Thursday, December 31, 2009

PLATYHELMINTHES


Platyhelminthes merupakan kelompok cacing yang tubuhnya berbentuk pipih (platy = pipih dan helminthes = cacing ). 

  • Kelompok cacing pipih ini memiliki struktur tubuh paling sederhana dibandingkan susunan tubuh cacing pada filum lainnya.
  • Pada klasifikasi sebelumnya semua cacing dikelompokkan dalam Vermes dan untuk detailnya bisa dilihat dalam buku Helmintologi (ilmu cacing)


Ciri-Ciri Umum Filum Platehelminthes.
  1. memiliki struktur tubuh pipih
  2. ada yang berbentuk seperti pita, seperti daun dan turbelaria style
  3. lunak dan tidak bersegmen. pada cacing pita terlihat bersegmen sebenarnya bagian dari Proglotidnya
  4. susunan tubuhnya simetri bilateral.Anggota hewan ini bersifat hemafrodit.
  5. lapisan embryonalnya bertipe triloblastik aselomata.
  6. tidak memiliki system peredaran darah dan sistem respirasi.
  7. alat pencernaannya belum sempurna , umumnya hanya mempunyai mulut dan tidak memiliki anus. cacing pita tidak terdapat mulut dan alat pencernaan.
  8. alat ekskresi berupa sel api.
  9. pada bagian epidermisnya yang lunak terdapat silia atau lapisan lilin (kutikula).
  10. Sistem saraf terdiri atas sepasang ganglion(simpul saraf) anterior atau dinding saraf yang dihubungkan oleh satu sampai tiga pasang tali saraf.
Cara Berkembang Biak.
  • Anggota filum ini umumnya berkembang biak secara aseksual dan seksual. 
  • Umumnya cacing ini monoecious organ kelamin testes dan ovarium nya membentuk ovotestes atau lebh dikenal dengan Hermaphhroditu, sehingga melakukan pembuahan sendiri. 
  • Perkembangan cacing ini ada dua macam, yaitu langsung(telur menetas menjadi cacing kecil tetapi menyerupai cacing dewasa) dan tidak langsung(melalui bentuk larva yang bersilia).
  • Asexual nya dengan fragmentasi memutuskan bagian tubuhnya membentuk individu baru atau meregenerasi dengan cepat yang terlihat pada planaria dan cacing pita

Klasifikasi.
Platihelminthes terbagi dalam tiga kelas,
  1. Turbellaria (cacing berbulu getar) --Planaria
  2. Trematoda (cacing isap) --- Cacing Fasciola hepatica ( cacing hati)
  3. Cestoda (cacing pita) - Taenia sp .
Kelas Turbellaria (cacing berbulu getar).
  • Anggota Turbellaria merupakan kelompok cacing pipih yang memiliki silia(bulu getar). 
  • Salah satu turbellaria yang sering dipelihara Planaria naculata. 
  • Planaria biasanya hidup di air tawar (kolam/ sungai)yang jernih, melekat pada batu-batuan, atau daun.

  • Panjang tubuh planaria dapat mencapai 2-3 cm. tubuhnya ditutupi oleh lapisan epidermis yang mengandung kelenjar-kelenjar unisel yang terbuka. 
  • Pada epidermis bagian permukaan ventral terdapat bulu getar(silia) yang bangun untuk pergerakan.
  • Bagian kepala planaria tampak berbentuk segitiga. 
  • Pada bagian tersebut terdapat dua bintik mata yang berfungsi untuk membedakan intensitas cahaya. 
  • Kedua bintik mata tersebut belum dikatakan sebagai alat penglihatan.

  • System pencernaan makanan planaria terdiri atas mulut, kerongkongan dan usus. 
  • Faring dapat dijulurkan untuk menangkap makanan. 
  • Memiliki usus yang bercabang tiga, satu cabang kearah anterior dan dua cabang kea rah posterior. 
  • Alat ekskresi jenis cacing ini berupa sel api. 
  • Susunan sarafnya merupakan system tangga tali. 
  • Planaria bereproduksi dengan cara generatif dan vegetatif.
  • Reproduksi secara generatif terjadi melalui pembuahan sel telur oleh spermatozoid.Lubang kelamin terdapat di sebelah bawah mulut. 
  • Planaria bersifat hermafrodit.
  • Reproduksi secara vegetatif dilakukan melalui fragmentasi. 
  • Planaria dikenal dengan memiliki daya regenerasi yang tinggi. 
  • Jika tubuhnya dipotong-potong, maka setiap potongan tubuhnya akan tumbuh dan berkembang menjadi individu baru.

Kelas Trematoda(cacing isap).
  • Semua anggota kelas trematoda hidupnya bersifat parasit. 
  • Trematoda disebut cacing isap karena memiliki alat isap (sucker). 
  • Pada mulut terdapat alat pengisap yang dilengkapi oleh kait-kait untuk melekatkan diri pada tubuh inangnya. 
  • Beberapa contoh cacing yang termasuk trematoda adalah sebagai berikut:

Fasciola hepatica (cacing hati).
  1. Jenis cacing ini biasa hidup sebagai parasit pada hati beberapa hewan, seperti domba, kambing, sapi atau kerbau
  2. Fasciola hepatica memiliki bentuk tubuh pipih, panjang tubuhnya berkisar antara 2-5cm.
  3. Bagian kepala terdapat dua alat isap, terdapat disekitar mulut dan yang lainnya di bagian ventral. Fungsi alat isap tersebut adalah untuk melekatkan tubuh pada inangnya. Di antara kedua alat isapnya terdapat lubang kelamin.
  4. Alat ekskresi cacing ini adalah berupa saluran yang berakir pada sel api.
  5. Sistem pencernaannya sederhana, dimulai dari mulut, faring, kerongkongan, dan usus yang terdiri dari dua cabang utama yang menjulur dari anterior ke posterior.
  6. Makanan tidak dicerna karena sudah berupa sari makanan.
  7. bersifat hermafrodit.
  8. Reproduksi secara seksual dilakukan dengan perkawinan silang atau perkawinan sendiri. Alat reproduksi jantan terdiri atas sepasang testis (penghasil sperma), dua pembuluh vasdeferens (penyalur sperma dari testis), kantung vesikulum seminalis, dan saluran ejakulasi yang berakir pada alat kopulasi yaitu penis. Alat reproduksi betina terdiri atas ovarium (memproduksi telur), saluran oviduk (menyalurkan telur dari ovarium), kelenjar pembungkus ovum dan saluran vetelin atau saluran yolk (menyalurkan globuli yolk yang berasal dari kelenjar yolk atau kelenjar vetelin). Setelah kelenjar pembungkus melengkapi kulit kitin, selanjutnya telur masuk ke dalam uterus.
Ada 5 Jenis cacing hati (Trematoda)
  1. Clonorchis sinensis --- ikan
  2. Fasciola hepatica
  3. Schistoma
Clonorchis sinensis
  • Clonorcis sinensis merupakan cacing hati yang hidup pada manusia.
  • Mereka bereproduksi seperti halnya fasciola.

  • Akan tetapi, fase metaserkaria dari cacing ini masuk ke dalam daging ikan air tawar (sebagai hosper perantara)
  • jika manusia memakan ikan air tawar yang mengandung larva clonorcis sinensis tersebut, maka metaserkaria akan masuk ke dalam tubuh dan tumbuh menjadi cacing dewasa (parasit) didalam hati dan saluran empedu manusia.
  • Salah satu cara menghindari diri dari cacing ini adalah tidak mengkonsumsi ikan yang tidak dimasak/dimasak secara tidak sempurna.
  • Cacing ini banyak terdapat di cina, jepang, vietnam dan korea.
Paragonimus weistermani
  • Paragonimus weistermani dewasa hidup sebagai parasit pada paru-paru manusia, kucing, anjing dan babi.
  • Larvanya hidup pada siput sedangkan metaserkarianya menempel pada udang air tawar.
  • Cacing ini menyebar di jepang, korea, Taiwan, India, afrika, Filipina dan amerika.
Fasciola hepatica
1 : Myrasidium , 2 siput (Sporosis-Redia (2) - Cercaria) - Metacercaria keluar dari siput Lymnea berenang karena berekor ke rumput ( dimakan Ternak) jadi Dewasa
Kelas cestoda (cacing pita)
  • Semua anggota cestoda memiliki struktur pipih dan tertutup oleh kutikula. 
  • Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang dinamakan proglotid. 
  • Setiap proglitid memiliki alat-alat reproduksi(ovarium dan testis). 
  • Ukuran proglotid tersesebut makin ke pusterion makin melebar. 
  • Cacing dengan satu proglotid dapat di pandang sebagai satu individu. 
  • Susunan ruas-ruas itu di anggap sebagai kiloni dari individu-individu yang berbentuk rantai. Susunan demikian terbentuk dengan jalan pembentukan kuncup. 
  • Oleh karena itu istikah strobilisasi lebih tepat untuk kejadian itu. 
  • Cacing pita tidak mempunyai saluran pencernaan makanan. 
  • Makanan langsung diperoleh dari hospesnya dengan jalan menyerap zat makanan. 
  • Susunan tubuh cacing pita dewasa terdiri atas kepala,(skoleks)yang ukurannya 1 mm, leher dan beberapa ruas(proglotid)yang tumbuh dari leher. 
  • Mereka tidak memiliki bulu getar, tetapi memiliki lapisan otot yang kompleks. 
Berikut ini adalah contoh Cestoda.

Taenia solium
  • Taenia solium dewasa hidup parasit pada saluran pencernaan manusia (usus). Inang perantaranya (hospes intermediet) adalah babi. 
  • Tubuhnya berbentuk pipih, ukuran panjang tubuhnya dapat mencapai 3m. struktur tubuh cacing ini terdiri atas kepala (skoleks) dan rangkaian segmen yang masing-masing disebut proglotid. 
  • Pada bagian kepala terdapat 4 alat isap ( rostrum) dan alat kait yang dapat melukai dinding usus. 
  • Disebelah belakang skoleks terdapat leher/daerah perpanjangan (strobilus).

Taenia saginata
  • Taenia saginata dewasa hidup sebagai parasit dalam usus manusia. 
  • Cacing ini masuk kedalam tubuh manusia melalui perantara sapi (sebagai hospes intermediet). 
  • Skoleks taenia saginata tidak memiliki kait. Jenis cacing ini kurang berbahaya bagi manusia dibandingkan taenia solium.

Diphyllo bothrium latum
  • Merupakan jenis cacing pita yang hidup sebagai parasit pada manusia, anjing, kucing dan serigala. 
  • Sebagai inang perantaranya adalah ikan air tawar. 
  • Daerah penyebarannya meliputi wilayah eropa, afrika, amerika utara dan jepang.

Echinococcus granulosus
  • Jenis cacing pita berukuran kecil (berkisar antara 3-6mm) dan hidup sebagai parasit pada usus anjing dan karnivora lainnya. 
  • Inang perantaranya adalah babi, biri-biri dan manusia. 
  • Daerah penyebaran utama Australia, argentina dan pulau es.

Hymnelopsisnana
  • Jenis cacing pita kerdil yang hidup sebagai parasit pada manusia dan tikus. 
  • Daerah penyebarannya meliputi seluruh dunia

DNA-BASA NITROGEN- IKATATAN HIDROGEN




Semua struktur gambar diatas bisa dipahami setelah membaca ini OK

  • DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi untuk mengatur perkembangan biologis seluruh bentuk kehidupan secara seluler. 
  • DNA terdapat pada nukleus, mitokondria dan kloroplas. 
  • Perbedaan di antara ketiganya adalah: DNA nukleus berbentuk linear dan berasosiasi sangat erat dengan protein histon, 
  • Sedangkan DNA mitokondria dan kloroplas berbentuk sirkular dan tidak berasosiasi dengan protein histon. Selain itu, 
  • DNA mitokondria dan kloroplas memiliki ciri khas, yaitu hanya mewariskan sifat-sifat yang berasal dari garis ibu. 
  • Hal ini sangat berbeda dengan DNA nukleus yang memiliki pola pewarisan sifat dari kedua orangtua. 
  • Dilihat dari organismenya, struktur DNA prokariot berbeda dengan struktur DNA eukariot. 
  • DNA prokariot tidak memiliki protein histon dan berbentuk sirkular, sedangkan DNA eukariot berbentuk linear dan memiliki protein histon (Klug & Cummings 1994: 315–316; Raven & Johnson 2002: 94).


DNA memiliki struktur pilinan utas ganda yang antiparalel dengan komponen-komponennya, yaitu gula pentosa (deoksiribosa), gugus fosfat, dan pasangan basa. 
  • Pasangan basa pada DNA terdiri atas dua macam, yaitu basa purin dan pirimidin. ‘
  • Basa purin terdiri atas adenin (A) dan guanin (G) yang memiliki struktur cincin-ganda, sedangkan basa pirimidin terdiri atas sitosin (C) dan timin (T) yang memiliki struktur cincin-tunggal. 
  • Ketika Guanin berikatan dengan Sitosin, maka akan terbentuk tiga ikatan hidrogen, sedangkan ketika Adenin berikatan dengan Timin maka hanya akan terbentuk dua ikatan hidrogen. 
  • Satu komponen pembangun (building block) DNA terdiri atas satu gula pentosa, satu gugus fosfat dan satu pasang basa yang disebut nukleotida (Lewis 2003: 176–178).


  • Sebuah sel memiliki DNA yang merupakan materi genetik dan bersifat herediter pada seluruh sistem kehidupan. 
  • Genom adalah set lengkap materi genetik (DNA) yang dimiliki suatu organisme dan terorganisasi menjadi kromosom. (Human Genome Project 2005: 1)


Isolasi DNA

  • DNA juga dapat diisolasi, baik pada manusia maupun pada tumbuhan. DNA manusia dapat diisolasi melalui darah. 
  • Darah manusia terdiri atas plasma darah, globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat, protein dan hormon), dan gas (oksigen, nitrogen dan karbon dioksida). 
  • Plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (platelet). 
  • Komponen darah yang diisolasi yaitu sel darah putih. 
  • Sel darah putih dijadikan pilihan karena memiliki nukleus, di mana terdapat DNA di dalamnya. 
  • DNA pada tumbuhan juga dapat diisolasi, contohnya pada tumbuhan bawang merah (Allium cepa) dan pada pisang (Musa sp.) (Kimball 2005: 8; Kent & Carr 2001: 317).


Isolasi DNA memiliki beberapa tahapan, yaitu:
  1. Isolasi jaringan
  2. Dinding dan membran sel dilisiskan
  3. Diekstraksi dalam larutan
  4. Dipurifikasi
  5. Dipresipitasi


Prinsip-prinsip dalam melakukan isolasi DNA ada 2, yaitu 
  1. Sentrifugasi 
  2. Presipitasi. 
  • Prinsip utama sentrifugasi adalah memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul dengan cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan berada di dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletak di atas. 
  • Teknik sentrifugasi tersebut dilakukan di dalam sebuah mesin yang bernama mesin sentrifugasi dengan kecepatan yang bervariasi, contohnya 2500 rpm (rotation per minute) atau 3000 rpm (Kimball 2005: 4; Lewiston 2002:1–3; LPCH 2005: 2).


Ada 5 tahap untuk melakukan isolasi DNA, yaitu: 
  1. isolasi jaringan
  2. pelisisan dinding dan membran sel, 
  3. pengekstraksian dalam larutan
  4. purifikasi
  5. presipitasi.

  • Tahap pertama yang dilakukan yaitu mengisolasi jaringan yang ingin digunakan, yaitu darah.
  • Tahap selanjutnya yaitu melisiskan dinding dan membran sel dengan larutan pelisis sel darah merah. Setelah dilakukan inkubasi, darah yang telah bercampur dengan pelisis sel darah merah tersebut lalu disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 2500 rpm. 
  • Selanjutnya supernatan yang terbentuk dibuang dan kemudian dilakukan ekstraksi di dalam larutan. Hal tersebut bertujuan agar didapat ekstrak nukleus sel darah putih.
  • Tahap berikutnya adalah purifikasi. Tahap ini bertujuan untuk membersihkan sel darah putih dari zat-zat lainnya, dan tahap terakhir, yaitu presipitasi bertujuan untuk mengendapkan protein histon, sehingga untai-untai DNA tidak lagi menggulung (coiling) dan berikatan dengan protein histon, yang menyebabkan DNA menjadi terlihat (Kimball 2005: 4; Lewiston 2002:1–3; LPCH 2005: 2).
  • Tahap isolasi jaringan; untuk mengisolasi jaringan sel darah putih, maka darah yang masih memiliki komponen-komponen lengkap perlu dipisahkan satu dengan lainnya sehingga yang tersisa hanya sel darah putih. Karena itu ke dalam tabung yang berisi darah diberikan larutan pelisis sel darah merah yang merupakan larutan hipotonis. Karena larutan tersebut hipotonis, maka akan terjadi hemolisis. Larutan pelisis sel darah merah terdiri atas EDTA (ethylenediamine tetraacetic acid) yang akan membentuk kompleks (chelate) dengan ion logam, seperti Mg2+ yang merupakan kofaktor DNAse. Selanjutnya tabung dibolak-balik denan gerakan memutar yang membentuk angka 8 agar larutan dapat menyatu dengan sempurna selama 10 menit. Darah yang telah bercampur dengan pelisis sel darah merah tersebut lalu disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 2500 rpm. Selanjutnya supernatan yang terbentuk dibuang. Untuk melisiskan membran sel dan membran nukleus sel darah putih yang terisolasi tadi, diberikan larutan pelisis sel darah putih yang terdiri atas EDTA dan SDS (Sodium Dodecyl Sulfate) yang berfungsi untuk merusak lipid pada membran sel sehingga leukosit hancur (Rybicki & Purves 2005: 1; Harley 2005: 410).
  • Tahap selanjutnya yaitu purifikasi. Purifikasi bertujuan untuk membersihkan sel darah putih dari zat-zat lainnya; Ke dalam larutan tadi kemudian diberikan RNAse dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37°C. Hal tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan kerja enzim yang sangat dipengaruhi oleh temperatur. Tahap berikutnya yaitu presipitasi; Tahap presipitasi dilakukan dengan cara meneteskan larutan presipitasi protein dan kemudian divortex yang bertujuan untuk menghomogenkan larutan. Larutan presipitasi protein terdiri atas amonium asetat yang jika berikatan dengan protein mengakibatkan terbentuknya senyawa baru yang memiliki kelarutan yang lebih rendah, sehingga menyebabkan protein mengendap. Larutan tersebut kemudian disentrifugasi kembali selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatan yang berisi DNA kemudian dituangkan ke dalam tabung berisi isopropanol dingin dan tabung dibolak-balik kembali dengan gerakan angka 8. Pemberian isopropanol bertujuan untuk visualisasi DNA. Selanjutnya tabung disentrifugasi kembali selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Hasil dari sentrifugasi adalah terdapatnya pelet DNA pada dasar tabung yang kemudian ditambahkan etanol 70% dan dibolak-balik kembali. Pemberian etanol bertujuan untuk membersihkan DNA dari pengotor-pengotornya. Setelah tercampur, tabung kemudian disentrifugasi kembali selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Hasil akhirnya adalah DNA yang berada pada tepi dasar tabung. Langkah akhirnya adalah dengan pemberian Tris-EDTA yang bertujuan untuk melarutkan kembali DNA untuk dipreservasi (Harley 2005: 409–410; Lewiston 2002: 1–2).



  • Isolasi DNA genom buah pisang memiliki prinsip yang sama dengan isolasi DNA sel darah putih. Langkah pertama adalah dengan memasukkan buah pisang ke dalam blender dan blender selama 5 menit. Hasil blender kemudian ditambahkan air dengan perbandingan 1:1 dan garam lalu diaduk selama 15 menit. Garam memiliki fungsi yang sama dengan SDS pada isolasi DNA genom sel darah putih, yaitu untuk memberikan kondisi ionik, sehingga reaksi berjalan lebih stabil. Campuran tersebut kemudian disaring dengan corong dan ditambahkan isopropanol yang berfungsi untuk memvisualisasikan DNA dan menetralkan (desalted) sebab isopropanol tidak memiliki muatan, sedangkan DNA bermuatan negatif (-). Kemudian tabung dibolak-balik untuk mendapatkan DNA. Akan tetapi, setelah diberikan Tris-EDTA, yang didapat oleh praktikan hanyalah pengotor yang tidak larut di dalamnya. Hal ini dapat terjadi karena kurang teliti dalam mengerjakan proses isolasi tersebut (Harley 2005: 410).


Support web ini

BEST ARTIKEL