By Budi Rahardjo
Salah satu prasyarat kesuksesan eLearning adalah kesiapan
dari siswanya sendiri. Berbeda dengan jaman dahulu, di mana siswa “disuapi”
oleh gurunya, sekarang siswa yang harus lebih pro-aktif. Sekarang pusatnya ada
pada siswanya. “Student-centric” katanya. Kalau dahulu pada gurunya.
Saya lihat ini masalah terbesar di kita. Siswa cenderung
untuk pasif dan mencari cara termudah untuk lulus ujian. Cara terbaiknya adalah
dengan menghafal. Cara terburuk adalah curang. Itikad untuk belajar itu hilang.
Bahkan untuk sekedar bertanyapun mereka tidak mau (atau tidak mampu?). Ini
dapat kita lihat pada tingkatan dari SD sampai mahasiswa. Menyeramkan.
Mungkin ini juga bukan salah mereka karena lingkungan
(sistem) yang mendorong ke arah itu. Sebagai contoh, kalau mereka gagal Ujian
Nasional (atau ujian-ujian lain) maka mereka tersingkirkan. Akibatnya target
mereka sebagai siswa adalah lulus ujian. Di luar itu? Tidak tertarik. Ataupun
kalau tertarik, ya secukupnya saja.
Kembali kepada kesiapan siswa, bagaimana cara kita untuk
mendorong mereka agar dapat lebih pro-aktif? Jika mereka tidak kita siapkan
dari sejak dini, maka kemajuan dunia ini (termasuk keberadaan eLearning) justru
akan membuat kita menjadi semakin terpuruk. Kita harus mulai dari sejak mereka
kecil. Tapi bagaimana ya?
Tulisan ini saya posting karena emang saya rasakan bener ketika saya mengajar , memberikan ttambahan pelajaran ( Lesser) ada kecenderungan apa yang dituliskan dalam tulisan ini bener ... bicara seperti ini emang menjadi mengkhawatirkan jika pemerintah tdak segera mengendusnya dan anak tidak segera merubahnya ....apapun instan tidak selalu baik ...emang susu instan itu diaduk 2 kali adukan homogen dan cepet diminum lezat namun instan instan lainnya membuat KPK kebanjiran kerjaan ....hehehe
Indikator yang sering muncul secara acak :
Tulisan ini saya posting karena emang saya rasakan bener ketika saya mengajar , memberikan ttambahan pelajaran ( Lesser) ada kecenderungan apa yang dituliskan dalam tulisan ini bener ... bicara seperti ini emang menjadi mengkhawatirkan jika pemerintah tdak segera mengendusnya dan anak tidak segera merubahnya ....apapun instan tidak selalu baik ...emang susu instan itu diaduk 2 kali adukan homogen dan cepet diminum lezat namun instan instan lainnya membuat KPK kebanjiran kerjaan ....hehehe
Indikator yang sering muncul secara acak :
Salah satu kebiasaan buruk yang saya amati adalah bekerja seadanya. Bekerja sekedar memenuhi kewajiban administratif. Kalau disuruh buat laporan, ya buat laporan asal ada laporan. Dia tidak ingin membuat laporan yang excellent. Tidak ingin membuat laporannya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Mungkin kebiasaan ini dibina sejak jadi siswa, yaitu
dibiasakan mengerjakan tugas seadanya. Asal kumpul tugas. Ketika siswa
diajari bahwa yang kerja ekstra dan kerja asal-asalan nilainya sama saja.
Ngapain juga kerja ekstra? Ini kemudian terbawa juga setelah bekerja.
Padahal orang akan menilai beda; orang yang asal-asalan
dan orang yang serius dan mencintai pekerjaannya. Jelas berbeda!
Apapun yang terjadi kita semua harus menerapkan dan mengaplikasikan semboyan latin ini
EDUCATIO PUERORUM EST REFORMATIO MUNDI
mendidik kaum muda adalah mengubah dunia
Apapun yang terjadi kita semua harus menerapkan dan mengaplikasikan semboyan latin ini
EDUCATIO PUERORUM EST REFORMATIO MUNDI
mendidik kaum muda adalah mengubah dunia