumbuhan dan diferensiasi prekursor hematopoesis
*Menstimulasi pertumbuhan sel mast
IL-4
Th2, sel NK
*Menginduksi sel-sel Th2
*Menstimulasi proliferasi/aktifasi sel-B
*Menginduksi perubahan imunoglobulin menjadi IgG dan IgE
(Sears dkk. 2012:157 – 158 )

Tinjauan tentang Beberaa Sitokin yang penting dan fungsinya (Lanjutan)

Sitokin
Sumber
Fungsi
IL-5
Th2, sel mast
*Menginduksi proliferasi eosinofil
*Menstimulasi perubahan menjadi IgA
IL-6
Th2, monosit
*Diferensi sel punca mieloid dan sel-B menjadi sel plasma
*Meningkatkan proliferasi sel-T
IL-8
Monosit
*Memerantai kemotaksis dan mengaktifkan neutrofil
IL-10
Th, sel-B, monosit
*Menghambat IL-2 dan sel Th1
*Menghambat diferensiasi sel dan proliferasi sel T
*Meningkatkan diferensiasi sel-B
1L-12
Monosit
*Diferensiasi Th1
*Meningkatkan sitotosiistas sel NK dan T CD8
TNFα
Th, monosit, sel mast, sel NK, sel-B
*Sitotoksisitas tumor
*Menstimulasi sekrei sitokin
*Antivirus
*Kakeksia kanker
IFNα
Leukosit
*Menghambat replikasi virus
*Menguatkan MHC kelas 1
IFNβ
Fibroblast
*Menghambat replika virus
*Menguatkan MHC kelas 1
IFNy
Th1, sel NK
*Menghambat replikasi virus
*Menguatkan MHC kelas 1 dan II
*Menghambat proliferasi Th2
GM-CSF
Th, endotelium, fibroblast, sel mast
*Menstimulasi pertumbuhan progenitor monosit, neutrofil, eosinofil dan basofil
*Mengaktifkan makrofag
G-CSF
Fibroblast, endotelium
*Menstimulasi pertumbuhan progenitor neutrofil
M-CSF
Fiboblast, endotelium, epitelium
*Menstimulasi pertumbuhan progenitor monosit
TGFβ
Sel-B, makrofag, sel mast
*Poinflamasi
                  (Sears dkk. 2012:158)


RESPONS IMUN ALAMIAH (BAWAAN)

Respons alamiah atau bawaan (innate) adalah sistem nonspesifik yang kurang memiliki memori imunologi, dan dengan ddemikian respons imun ini tidak akan berubah sesering apapun suatu antigen terpajan.(Sears dkk. 2012:158 )

Tipe-tipe Respons Imun Bawaan :

  • Fagositosis adalah proses tiga tahap yang meliputi memasukkan antigen target kedalam fagosom intrasel, menyatukannya (fusi) dengan granul sitoplasma, dan membunuhnya dengan pemecahan oksidatif (0xidative burst).P
Tipe-tipe sel yang terlibat dalam fagositosis meliputi:

  1. Makrofag
  2. Lapisan Dinding sel nya
  • Makrofag yang mengnaali salah satu jenis gula yang terdapat pada lapisan luar
  • mikroorganisme meliputi:Lapisan luar gram negatif terdiri dari lipopolisakarida (LPS) 
  • Dinding sel asam teikoat (teichoic acid) gram positif.Zat ini dikenali oleh reseptor]
  • Jaringan penting yang mengandung MAC
Pengenalan pola makrofag yang mengakibatkan rangkaian B sinyal yang memulai fagositosis mikroorganisme dan peningkkatan gen proinflasi.\

Jaringan penting yang mengandung MAC meliputi:
  • Paru-paru – makrofag alveoli
  • Hepar- Sel Kupffer
  • Sinusoid limpa – Sel RES
  • Sinus medularis KGB – Sel dendritik
  • Di seluruh membran basalis pembuluh darah
  • Ginjal- Sel mesangial
  • Kulit- Sel Langerhans
  • Otak – Sel mikroglia
  • Tulang – Osteoklast
  • Jaringan Konektif – Skitosit, sel raksasa (giant cell) atau sel epiteloid
  • Sel polimorfonuklear/neutrofil
  • Sel polimorfonuklear/neutrofil Mengandung dua tipe granul utama:
  • Granul azurofilik primer
  • Mieloperoksidase
  • Defensin
  • Katepsin G
  • Granul spesifik sekunder
  • Laktoferin
  • Lisozim (Sears dkk. 2012:158 – 159 )
Mediator inflamasi
  • Mediator inflamasi dilepaskan oleh basofil, sel mast dan eosinofil.
  • Interleukin (IL)-1,IL-6, tumor necrosisi factor (TNF
  • Menimbulkan demam.
  • Banyak mikroorganisme telah beradaptasi untuk pertumbuhan optimal pada suhu tubuh
  • Dengan demikian, peningkatan suhu tubuh dapat menghambat sebagian pertumbuhan
  • Juga meningkatkan pelekatan leukosit, bekerja sebagai prokoagulan dan menginduksi proliferasi fibroblast.
  • Interferon – protein ini menempatkan sel-sel yang tidak terinfeksi dalam status antivirus dan menginduksi produksi protein yang menghambat sistesis protein virus.
  • Menginduksi aktifitass DNAse dan RNAse intrasel yang secara enzimatik
  • Juga menstimulasi aktifitas fagositik sel NK (Sears dkk. 2012:159 – 160 )
Sel-sel Natural Killer Sel-sel natural killer (NK)menyebabkan destruksi nonspesifik sel-sel terinfeksi virus dan sel-sel tumor ganas dengan menyekresikan sitoksin dan apoptosis yang mengikat ligant Fas-Fas. Reseptor NK meliputi:

1. Killer activating receptor- mengenali sejumlah molekul berbeda yang terdapat pada permukaan semua sel berinti. Jika reseptor ini ditempati, suatu sinyal dikirimkan kepada sel NK untuk dihancurkan sel tersebut.
a. Dalam sel normal, sinyal ini dibatasi oleh sinyal inhibisi yang dikrim oleh killer inhibitory reseptor setelah pengenalan molekul MHC kelas I.
b. Jika suatu sel terinfeksi oleh mikroorganisme atau jika sel berubah menjadi sel ganas, molekul MHC I akan hilang dan keadaan ini menginformasikan sel NK untuk menghancurkan sel tersebut.
c. Sel-selNK dimobilisasi oleh sitokin IL-12 dan gama interferon

2. Reseptor Fc sel NK – Mengikat igG )FcNKCR; Fc Natural Killer Receptors).

Sel-sel ini kemudian dibunuh oleh sitotoksitas seluler bergantung antibodi (imunitas didapat). (Sears dkk. 2012:160 )

Kaskade komplemen

Sistem komplemen merupakan sekelompok protein serum yang menhasilakan molekul efektor yang terlibat dalam proses inflamasi (C3a, C5a), fagositosis (C3b) dan lisis sel (C5b-9). Proses ini, secara bersama-sama membentuk perthanna penting terhadap mikroorganisme khusunya bakteri gram- negatif. (Sears dkk. 2012:160 )

Kaskade komplemen diaktifkan oleh tiga mekanisme yang berbeda.

1. Jalur klasik- Kompleks antibodi- Antigen (Respons imun didapat).
Jalur ini dimulai dengan pengikatan antibodi IgG dan IgM yang spesifik pada antigen permukaan yang selanjutnya dikenali oleh komponen C1 yang bergantung – kalsium.

C1 yang aktif menyerang C2 dan C4
C2 yang diserang terpecah menjadi fragmen kecil (C2b) dan besar (C2a) sementara C4 juga terpecah menjadi fragmen kecil (C4a dan besar C4b)

· C4b dan C2a bergabung dan melekat pada kompleks antigen – antibodi, membentuk konvertase C3.
Konvertase C3 mencegah C3 menjadi fragmen kecil (C3a) dan besar (C3b). Sebagian C3b diendapkan pada membran, bekerja sebagia tempat pelekatan untuk sel polimovagositik dan MAC, Sementara sebagian lagi tetap terkait dengan C4b dan C2a membentuk konvertase C5.

· Konvertase C5 memecah C5 menjadi C5a (kecil) yang bergabung dengan C3a untuk menginduksi respon inflamasi (bekerja dalam sel mast, polimor dan otot polos) ; dan C5b (besar) yang memulai perakitan C6-9 dan kompleks menyerang membran (membran attack kompleks).

2. Jalur akternatif –diaktifkan oleh toksin, dinding sel mikroba dan IgA (respons imun bawaan).
Jalur ini dimulai oleh berbagai toksin dan polisakarida dan sebagian antibodi (IgG) tanpa antibodi molikul yang secara alami merupakan karbohidrat atau lipit, terasuk manosa dan lipopolisakarida (LPS) mikroba, dapat mengaktifkan sistem komplemen. Jalur ini tidak bergantung pada ion kalisum, komponen C1, C2 atau C4 (jalur klasik bergantung pada semua komponen ini).

Jalur alternatif memulai konfersi C3 dengan produk bakteri atau IgG dan menghasilkan kompleks faktor B dengan C3b, memproduksi enzim konfertase C3bBb aktif.

Properdin menstabilkan kompleks C3b – B sehingga memungkinkan konfersi C3 dan aktifasi enzim konsfertase C5 selanjutnya. Jalur ini kemudian diikuti oleh pembentukan membran attack komplek.

3. Jalur lisis- mengakibatkan lisis langsung membran sel bakteri mnghasilkan kebocoran komponen intrasel dan kematian sel.
Dimuali dengan pemeriksaan C5 oleh enzim konfertase (klasik: C3b – C2a- C4b; atau alternatif : faktor –C3b properdin- Bb)

Komponen C6 – C8 serum menyatu dengan sepuluh atau lebih molekul C9 membentuk membran attack komplek yang menyusun ke dalam membran sel bakteri menimbulkan lisis sel. (Sears dkk. 2012:160 – 161 )

Respons Fase-akut

Respon fase akut adalah pertahanan tubuh bawaann yang terlihat saat menderita penyakit akut. Keberadaan benda asing didalam tubuh atau kerusakan jaringan akan memprofokasi respon inflamasi propektif (inflamasi akut) yang mengakibatkan :

Peningkatan aliran darah,
Peningkatan permebilitas kapiler pada lokasi cedera yang menungkinkan sel-sel darah limafatik dan komponen serum masuk kejaringan yang sakit.
Respon ini secaraklinis ditandai oleh gejala bengkak, merah, panas dan nyeri pada tempat infeksi. Sel-sel pertama yang tiba ditempat cedera (neutrofil dan makrofrag) mnyekresikan sejumlah molekul protei, yang disebut sitokin, kedalam aliran darah; molekul sitokil ini berfungsi untuk merekrut sel-sel lainnya dan menghentikan inflasi yang akan terjadi. (Sears dkk. 2012:161)
Macam – macam sitoksin yang terpenting :
o Diskresikan oleh makrofag
o Mengaktifkan limfosit- T dan –B, neutrofil dan fibroblast.
IL- 6

o Diskresikan oleh sel T dan makrofag
o Menginduksi produksi protein fase akut oleh hati
TNF – alfa

o Dilepaskan oleh makrofag

o Juga dikenal dengan nama cachectin.

o Menstimulasi respons fase akut didalam hati. (Sears dkk. 2012: 162)

Sitoksin yang bersirkulasi ini menimbulkan respon pada organ multipel:

1. Hati – merespon sitoksin yang bersirkulasi (IL-6) dengan mmproduksi sejumlah besar protein (protein fase akut). Protein ini diproduksi untuk menghadapi invasi mikroorganisme maupun bentuk-bentuk kerusakan jaringan lainnya:

Protein C- reaktif
oGlobulin pentamer yang kadarnya meningkat secara dramatis dalam berapa jam setelah kerusakan jaringan atau infeksi.

oMengikat fosforilkolin yang ditemukan pada permukaan sel dibanyak bakteri, memfiksasi komplemen dan menginduksi fagositosis.

Menginduksi pelepasan sitoksin dan faktor jaringan (tissue factor) pada monosit.(Sears dkk. 2012.: 162)
Protein pengikat manosa (mannosa –binding protein)

mengikat permukaan bakteri dan meningkatkan aktivasi jalur komplemen alternatif. (Sears dkk. 2012: 162)

Faktor koagulasi- fibrinogen, protombin, faktor VIII, faktor von Willebrand, plasminogen.

Faktor komplemen



1. Sumsum Tulang- menstimulasi produksi colony- stimulating factor (CSF) sehingga terjadi leukositosis.
2. Hipotalamus- sitoksin perifer dapat bekerja pada hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh sehingga terjadi demam.
3. Lemak dan otot – sitoksin meningkat mobilisasi simpanan energi untuk menaikkan suhu tubuh.
4. Mobilisasi sel T – sel T memperantarai berbagai reaksi, meliputi:
a. Destruksi sitotoksik bakteri dan sel- sel yang terinfeksi virus.
b. Aktivasi mkrofag
c. Hipersensitivitas tipe lambat (delayed hypersensitivity).
d. Juga membantu sel- B memproduksi antibodi terhadap banyak antigen.

5. (Sears dkk. 2012: 162-163)

1. Mobilisasi sel-B- produksi IL4 dan IL5 oleh sel T helper yang aktif akan menghidupkan atau mengaktifkan selB yang memproduksi antibodi. Imunoglobulin melindungi dari mikroorganisme melalui beberapa mekanisme, yaitu:


1. Menetralkan toksin

2. Lisis bakteri dengan adanya komplemen

3. Opsonisasi bakteri memfasilitasi fagisitosis

4. Mengganggu pelekatan bakteri dan virus pada permukaan sel. (Sears dkk. 2012:163)


IMUNITAS ADAPTIF
Imunitas adaptif terdiri dari unsur-unsur seluler dan humoral yang merespon stimulus spesifik. Imunitas ini mengakibatkan terbentuknya memori hospes yang memungkinkan pengenalan lebih cepat dan respons imun berikutnya yang lebih kuat ketika menghadapi mikroorganisme (respon sekunder). (Sears dkk. 2012:163)


A. Imunitas Seluler

Imunitas seluler (cell mediated immunity; CMI) adalah respon imun yang meliputi aktivasi makrofag, produksi limfosit –T sititoksik yang spesifik –antigen dan pelepasan berbagai sitokin sebagai respon terhadap suatu antigen.


  1. Bakteri memasuki tubuh dan dimakan oleh makrofag.
  2. Bakteri tersebut diecah dan fragmennya, yang disebut antigen atau epitep, diekspresikan pada permukaan makrofag bersama protein MHC kelas II.
  3. Antigen dan protein MHC kelas II berinteraksi dengan reseptor spesifik antigen pada permukaan limfosit –T CD4.
  4. Interleukin IL-1 dan IL-2 menyebabkan aktivasi sel-T helper dan proliferasi klonal sel-T helper yang spesifik –antigen ini.
  5. Secara bersama-sama, limfosit –T dan makrofag menghancurkan agen yang menyerang tubuh.

Dalam sel yang terinfeksi virus atau sel yang terinfeksi patogen intrasel, sel-sel yang terinfeksi tersebut mengekspresikan epitopnya dengan protein MHC kelas I. Sel –T sitotoksik akan mmbunuh setiap sel yang permukaannya mereka kenali memiliki kombinasi yang sama dengan antigen MHC kelas I plus virus. (Sears dkk. 2012:163)


B. Imunitas Humoral

Imunitas humoral menunjukkan respon imun yang diperantarai antibodi. Imunitas humoral ditujukan untuk penyakit yang menginduksi pembentukan toksin, infeksi oleh mikroorganisme dengan kapsul polisakarida (pneumokokus, meningokokus, H. Influenzae) dan infeksi virus tertentu. (Sears dkk. 2012:163)


Antibodi berfungsi lewat tiga mekanisme penting.

1. Menetralkan toksin dan virus – mengikat dan mencegah pelekatan.

2. Mengopsonisasi mikroorganisme – menyebabkan fagositosis mokroorganisme menjadi lebih baik lagi.

3. Aktivasi komplemen – mengaktifkan opsonisasi yang diperkuat komplemen dan lisis. (Sears dkk. 2012: :164-165)


B. IMUNOLOGI

I. IMUNITAS BERBAHAYA


Kemampuan sistem imun normal untuk bertahan terhadap infeksi bergantung pada pengenalan (recognition) dan memori terhadap sejumlah besar antigen, juga pada mekanisme nonspesifik yang kuat untuk memobilsasi dan mengeliminasi mikroba. Pada situasi tertentu, fungsi alami yang penting Ini dapat bekerja terhadap diri hospens sendiri mengakibatkan reaksi imunopatologis. (Sears dkk. 2012: 167)


A. Autoimunitas : Autoantibodi dan Kelainan Reumatoid


Autoimunitas mengacu kepada hilangnya tolersansi terhadap diri sendiri. Banyak diantara penyakit ini menstimulasi sel-B self – reactive sehingga timbul autoantibodi spesifik yang dapat terdeteksi secara klinis dan membantu dalam diagnosis dan tatalaksana. (Sears dkk. 2012:167)


B. Hipersensitivitas


Hipersensitivitas mengacu pada respons imun yang berlebihan yang menimbulkan kerusakan jaringan atau organ.


Tipe I- Hipersensitivitas akut (alergi, anafilaksis, segera)


o Tipe I memerlukan dua pajanan dengan antigen/ alergen spesifik yang sama.


1. Pajanan pertama menimbulkan sensitisasi dan produksi antibodi IgE di dalam darah, yang berikatan dengan reseptor pada sel mast dan atau basofil.

2. Pajanan kedua dengan alergen mengakibatkan alergen – IgE pada permukaan sel mast dan atau basofil sehingga terjadi granulasi dan pelepasan granual basofilik yang mengandung histamin dan amin vasoaktif lainnya. Keadaan ini pada akhirnya mengakibatkan reaksi lokal (alergi) atau reaksi sistemik (anafilaksis) yang bersifat segera.


o Contoh- contoh tipe I:

  • Anafilaksis sistemik
  • Rhinitis alergi dan asma
  • Dermatitis atopik
  • Alergi penisilin
  • Alergi makanan (misalnya, kacang tanah, kerang- kerangan)
  • Urtika dan peradangan lokal. (Sears dkk. 2012: 169)

· Tipe II- Hipersensitivitas sitotoksis (bergantung antibodi)

o Pada saat respon imun, antibodi yang terbentuk dapat mengenali dan menyerang komponen molekuler hospens pada permukaan sel dan jaringan melalui salah satu diantara dua cara berikut ini:

1. Pengenalan langsung molekul pada permukaan sel hospes yang terpajan akibat cedera yang secara normal tidak terlihat oleh sistem imun dan dengan demikian bersifat imunogenik.

2. Nonantigen ekstrinsik diserap ke permukaan sel hospes. Ketika sistem imun menyerang antigen pada permukaan sel, serangan ini menimbulkan destruksi antigen, demikian pula pada jaringan tempat antigen tersebut terikat.


o Mediasi terjadi lewat IgE atau IgM yang terikat dengan Ag pada jaringan sehingga mengakibatkan aktivasi pengendapan komplemen jalur klasik dan produksi mediator inflamasi multipel ditempat ini.

o Hasil akhirnya adalah kematian sel dan lisis yang terjadi karena produksi membrane attack complexes dan fagositosis sesudah opsonisasi pada permukaan jaringan hospes.

o Contoh –contoh tipe II:


  • Anemia hemolitik autoimun
  • Anemia hemolitik terinduksi obat (misalnya metildopa)
  • Eritroblastosis fetalis – Ibu Rh-negatif melahirkan bayi Rh-positif. Pada kehamilan berikutnya antibodi IgG dapat melintasi plasenta dan menghancurkan sel-sel janin.
  • Reaksi transfusi
  • Miastenia gravis
  • Penyakit Goodpasture
  • Panyakit Grave
  • Reaksi cangkok hiperakut. (Sears dkk. 2012: 167)


· Tipe III – Hipersensitivitas kompleks imun


o Terjadi karena antigen berlebihan yang setelah beberapa waktu akan berikatan dengan antibodi membentuk kompleks imun yang larut.

o Ketika jumlah kompleks imun yang larut (Ag – Ab) didalam darah meningkat hingga mencapai kadar yang membuatnya tidak larut lagi,


kompleksnimun tersebut mulai mengendap didalam jaringan, memicu aktivasi komplemen.


o Komplemen yang aktif, bersama dengan kompleks Ag-Ab, mengakibatkan degranulasi neutrofil enzim dan stimulasi makrofag untuk melepaskan sitokin, reactive oxygen intermediates, dan nitrit oksida sehingga mnimbulkan destruksi sel dan kerusakan jaringan.


o Contoh-contoh tipe III:

  • Serum sickness
  • Netrifis atau vaskulitis SLE
  • Glomerulonefritis kompleks imun
  • Reaksi Arthus. (Sears dkk. 2012: 170)


Tipe IV- Hipersensitivitas yang diperantarai sel (tipe lambat)

o Reaksi yang diperantarai hapten yang memerlukan sensitisasi. Sesudah pajanan ulang antigen, sebuah APC (biasanya makrofag) akan mengambil antigen tersebut dan memprosesnya pada molekul MHC-I atau MHC- II seraya melepaskan IL-12 yang mengakibatkan proliferasi sel T helper.

o Sel T memori yang tersensitisasi, bisa berupa ThI CD4+ (antigen intasel) atau sel T sitotoksik CD8+ (antigen ekstrasel ), akan memulai reaksi:

§ Aktivasi sel ThI tersensitisasi melepaskan IFN g yang menimbulkan aktivasi makrofag dan aktivasi ThI lebih lanjut; dan IL-2 yang meningkatkan proliferasi selT.

§ Aktivasi selT sitotoksis tersensitivasi menyebabkan destruksi langsung sel target (penolakan alograf).

o Hasil akhir adalah respons imun yang diperantarai sel yang ditimbulkan oleh makrofag.

§ Makrofag yang teraktivasi memperlihatkan peningkatan aktivitas fagositik, bakteriosidal dan sitosidal.

§ Jika reaksi tersebut disebabkan oleh infeksi mokroorganisme intrasel yang kronik, respons DTH( delayed type hypersensitivity) dapat memanjang, mengakibatkan perubahan makrofag menjadi epiteloid dan sel raksasa berinti banyak, yang merupakan ciri khas reaksi granuloma.

o Contoh type IV:


  • Penyakit granuloma – tuberkolosis, sarkoidosis, lepra
  • Tes PPD – tes mantoux/ tes TB pada kulit
  • Penyakit graf versus hospes
  • Dematitis kontak- poison ivy, reaksi eksema
  • Penolakan cangkok organ allograft. (Sears dkk. 2012: 170-171)


C. Penolakan Cangkok


Tipe-tipe penolakan cangkok dapat dibagi sebagai berikut:


o Penolakan hiperakut (segera)- karena ketidakcocokan ABO/ antibodi HLA yang sudah ada sebelumnya didalan tubuh resipien cangkok.

  • Terjadi dalam beberapa menit sesudah transplantasi
  • Antibodi yang sudah ada sebelumnya melekat pada dan merusak sel-sel endotel organ donor menyebabkan oklusi pembuluh darah.

o Penolakan akut- suatu respon yang diperantarai imun. Reaksi yang diperantarai oleh sel ini terjadi akibat sel-T sitotoksik yang bereaksi terhadap MHC asing.

§ Terjadi dalam beberapa minggu seseudah transplantasi


o Penolakan kronis- kerusakan vaskuler yang terjadi disebabkan oleh antibodi. Tipe penolakan bersifat ireversibel.


§ Terjadi dalam beberapa bulan hingga beberapa tahun sesudah transplantasi. (Sears dkk. 2012: 171)


o GVHD – jika sel-T donor yang kompeten dipindahkan pada resipen yang HLA- inkompatibel, sel T yang dicangkokkan itu dapat mengenali dan menyerang antigen hospes.

§ Pasien GVHD akan mengalami ruam, iktrus, diare, ulserasi dan pembentukan jaringan parut pada mukosa oral yang berat, dan hepatosplenomegali. (Sears dkk. 2012: 172)


II. IMUNODEFISIENSI


Kelainan imunodefisiensi lebih sering ditemukan sebagai penyakit sekunder akibat obat-obatan, malnutrisi atau infeksi, namun dapat pula disebabkan oleh kelainan genetic. Kelainan imunodefisiensi primer dikategorikan berdasarkan tipe sel imunologik yang mengalami defisiensi. (Sears dkk. 2012:172)


A. Defek yang Mengenai Lebih Dari satu Tipe Sel

· Telangiektasia ataksia – Defesiensi sel-T dan IgA yang terjadi akibat ganguan perbaikan DNA.


o Menyebabkan defek pada otak dan kulit

o Manifestasinya sering ditemukan pada anak berusia 5 hingga 10 tahun dengan spider nevi pada kulit, yang bergerak dengan ‘canggung’ dan memiliki defisiensi IgA. (Sears dkk. 2012: 172)


· Disgenesis retikuler – Kegagalan total sel puca


o Pasien meninggal segera sesudah dilahirkan.

· Severce combined immunodeficiency (SCID) – Defek terjadi pada sel-T maupun sel-B. sebagian kasus terkait-kromosom X, sementara sebagian lainnya terjadi akibat defisiensi adenosine deaminase (autosomal resesif) atau akibat kegagalan dalam menyintesis antigen MHC kelas II atau reseptor L – 2.

o Pasien ditemukan dengan infeksi virus, bakteri, jamur, atau protozoa yang kambuhan (rekuren).

Sindrom Wiskott – Aldrich –ditandai oleh defek pada protein yang mengatur funsi sitoskeleton sehingga terjadi defisiensi sel-B dan sel-T.


o Pasien ini mengalami eksema, defisiensi trombosit dan defesiensi respons antibody terhadap polisakarida kapsuler. (Sears dkk. 2012: 172)


B. Defek yang Mengenai Sel-T


Defek Sitokin – Pada dasarnya disebabkan oleh defek pada reseptor sitokin, hal ini meliputi sitokin IL-2 dan IL-2 yang membatasi respons sel Th 1. Defek ini sangat jarang terjadi.

· Sindrom Di George – Ketiadaan kelenjar timus (aplasia timus) dan kelejar paratiroid akibat kegagalan perkembangan kantong faring ketiga dan keempat.

o Pasien ditemukan dengan gejala hipokalsemia (tetani) karena tidak adanya kelenjar paratiroid, atau kelenjar infeksi virus, fungsi atau protozoa yang rekuren akibat defisiasi sel-T, juga ditemukan malformasi wajah, esophagus dan jantung lainnya.

Defisiensi purin nucleoside phosphorylase (PNP) –PNP merupakan enzim penyelamat dalam sel-T, dan apabila terjadi defisiensi, keadaan ini menyebabkan penumpukan nukleosida dan kerusakan sel-T. (Sears dkk. 2012: 172)


C. Defek yang Mengenai Sel B


· Agamaglobulinemia Bruton dan variable – Tipe Bruton ditandai oleh tidak adanya sel-B sama sekali, sementara tipe variable disebabkan ketidakmampuan sel-B untuk berdiferensiasu menjadi sel plasma atau untuk membuat satu kelas immunoglobulin (paling sering IgA ; pusat germinal mungkin tidak ada).


o Bruton merupakan penyakit terkait-kromosom X yang ditandai oleh infeksi bakteri piogenik yang rekuren (otitis media, sinusitis, pneumonia karena H. Influenzae dan S.pneumoniae) pada bayi.


· Imunodefesiasi Hiper IgM – terjadi karena ketidakmampuan untuk mengubah sel B yang memproduksi IgM menjadi sel-B memproduksi IgA, IgG dan IgE.

o Pemeriksaan serologi akan menunjukan kenaikan kadar IgM yang tinggi dengan kadar semua antibody lainnya yang rendah.

· Defisiensi subkelas IgG – kadar IgG yang rendah mengakibatkan otitis media rekuren, meningitis bakterialis dan infeksi paru kronik. Defesiensi IgA merupakan defesiensi subkelas tersering dan dapat menimbulkan infeksi sinus dan paru-paru. (Sears dkk. 2012: 172-173)


D. Defek yang Mengenai Sel Mieloid

Sindrom Chediak – Higashi – Sel-sel mieloid polimorfik mengandung granul yang besar, tetapi tidak mampu membentuk fagolisosom dengan baik. Dapat pula terjadi gangguan respons terhadap kemotaksis.

o Penyakit autosomal – resesif yang mengakibatkan infeksi piogenik rekuren oleh spesies streptokokus dan stafilokokus. Infeksi dapat memicu fase akselerasi proliferasi sel-T persisten yang mungkin memerlukan pencangkokan sumsum tulang.



Penyakit granulomatosa kronik (CGD ; chronic granulomatous disease) – Defek yang terkait – kromosom X pada jalur pemecahan oksigen yang melibatkan sitokrom dan defisiensi aktivitas NAPDPH oksidase sehingga kemampuan fagositosis neutrofil berkurang.



o Ditandai oleh infeksi kronik dengan bakteri yang tidak memproduksi peroksida (katalase +) termasuk S aureus dan E.coli ; juga jamur.



Sindrom Job – Terjadi karena kemotaksis neutrofil yang buruk.



o Pasien ditemukan dengan abses stafilokokus rekuren.

R
·         Mioloperoksidase, glucose-6-phospate dehydrogenenase (G6PD), piruvat klinase (PK)  - definisi genetic pada enzim-enzim ini mengakibatkan infeksi rekuren oleh bakteri dan jamur. (Sears dkk. 2012: 174)

E. Defisiensi Komplemen
DEFISIENSI KOMLEMEN
KORELASI KLINIS
INTISARI IMUNOLOGI
C1 esterase
Angioedema herediter
Kmplemen yang overaktf menyebabkan kenaikan produksi esterase
C1, C2, C4
Predisposisi terhadap penyakit kompleks imun, khususnya systemic lupus erythmatosus
ANA digunakan untuk skrining suspek SLE
C3
Infeksi inus piogenik dan saluran nafas yang rekuren
Pasien ini lebih rentan terhadap infeksi oleh bakteri berkapsul yang meliputi peningkatan resiko yang terjadinya sepsis oleh S. Aureus piogenik
C5-C8
Bakteremia Neisseria
Tidak seberat defisiensi MAC
C5-C9 (MAC)
Sepsis Neisseria
Dapat membawa kematiam
Mannose-binding protein (MPB)
Infeksi anak yang berat
MBP menstimulasi jalur kaskade klasik dan bekerja sebagai opsonin untuk fagositosis.
Decay activating factor,CD59
Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (PNH)
Dapat ditemukan dengan gejala urin yang berwarna “cokelat” sesudah terjadinya hemolisis yang diperantarai komplemen.
            (Sears dkk. 2012:172)
III. VAKSIN DAN VAKSINASI
A.    Tipe Imunitas
·         Imunitas pasif- Imunitas singkat tehadap infeksi didapatkan dari antibodi yang sudah dibentuk sebelumnya dari individu lain, spesies yang berbeda atau dari antibodi hasil rekayasa genetik. (Sears dkk. 2012:175)
o   Keuntungan :
§  Respons humoral bersifat segera
o   Kerugian :
§  Imunitas terhadap antigen spesifik tersebut hiangdengan cepat
§  Memori tidak terbentuk
§  Potensial untuk menularkan agen infeksius dari serum donor
o   Contoh :
§  Transfer antibodi maternal. Antibodi yang ditransfer dari ibu kepada bayi melaui plasenta dan absorpsi intestinal bayi memberikan proteksi selama sekitar 6 bulan pertama kehidupan. Antibodi plasental yang ditransfer adalah IgG. Antibodi intestinal yang ditransfer adalah IgA.
§  Injeksi pooled human antibody. Kumpulan IgG manusia dari berbagai donor plasma. Digunakan sebagai profilaksis untuk pasien dengan imunodefisiensi humoral yang yang berlangsung lama.
§  Antiserum terhadap tetanus, hepatitis B dan berbagai bisa ular. (Sears dkk. 2012:  175)

·         Imunitas aktif (vaksinasi) – Imunitas yang bertahan lama terhadap infeksi yang terjadi sesudah pajanan terhadap mikroorganisme yang tidak berbahaya. Keadaan ini menghasilkan pembentukan sel memori yang dapat memperluas dan memberikan proteksi jika mikroorganisme tersebut masuk kembali. (Sears dkk. 2012: 175)
o   Keuntungan :
§ Imunitas terhadap antigen spesifik beralangsung lama
§ Sel-sel memori terbentuk
§ Setelah imunitas terbentuk, respons berikutnya terhadap patogen yang menginvasi timbul dengan ccepat.
o   Kerugian :
§ Imunitas membutuhkan waktu sebelum terbentuk
o   Contoh :
§ Berbagai tipe vaksin (lihat bawah)
B.     Tipe Vaksin
·         Mikroorganisme yang dimatikan (killed organisms)
o   Memberikan imunitas aktif dengan menyuntikkan bakteri atau virus yang dimatikan dan inaktif.
o   Antigenesitas mikroorganisme harus dipertahankan selama proses inaktivasi
o   Contoh :
§ Killed Polio Vaccine (Salk vaccine)
§ Kolera (Sears dkk. 2012:  175)
·         Mikroorganisme hidup, namun dilemahkan (live attenuaded organisms)
o   Diperantarai oleh proses yang memodifikasi mikroorganisme sehingga tidak mampu menimbulkan infeksi, terapi masih dapat “memicu” sistem imun.
o   Replikasi mikroorganisme didalam hospes menghasilkan “dosis” vaksin yang lebih besar dan dengan demikian respons imun menjadi lebih kuuat.
o   Contoh :
§ Vaksin polo hidup oral (vaksin Sabin)
§ MMR (measles-mumps-rubella) (Sears dkk. 2012: 175)
·         Vaksin subunit
o   Mikroorganisme mengandung molekul antigenik multipel. Vaksin subunit memanfaatkan satu atau beberapa molekul mikroorganisme ini sehingga terbentuk imunitas aktif. (Sears dkk. 2012: 176)
o   Contoh :

§  Vaksin tetanus-difteri toksoid (TdT)
§  Vaksin pertusis aseluler
§  Vaksinn subunit influenza
§  Vaksinn subunit kapsuler pneumokok
§  Vaksin antigen permukaan hepatitis A dan B. (Sears dkk. 2012:  176)
·         Ajuvan
o   Ajuvan merupakan substansi yang dapat meningkatkan secara nonspesifik respons Imun terhadap antigen. Ajuvan disuntikkan sekaligus bersama antigen/vaksin untuk menghasilkan sistem imun dengan depot antigen lepas-lambat yang akan mengaktifkan sistem imun bawaan dan meningkatkan presentasi antigen. (Sears dkk. 2012:  176)
o   Contoh :
§  Senyawa garam almunium
§  Liposom
§  Emulsi minyak

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
       Sistem imun adalah sekelompok sel dan substansi yang ditemukan di dalam tubuh yang mampu mempertahankan diri terhadap infeksi, penyakit kanker, dan senyawa yang asing bagi tubuh manusia. sel- sel terbentuk dari sel – sel punca yang berdiferensi menjadi sel – sel matur berdasatkan tipe turunan seluler dan faktor pertumbuhan yang ada. diantaranya turunan mieloid yang terdiri dari granulosit dan sel mononuklear. sel granulosit  memiliki granul yang berbeda warnanya apabila diwarnai dan dilihat pada mikroskop cahaya yang di bagi lagi menjadi neutrofil, eosinofil, basofil dan sel mast. sel mononuklear di bagi lagi menjadi monosit dan makrofag. turunan limfoid dapat berdiferensiasi menjadi sel B dan sel T. Kemudian kelas – kelas antibodi terdiri dari igM yaitu anti bodi pertama yang akan disekresikan oleh sel B yang baru di aktivasi. igA plasma bersifat monomerik sementara igA sekretorik merupakan dimer yang disekresikan di dalam saliva, air mata, cairan hidung, keringat, kolostrum, paru- paru, traktus urogenital dan gastrointestinal. igD menyatu dengan igM pada permukaan sel B dan berfungsi bersama – sama untuk memfasilitasi aktivasi atau supresi sel B. igG merupakan ig terbanyak. igE memiliki peranan penting dalam reaksi alergi dan dalam beberapa infeksi parasit.
       sistem imun bekerja melaui beberapa mekanisme sederhana dan kompleks untuk menjaga agar tubuh manusia “ Bersih” dengan mencoba menghilangkan semua objek asing. respon alamiah atau bawaan adalah sistem nonspesifik yang kurang memiliki imunnologi, respon imun tidak akan berubah sesering apapun suatu antigen terpajan. tipe- tipe respon imun bawaan terdiri dari fagositosis. tipe – tipe sel yang terlibat dalam fagositosis meliputi makrofag dan sel polimorfonuklear/ neutrofil. imunitas adaptif terdiri dari unsur – unsur seluler dan humoral yang merespon stimulus spesifik. imunitas ini mengakibatkan terbentuknya memori hospes yang memungkinkan pengenalan lebih cepat dan respon imun yang lebih kuat.
       kemampuan sistem imun normal untuk bertahan terhadap infeksi bergantung pada pengenalan dan memori terhadap sejumlah besar antigen, pada mekanisme nonspesifik yang kuat untuk memobilisasi dan mengeliminasi mikroba. pada situasi tertentu fungsi alami yang penting dapat bekerja terhadap diri hospes sendiri mengakibatkan reaksi imunopatologis. imunitas berbahaya diantaranya autoimunitas yaitu hilangnya toleransi terhadap diri sendiri. hipersensitivitas yaitu respon imun yang berlebihan yang menimbulkan keruskan jaringan atau organ. kelainan imunodefisiensi lebih sering ditemukan sebagai penyakit sekunder akibat obat – obatan, malnutrisi dan dapat disebabkan oleh kelainan genetik. kelainan imunodefisiensi primer dikategorikan berdasarkan tipe sel imunologik yang mengalami defesiensi. tipe imunitas ada dua yaitu imunitas pasif yaitu imunitas singkat terhadap infeksi didapatkan dari antibodi yang sudah dibentuk sebelumnya dari individu lain, spesies yang berbeda atau dari antibodi hasil rekaya genetik. imunitas aktif bertahan lama terhadap infeksi yang terjadi sesudah pajanan terhadap mikroorganisme yang tidak berbahaya

emikian Makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. apabila ada kritik dan saran yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. apabila terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya.

DAFTAR PUSTAKA
Sears,Benjamin w.spear,lisa. saenz, rodrigo.(2012).Intisari mikrobiologi dan imunologi : Buku Kedokteran EGC.


1 comment:

  1. Terima kasih informasinya
    Bangga menjadi mahasiswa biologi
    Saya dari universitas medan area
    Bisa cek di biologi.uma.ac.id

    ReplyDelete