Sunday, November 21, 2010

ANTITOKSIN

Antitoksin dapat dibuat dengan menggabungkan DNA virus dan gen yang mempunyai sifat menguntungkan sehingga jika virus menginfeksi bakteri, di dalam sel bakteri tersebut terkandung gen yang menguntungkan.
  • Gen manusia adalah gen yang menguntungkan yang dapat mengendalikan produksi antitoksin.
  • Jika oleh DNA virus, DNA manusia disambungkan dengan DNA bakteri, sel bakteri tersebut akan mengandung gen manusia penghasil antitoksin.
  • Jadi, yang mulanya gen bakteri tidak mengandung antitoksin manusia, sekarang mampumemproduksi antitoksin manusia.
  • Pembelahan akan terus-menerus dilakukan oleh bakteri.
  • Setiap bakteri baru dipastikan mengandung antitoksin yang dihasilkan oleh DNA manusia.
  • Antitoksin dapat dipisahkan dan dimanfaatkan untuk pelawan penyakit pada manusia.
  • Dengan rekayasa genetik, dapat dikatakan bahwa virus dapat dimanfaatkan sebagai perantara gen manusia atau gen makhluk hidup lainnya untuk masuk ke dalam sel bakteri agar sel bakteri tersebut membawa sifat gen manusia atau gen makhluk hidup lain.

Vaksin, Antiserum & Imunologikal

Vaksin, antiserum, dan imunologikal diperlukan manusia untuk membantu mencegah atau mengatasi penyakit-penyakit tertentu. Vaksin diberikan untuk mencegah terkena penyakit tertentu seperti polio, hepatitis, cacar, dll; sedangkan antiserum dan imunologikal diberikan pada penderita yang sudah terinfeksi penyakit seperti tetanus, hepatitis B, dll.

Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus dengan menghasilkan antibodi. Vaksin terbuat dari virus yang telah dimatikan atau "dilemahkan" dengan menggunakan bahan-bahan tambahan lainnya seperti formalaldehid, thymerosal dan lainnya. Sedangkan vaksinasi adalah suatu usaha memberikan vaksin tertentu ke dalam tubuh untuk menghasilkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit/virus tersebut.

Vaksin terdiri dari beragam jenis. Jenis-jenis vaksinasi yang ada antara lain vaksin terhadap penyakit hepatitis, polio, Rubella, BCG, DPT, Measles-Mumps-Rubella (MMR) cacar air dan jenis penyakit lainnya seperti influenza.

Di Indonesia, vaksinasi yang umum dilakukan pada bayi dan balita adalah Hepatitis B, BCG, Polio dan DPT. Selebihnya seperti vaksinasi MMR adalah bersifat tidak wajib. Ada pun vaksinasi terhadap penyakit cacar air (smallpox) termasuk vaksinasi yang sudah tidak dilakukan lagi di Indonesia.

Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.

Antiserum atau antitoksin merupakan zat anti terhadap toksin. Zat toksin ini berasal dari sejenis racun yang dikeluarkan oleh kuman atau virulen. Racun ini dikeluarkan dari hewan (zootoksin) dan tumbuhan (fitotoksin).

Zat antitoksin ini digunakan sebagai penangkal dari berbagai macam penyakit pada manusia. Zat ini menggunakan serum binatang, tumbuhan, atau manusia yang telah dibuat kebal terhadap suatu penyakit akibat racun tersebut.

Antitoksin yang biasa digunakan untuk menetralkan racun di dalam tubuh adalah antitetanus serum (ATS), antidifteri serum (ADS), dan serum antibisa ular (SABU), dan jenis antitoksin lainnya.

Antitoksin diphteheria dihasilkan dari larutan steril globulin-globulin antibodi yang dimurnikan dan dipekatkan. Zat ini berasal dari serum atau plasma darah seekor binatang sehat seperti kuda yang diimunisasi terhadap toksin difteri. Antitoksin ini digunakan sebagai agen imunisasi pasif, yang diberikan secara intramuskuler dan intravena.

Sedangkan untuk tetanus antitoksin, merupakan larutan steril globulin-globulin antibodi yang dimurnikan dan dikonsentrasikan. Zat ini diperoleh serum atau plasma daerah dari binatang sehat yang diimunisasi terhadap toksin atau toksoid tetanus. Penggunaannya dilakukan secara intramuskuler dan subkutan atau intravena.

Imunoglobulin adalah sejenis protein yang terdapat dalam peredaran darah manusia yang berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh. Saat ini imunoglobulin injeksi telah digunakan untuk mengobati beberapa penyakit, umumnya penyakit-penyakit yang berkaitan dengan malfungsi sistem kekebalan tubuh.

Imunoglobulin adalah protein yang berfungsi sebagai antibodi spesifik untuk menetralkan sel-sel asing. Deviasi persentase normal imunoglobulin karakteristik sifatnya pada banyak kelainan-kelainan sistem imun, termasuk kanker, kelainan-kelainan hati, rheumatoid artritis dan lupus. Tes ini mengidentifikasi imunoglobulin G, imunoglobulin A dan imunoglobulin M dalam sampel darah.

Di medicastore anda dapat mencari informasi lengkap vaksin, antiserum & imunologikal dengan merk yang berbeda dengan mengetikkan nama atau indikasi obat di search engine medicastore. Sehingga anda dapat memilih dan beli obat vaksin, antiserum & imunologikal dengan pengetahuan anda

Saturday, November 20, 2010

ANTIVIRUS YANG PERLU DIPERHITUNGKAN

  • Jika para pembuat virus berlomba-lomba meningkatkan eksistensi diri dengan memproduksi serangan yang makin hari semakin sulit ditangkal,
  • para researcher antivirus juga tidak tinggal diam.
  • Sejak Jun...i 1998, mereka memiliki wadah yang dinamakan Association of anti Virus Asia Researchers atau disingkat AVAR (http://www.aavar.org/).
  • Organisasi independen dan non-profit ini memfokuskan risetnya di wilayah Asia Pasifik.


  • ESET memiliki kepedulian dengan organisasi ini. Ini dibuktikan dengan komitmennya sebagai Ultimate Sponsor atau sponsor paling tinggi kontribusinya dalam Konferensi AVAR 2010 yang diadakan pada tanggal 17-19 November di Nusa Dua, Bali.
  • Pembuktian ini juga mencerminkan semangat ESET dalam dunia riset teknologi keamanan komputer.
  • ESET secara korporat memiliki misi yang sejalan dengan misi utama AVAR yaitu mencegah penyebaran dan kerusakan yang ditimbulkan karena malicious software (malware).


  • Kegiatan organisasi non-profit yang menaungi para researcher anti virus di wilayah Asia Pasifik ini adalah menganalisa serangan terhadap keamanan komputer dan berbagi temuan teknologi untuk pengembangan riset serangan komputer dan internet di masa depan.
  • Organisasi ini sendiri terdiri dari berbagai pakar antivirus dari Australia, China, Hong Kong, India, Jepang, Korea, Filipina, Singapura, Taiwan, Inggris, dan Amerika Serikat.


  • Delapan orang yang akan hadir dari ESET adalah Miroslav Trnka (Chief Executive Officer), Richard Marko (Chief Technology Officer), Tomas Kalab (Chief Software Architect), Juraj Malcho (Head of Virus Laboratory), David Harley (Senior Research Fellow & Director of Malware Intelligence), Randy Abrams (Director of Technical Education), Jeff Debrosse (Senior Security Evangelist), Daivd Wang (Principal Data Mining Engineer).

  • David Harley dengan makalah berjudul“Test Files and Product Evaluation: the Case for and against Malware Simulation”, membahas tentang pengujian anti virus dan cross checking antara lembaga.
  • Karena pada prinsipnya, anti malware testing bisa dilakukan oleh siapa saja dan tidak ada satu lembagapun yang memperoleh mandat otoritas untuk melakukan pengujian. Dampak yang muncul adalah, tidak ada standard tertentu yang baku yang ada adalah metodologi yang dikenal di dunia teknologi informasi sebagai dynamic dan static testing dll.
  • Di salah satu workshop yang disampaikan oleh David Harley, kondisi demikian menimbulkan adanya discrepancy pada hasil test yang dapat merugikan baik vendor antivirus maupun konsumen, bahkan lebih jauh lagi yaitu munculnya Lembaga atau Lab malware test yang tidak independen karena disupport oleh vendor antivirus atau yang dikenal dengan Red Light Test, dimana deskripsi tentang produk yang bagus diperoleh dari sponsor, pengujian berdasarkan fakta hanya pilihan saja dan tidak perlu dilakukan, tidak ada penjelasan metodologi tertentu yang digunakan – inilah mengapa disebut sebagai red light, sampel uji diberikan dari vendor sponsor.


  • Makalah yang akan disampaikan oleh peneliti anti malware di ESET Threatsense Lab tersebut dikembangkan berdasarkan serangkaian pengalaman ESET terkait dengan virus/malware, riset yang dilakukan lembaga independen, uji yang dilakukan, pengembangan metode pengujian oleh EICAR, virus/malware simulation software, hingga menjadi perangkat uji, yang terutama difungsikan sebagai pemeriksa pada fungsi deteksi malware.


  • Secara khusus, Senior Research Fellow & Director of Malware Intelligence di ESET juga akan mengemukakan tentang hubungan kerjasama dalam industri agar memudahkan lembaga penguji lain untuk bertukar pengalaman dan knowledge sehingga mampu mengeksplorasi metodologi-metodologi alternatif untuk menangkap dan memvalidasi sampel-sampel yang ada.


  • Dalam konferensi tersebut juga dihadiri oleh Perwakilan Kementerian Ekonomi, Peradagangan dan Industri, Jepang. Makalah yang dibawakan membahas tentang perlunya kerjasama lintas batas untuk menyampaikan informasi tentang isu-isu keamanan termasuk malware.


  • Konferensi AVAR selain sebagai media untuk sharing informasi, juga ajang untuk membangun kerjasama dengan para ahli malware dan antivirus di seluruh dunia dan dengan latar belakang yang berbeda. Penyebar luasan informasi dan jaringan di event AVAR tentu sangat bernilai bagi mereka yang menginginkan lingkungan perusahaannya terlindungi demikian juga bagi mereka calon-calon generasi baru keamanan komputer, serta bagi para profesional di bidang digital environment.


  • Berkaitan dengan event AVAR tersebut, Yudhi Kukuh, Technical Consultant ESET Indonesia menyampaikan, bahwa ''malware-malware baru bermunculan dengan sangat luar biasa setiap harinya terutama di wilayah Asia Pasifik, disisi lain kesadaran penggunaan anti virus juga semakin meningkat sehingga perlu ada support informasi yang benar berkaitan dengan produk antivirus”.

Support web ini

BEST ARTIKEL