Monday, August 9, 2010

METALLICA

NOTHING ELSE MATTERS



Nothing else matters

So close no matter how far
Couldn’t be much more from the heart
Forever trusting who we are
And nothing else matters

Never opened myself this way
Life is ours, we live it our way
All these words I don’t just say
And nothing else matters

Trust I seek and I find in you
Every day for us something new
Open mind for a different view
And nothing else matters

Never cared for what they do
Never cared for what they know
But I know

So close no matter how far
Couldn’t be much more from the heart
Forever trusting who we are
And nothing else matters

Never cared for what they do
Never cared for what they know
But I know

Never opened myself this way
Life is ours, we live it our way
All these words I don’t just say
And nothing else matters

Trust I seek and I find in you
Every day for us something new
Open mind for a different view
And nothing else matters

Never cared for what they say
Never cared for games they play
Never cared for what they do
Never cared for what they know
And I know

So close no matter how far
Couldn’t be much more from the heart
Forever trusting who we are
No nothing else matters

Tuesday, August 3, 2010

LYMPOSIT - KEKEBALAN TUBUH



LIMPOCYT

  • Sel sistem imun adaptif adalah tipe spesial leukosit yang disebut limfosit. 
  • Sel B dan sel T adalah tipe utama limfosit dan berasal dari sel batang hematopoietik pada sumsum tulang.
  • Sel B ikut serta pada imunitas humoral, sedangkan sel T ikut serta pada respon imun selular.  
  • Hubungan sel T dengan Major histocompatibility complex kelas I atau Major histocompatibility complex kelas II, dan antigen (merah)  
  • Baik sel B dan sel T membawa molekul reseptor yang mengenali target spesifik
  • Sel T mengenali target bukan diri sendiri, seperti patogen, hanya setelah antigen (fragmen kecil patogen) telah diproses dan disampaikan pada kombinasi dengan reseptor "sendiri" yang disebut molekul major histocompatibility complex (MHC).
  • Terdapat dua subtipe utama sel T: sel T pembunuh dan sel T pembantu.
  • Sel T pemnbunuh hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul kelas I MHC, sementara sel T pembantu hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul kelas II MHC.
  • Dua mekanisme penyampaian antigen tersebut memunculkan peran berbeda dua tipe sel T.
  • Yang ketiga, subtipe minor adalah sel Tγδ yang mengenali antigen yang tidak melekat pada reseptor MHC.
  • Reseptor antigel sel B adalah molekul antibodi pada permukaan sel B dan mengenali semua patogen tanpa perlu adanya proses antigen.
  • Tiap keturunan sel B memiliki antibodi yang berbeda, sehingga kumpulan resptor antigen sel B yang lengkap melambangkan semua antibodi yang dapat diproduksi oleh tubuh.
Sel T pembunuh
  • Sel T pembunuh adalah sub-grup dari sel T yang membunuh sel yang terinfeksi dengan virus (dan patogen lainnya), atau merusak dan mematikan patogen.
  • Seperti sel B, tiap tipe sel T mengenali antigen yang berbeda.
  • Sel T pembunuh diaktivasi ketika reseptor sel T mereka melekat pada antigen spesifik pada kompleks dengan reseptor kelas I MHC dari sel lainnya.
  • Pengenalan MHC ini:kompleks antigen dibantu oleh co- reseptor pada sel T yang disebut CD8.
  • Sel T lalu berkeliling pada tubuh untuk mencari sel yang reseptor I MHC mengangkat antigen.
  • Ketika sel T yang aktif menghubungi sel lainnya, sitotoksin dikeluarkan yang membentuk pori pada membran plasma sel, membiarkan ion, air dan toksin masuk.
  • Hal ini menyebabkan sel mengalami apoptosis
  • Sel T pembunuh penting untuk mencegah replikasi virus.
  • Aktivasi sel T dikontrol dan membutuhkan sinyal aktivasi antigen/MHC yang sangat kuat, atau penambahan aktivasi sinyak yang disediakan oleh sel T pembantu.
Gambar Sel T pembunuh secara langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asing atau abnormal di permukaan mereka.
Sel T pembantu
  • Sel T pembantu mengatur baik respon imun bawaan dan adaptif dan membantu menentukan tipe respon imun mana yang tubuh akan buat pada patogen khusus.
  • Sel tersebut tidak memiliki aktivitas sitotoksik dan tidak membunuh sel yang terinfeksi atau membersihkan patogen secara langsung, namun mereka mengontrol respon imun dengan mengarahkan sel lain untuk melakukan tugas tersebut.
  • Sel T pembantu mengekspresikan reseptor sel T yang mengenali antigen melilit pada molekul MHC kelas II. MHC:antigen kompleks juga dikenali oleh reseptor selpembantu CD4 yang merekrut molekul didalam sel T yang bertanggung jawab untuk aktivasi sel T.
  • Sel T pembantu memiliki hubungan lebih lemah dengan MHC:antigen kompleks daripada pengamatan sel T pembunuh, berarti banyak reseptor (sekitar 200-300) pada sel T pembantu yang harus dililit pada MHC:antigen untuk mengaktifkansel pembantu, sementara sel T pembunuh dapat diaktifkan dengan pertempuranmolekul MHC:antigen.
  • Kativasi sel T pembantu juga membutuhkan durasi pertempuran lebih lama dengan sel yang memiliki antigen.
  • Aktivasi sel T pembantu yang beristirahat menyebabkan dikeluarkanya sitokin yang memperluas aktivitas banyak tipe sel.
  • Sinyal sitokin yang diproduksi oleh sel T pembantu memperbesar fungsi mikrobisidal makrofag dan aktivitas sel T pembunuh.
  • Aktivasi sel T pembantu menyebabkan molekul diekspresikan pada permukaan sel T, seperti CD154), yang menyediakan sinyal stimulasi ekstra yang dibutuhkan untuk mengaktifkan sel B yang memproduksi antibodi.
Sel Tγ δ
  • Sel Tγδ memiliki reseptor sel T alternatif yang opposed berlawanan dengan sel T CD4+ dan CD8+ (αβ) dan berbagi karakteristik dengan sel T pembantu, sel T sitotoksik dan sel NK.
  • Kondisi yang memproduksi respon dari sel Tγδ tidak sepenuhnya dimengerti.
  • Seperti sel T 'diluar kebiasaan' menghasilkan reseptor sel T konstan, seperti CD1d yang dibatasi sel T pembunuh alami, sel Tγδ mengangkang perbatasan antara imunitas adaptif dan bawaan.[48] Sel Tγδ adalah komponen dari imunitas adaptif karena mereka menyusun kembali gen reseptor sel T untuk memproduksi perbedaan reseptor dan dapat mengembangkan memori fenotipe.
  • Berbagai subset adalah bagian dari sistem imun bawaan, karena reseptor sel T atau reseptor NK yang dilarang dapat digunakan sebagai reseptor pengenalan latar belakang, contohnya, jumlah besar respon sel T Vγ9/Vδ2 dalam waktu jam untuk molekul umum yang diproduksi oleh mikroba, dan melarang sel T Vδ1+ T pada epithelium akan merespon untuk menekal sel epithelial.
Antibodi dan limfosit B
  • Sel B mengidentifikasi patogen ketika antibodi pada permukaan melekat pada antigen asing.
  • Antigen/antibodi kompleks ini diambil oleh sel B dan diprosesi oleh proteolisis ke peptid.
  • Sel B lalu menampilkan peptid antigenik pada permukaan molekul MHC kelas II.
  • Kombinasi MHC dan antigen menarik sel T pembantu yang cocok, yang melepas limfokin dan mengaktivkan sel B.
  • Sel B yang aktif lalu mulai membagi keturunannya (sel plasma) mengeluarkan jutaan kopi limfa yang mengenali antigen itu.
  • Antibodi tersebut diedarkan pada plasma darah dan limfa, melilit pada patogen menunjukan antigen dan menandai mereka untuk dihancurkan oleh aktivasi komplemen atau untuk penghancuran oleh fagosit.
  • Antibodi juga dapat menetralisir tantangan secara langsung dengan melilit toksin bakteri atau dengan mengganggu dengan reseptor yang digunakan virus dan bakteri untuk menginfeksi sel.
Imunitas adaptif alternatif
  • Walaupun molekul klasik sistem imun adaptif (seperti antibodi dan reseptor sel T) ada hanya pada vertebrata berahang, molekul berasal dari limfosit ditemukan pada vertebrata tak berahang primitif, sepertil amprey danhagfish.
  • Binatang tersebut memproses susunan besar molekul disebut reseptor limfosit variabel yang seperti reseptor antigen vertebrata berahang, diproduksi dari jumlah kecil (satu atau dua) gen.
  • Molekul tersebut dipercaya melilit pada patogen dengan cara yang sama dengan antibodi dan dengan tingkat spesifisitas yang sama.
Gambar . Sebuah antibodi terbuat dari dua rantai berat dan dua rantai ringan. Variasi unik daerah membuat antibodi mengenali antigen yang cocok.[
Memori imunologikal
  • Ketika sel B dan sel T diaktivasi dan mulai untuk bereplikasi, beberapa dari keturunan mereka akan menjadi memori sel yang hidup lama.
  • Selama hidup binatang, memori sel tersebut akan mengingat tiap patogen spesifik yang ditemui dan dapat melakukan respon kuat jika patogen terdeteksi kembali.
  • Hal ini adaptif karena muncul selama kehidupan individu sebagai adaptasi infeksi dengan patogen tersebut dan mempersiapkan imunitas untuk tantangan di masa depan.
  • Memori imunologikal dapat berbentuk memori jangka pendek pasif atau memori jangka panjang aktif.
Memori pasif
  • Imunitas pasif biasanya berjangka pendek, hilang antara beberapa hari sampai beberapa bulan. Bayi yang baru lahir tidak memiliki eksposur pada mikroba dan rentan terhadap infeksi.
  • Beberapa lapisan perlindungan pasif disediakan oleh ibu.
  • Selama kehamilan, tipe antibodi yang disebut IgG, dikirim dari ibu ke bayi secara langsung menyebrangi plasenta, sehingga bayi manusia memiliki antibodi tinggi bahkan saat lahir, dengan spesifisitas jangkauan antigen yang sama dengan ibunya.
  • Air susu ibu juga mengandung antibodi yang dikirim ke sistem pencernaan bayi dan melindungi bayi terhadap infeksi bakteri sampai bayi dapat mengsintesiskan antibodinya sendiri.
  • Imunitas pasif ini disebabkan oleh fetus yang tidak membuat memori sel atau antibodi apapun, tetapi hanya meminjam.
  • Pada ilmu kedokteran, imunitas pasif protektif juga dapat dikirim dari satu individu ke individu lainnya melalui serum kaya-antibodi.[
Memori aktif dan imunisasi
  • Memori aktif jangka panjang didapat diikuti dengan infeksi oleh aktivasi sl B dan T.
  • Imunitas aktif dapat juga muncul buatan, yaitu melalui vaksinasi.
  • Prinsip di belakang vaksinasi (juga disebut imunisasi) adalah ntuk memperkenalkan antigen dari patogen untuk menstimulasikan sistem imun dan mengembangkan imunitas spesifik melawan patogen tanpa menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan organisme tersebut.
  • Hal ini menyebabkan induksi respon imun dengan sengaja berhasil karena mengeksploitasi spesifisitas alami sistem imun. Dengan penyakit infeksi tetap menjadi salah satu penyebab kematian pada populasi manusia, vaksinasi muncul sebagai manipulasi sistem imun manusia yang paling efektif.
  • Kebanyakan vaksin virus berasal dari selubung virus, sementara banyak vaksin bakteri berasal dari komponen aselular dari mikroorganisme, termasuk komponen toksin yang tidak melukai.
  • Sejak banyak antigen berasal dari vaksin aselular tidak dengan kuat menyebabkan respon adaptif, kebanyakan vaksin bakter disediakan dengan penambahan ajuvan yang mengaktifkan sel yang memiliki antigen pada sistem imun bawaan dan memaksimalkan imunogensitas.
Gangguan pada imunitas
  • Sistem imun adalah struktur efektif yang menggabungkan spesifisitas dan adaptasi.
  • Kegagalan pertahanan dapat muncul, dan jatuh pada tiga kategori: defisiensi imun, autoimunitas, dan hipersensitivitas.
Defisiensi imun
  • Defisiensi imun muncul ketika satu atau lebih komponen sistem imun tidak aktif.
  • Kemampuan sistem imun untuk merespon patogen berkurang pada baik golongan muda dan golongan tua, dengan respon imun mulai untuk berkurang pada usia sekitar 50 tahun karenai mmuno senescen ce.
  • Di negara-negara berkembang, obesitas, penggunaan alkohol dan narkoba adalah akibat paling umum dari fungsi imun yang buruk.
  • Namun, kekurangan nutrisi adalah akibat paling umum yang menyebabkan defisiensi imun di negara berkembang.
  • Diet kekurangan cukup protein berhubungan dengan gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen, fungsi fagosit, konsentrasi antibodi IgA dan produksi sitokin.
  • Defisiensi nutrisi seperti zinc, selenium, zat besi, tembaga, vitamin A, C, E, dan B6, dan asam folik (vitamin B9) juga mengurangi respon imun.
  • Defisiensi imun juga dapat didapat.
  • Chronic granulomatous disease, penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk menghancurkan fagosit berkurang, adalah contoh dari defisiensi imun dapatan.
  • AIDS dan beberapa tipe kanker menyebabkan defisiensi imun dapatan.
Autoimunitas
  • Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun yang disebut autoimunitas.
  • Sistem imun gagal untuk memusnahkan dengan tepat antara diri sendiri dan bukan dirisendiri, dan menyerang bagian dari tubuh.
  • Dibawah keadaan sekitar yang normal, banyak sel T dan antibodi bereaksi dengan peptid sendiri.
  • Satu fungsi sel (terletak di thymus dan sumsum tulang) adalah untuk memunculkan limfosit muda dengan antigen sendiri yang diproduksi pada tubuh dan untuk membunuh sel tersebut yang dianggap antigen sendiri, mencegah autoimunitas.
Hipersensitivitas
  • Hipersensitivitas adalah respon imun yang merusak jaringan tubuh sendiri.
  • Mereka terbagi menjadi empat kelas (tipe I – IV) berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan lama waktu reaksi hipersensitif.
  • Tipe I hipersensitivitas sebagai reaksi segera atau anafilaksis sering berhubungan dengan alergi.
  • Gejala dapat bervariasi dari ketidaknyamanan sampai kematian.
  • Hipersensitivitas tipe I ditengahi oleh IgE yang dikeluarkan dari sel mast dan basofil.
  • Hipersensitivitas tipe II muncul ketika antibodi melilit pada antigen sel pasien, menandai mereka untuk penghancuran.
  • Hal ini juga disebut hipersensitivitas sitotoksik, dan ditengahi oleh antibodi IgG dan IgM.
  • Kompleks imun (kesatuan antigen, protein komplemen dan antibodi IgG dan IgM) ada pada berbagai jaringan yang menjalankan reaksi hipersensitivitas tipe III.
  • Hipersensitivitas tipe IV (juga diketahui sebagai selular) biasanya membutuhkan waktu antara dua dan tiga hari untuk berkembang.
  • Reaksi tipe IV ikut serta dalam berbagai autoimun dan penyakit infeksi, tetapi juga dalam ikut serta dalamcont act dermatitis.
  • Reaksi tersebut ditengahi oleh sel T, monosit dan makrofag.
Pertahanan dan mekanisme lainnya
  • Sistem imun bangun dengan vertebrata pertama, sementara invertebrata tidak menghasilkan limfosit atau respon humoral yang berdasarkan antibodi.
  • Namun, banyak spesies yang memanfaatkan mekanisme yang muncul sebagai tanda aspek imunitas vertebrata tersebut. Imunitas muncul pada bentuk kehidupan yang paling sederhana, dengan bakteri menggunakan mekanisme pertahanan unik yang disebutsistem modifikasi restriksi untuk melindungi diri mereka dari patogen virus yang disebut bakteriofag.
  • Reseptor pengenalan susunan adalah protein yang digunakan oleh hampir semua organisme untuk mengidentifikasi molekul yang berhubungan dengan patrogen mikrobial.
  • Peptid antimikrobial yang disebut defensin adalah komponen evolusioner sistem imun bawaan yang ditemukan pada semua jenis binatang dan tumbuan, dan menampilkan bentuk utama imunitas sistemik invertebrata.
  • Sistem komplemen dan sel fagositik juga dimanfaatkan oelh hampir semua bentuk kehidupan invertebrata.
  • Ribonuklease dan jalan gangguan RNA digunakan pada semua eukariot, dan diketahui memainkan peran pada respon imun terhadap virus dan material genetika asing lainnya.
  • Tidak seperti binatang, tanaman memiliki sedikit sel fagositik, dan kebanyakan respon imun tumbuhan melibatkan sinyak sistemik bahan kimia yang dikirim melalui tanaman.
  • Ketika bagian dari tumbuhan terinfeksi, tumbuhan memproduksi respon hipersensitif, untuk sel pada tempat infeksi mengalami apoptosis cepat untuk mencegah penyebaran penyakit terhadap bagian lain tumbuhan.
  • Perlawanan sistemik dapatan adalah tipe respon pertahanan yang digunakan oleh tumbuhan yang mengubah seluruh tumbuhan melawan pada penyebab infeksi.
  • Mekanisme menghilangkan RNA sangat penting pada sistem respon karena mereka dapat menghalangi replikasi virus.
Alergi
  • Proses alergi adalah kompleks, dimulai dengan pajanan alergen-alergen yang ditangkap oleh Antigen Presenting Cell (APC).
  • Sel dendritik di saluran napas dan sel langerhans di kulit, masing-masing berperan sebagai APC pada asma dan dermatitis atopi.
  • Setelah alergen ditangkap, lalu alergen dipecah menjadi peptida-peptida kecil, dalam APC peptida diikat molekul HLA (MHC II) menjadi kompleks peptida-HLA, kemudian dibawa ke permukaan APC dan dipresentasikan ke sel Th2 CD4+ yang MHC II dependen. Th2 diaktifkan dan memproduksi sitokin.
  • Sementara epitel (endotel) mengekspresikan molekul adhesi dan menimbulkan infiltrasi sel darah putih terutama eosinofil yang melepas mediator dan sitokin yang menimbulkan gejala alergi dan kerusakan jaringan.
  • Dalam jaringan sel-sel inflamasi dan sel residen melepas mediator dan terjadi interaksi yang kompleks sehingga menimbulkan reaksi alergi kronis.
  • Bila kulit, hidung atau saluran napas subjek atopi dirangsang dengan alergen, dalam beberapa menit akan terjadi fase cepat reaksi hipersensitivitas tipe I Gell dan Coombs berupa kemerahan dan bentol di kulit, gejala bersin, hidung berair dan atau mengi.
  • Respons inflamasi alergi kulit, di mukosa saluran napas atas dan bawah adalah sama, meskipun respons organ sasarannya berbeda.
  • Di tiga tempat tersebut, terjadi degranulasi sel mast dan aktivasi sel T dengan profil sitokin Th2, aktivasi sel epitel dan sel endotel, pengerahan leukosit ke jaringan terutama eosinofil.
  • Fase cepat dapat diikuti oleh fase lambat yang puncaknya terjadi antara 6-8 jam dan kemudian menghilang secara perlahan.
  • Di kulit fase lambat ditandai dengan edema, merah dan indurasi yang menimbulkan bengkak, di hidung berupa obstruksi dan di paru mengi yang menetap.
Minimal Persistent Inflammation(MPI )
  • Inflamasi sudah ditemukan pada subjek alergi tanpa gejala. Asma dan rinitis dalam masa laten harus dianggap sebagai penyakit inflamasi kronis.
  • Mengapa konsep tersebut penting?
  • Sel eosinofil dan ekspresi ICAM-1 yang merupakan petanda penting pada alergi, selalu ditemukan di epitel konjungtiva, nasal penderita rinitis alergi dan di epitel bronkus, cairan bilas bronkus pada pasien asma yang alergi terhadap tungau debu rumah dan alergen lainnya meskipun sedang tidak menunjukkan gejala.
  • Fenomena tersebut menetap selama ada pajanan dengan tungau debu rumah/alergen lainnya dan disebut Minimal Persistent Inflammation (MPI).
  • MPI dapat menerangkan sebagian sebab hipereaktivitas non-spesifik pada subjek alergi dan kronisitas penyakit alergi.
  • Penyakit rinitis alergi, asma, dermatitis atopi, urtikaria kronis idiopatik merupakan penyakit kronis yang dapat menimbulkan berbagai gangguan pada tidur, konsentrasi belajar di sekolah, pekerjaan, kegiatan fisik, rekreasi, sosial, bahkan karier, sehingga bila gangguan terjadi kronis seiring dengan perjalanan penyakit, akan menurunkan pula kualitas hidup. Atas dasar adanya hubungan antara derajat inflamasidengan derajat berat penyakit, telah pula dipikirkan strategi untuk menggunakan MPI dengan menekan ekspresi ICAM-1 dan influks eosinofil sebagai sasaran terapi farmakologis.
  • Proses inflamasi hendaknya diobati sebelum pasien menunjukkan gejala. MPI yang dihambat akan mengurangi gejala dan derajat berat penyakit yang secara tidak langsung akan meningkatkan kualitas hidup.
  • Di negara maju, sudah banyak dianjurkan untuk tidak hanya menggunakan gejala klinis saja, tetapi juga kualitas hidup sebagai parameter dalam terapi.
NOTE

Jadi Lymposit itu bagian dari darah putih yang bertugas membuat antibody yang begitu panjang lebar uraiannya .....secara sederhana begini tentang lymposit sehingga uraian diatas menjadi lebih jelas OK


  • Limfosit terletak secara tersebar dalam nodus limfe
  • Namun dapat juaga dijumpai dalam jaringan limfoid ( limpa, tonsil,apendik,bercak payer pada usus halus,sumsum tulang dan timus).
  • Limfisit dalam tubuh berperan dalam sistem imun,melalui pembentukan antibody ( imunitas hormonal) dan limfosit teraktivasi ( imunitas sel T ) melalui jaringan lmifoid.
  • Pada jaringan limpoid terdapat dua kelompok sel besar, satu kelompok yaitu limfosit T
  • Limfosit T bertanggung jawab dalam pembentukan limfosit teraktivasi
  • Kelompok lain yaitu limfosit B
  • Limfosit B bertangung jawab dalam pembentukan antibodi yang memberikan imunitas hormonal.
  • Walau sel limfosit tubuh berhasal dari sel batang primitif dalam sumsum tulang yang membentuk limfosit diembrio, sel tersebut tidak mampu membentuk limfosit T dan antibodi. Sebelum dapat melakukan hal itu, mereka harus berdifrensiasi lebih lanjut atau diolah lebih dulu OK
  • Kelejar timus melakukan pengolahan terhadap limfosit T
  • Limfosit T setelah pembentukanya di sumsum tulang, mula-mula bermigrasi ke kelenjar timus.
  • Di sini limfosit T membelah secara cepat dan dalam waktu yang bersamaan membentuk keanekaragaman yang ekstrim untuk bereaksi melawan berbagai antigen yang spesifik.
  • Artinya tiap satu limfosit membentuk reaktivitas yang spesifik untuk melawan antigen.
  • Kemudian limfosit berikutnya membentuk spesifitas melawan antigen yang lain.
  • Hal ini terus berlangsung sampai terdapat bermacam-macam limfosit timus dengan reaktivitas spesifik untuk melawan jutaan antigen yang berbeda-beda.
  • Berbagai tipe limfosit T yang diproses ini sekarang meninggalakan timus dan menyebar keseluruh tubuh untuk memenuhi jaringa limfoid disetiap tempat.
  • Proses ini berlangsung beberapa waktu sebelum bayi lahir dan selama beberapa bulan setelah bayi lahir


  • Hati dan sumsum tulang melakukan pengolahan terhadap limfosit B
  • Rincian pengolahan limfosit B sedikit diketahui dari pada yang diketahui mengenai limfosit T.
  • Pada manusia,limfosit B diketahui diolah lebih dahulu dihati selama pertengahan kehidupan janin dan disumsum tulang selama masa akhir janin dan setelah lahir.
  • Nama limfosit B karena mula-mula pengolahannya ditemukan pada bursa fabrikus dari burung,sehingga dinamakan limfosit B.


  • Setelah diolah terlebih dulu,limfosit B seperti juga limfosit T, bermigrasi ke jaringan limfoid diseluruh tubuh dimana mereka menempati daerah yang sedikit lebih kecil dari pada limfosit T


  • Bila antigen spesifik datang berkontak dengan limfosit T dan B di dalam jaringan limfoid, maka limfosit T menjadi teraktivasi membentuk sel T teraktivasi dan limfosit B membentuk antibodi. Sel T teraktivasi dan antibodi ini kemudian bereaksi dengan sangat spesifik terhadap antigen tertentu yang telah mulai perkembangannya.

Pembentukan Antibodi


  • Sebelum terpajan dengan antigen yang spesifik,kelompok limfosit B tetap dalam keadaan dormant ( tidur ) didalam jaringan limfoid.
  • Bila ada antigen asing yang masuk,makrofag dalam jaringan limfoid akan memfagositosis antigen dan kemudian membawanya ke limfosit B didekatnya.
  • Disamping itu antigen dapat juga dibawanya ke limfosit T pada saat yang bersamaan. Limfosit B yang spesifik terhadap antigen segera membesar tampak seperti gambar limfoblas, limfoblas kemudian berdiferensiasi lebih lanjut untuk membentuk plasmablas ( prekursor dari sel plasma ).
  • Sel plasma yang matur kemudian menghasilkan antibodi.
  • Antibodi yang disekresi ini kemudian masuk kedalam cairan linfe dan diangkut ke darah sirkulasi.
  • Proses ini berlanjut terus selama beberapa hari atau beberapa minggu sampai sel plasma kelelahan dan mati.
  • Beberapa limfoblas yang terbentuk oleh pengaktifan kelompok limfosit B,tidak berlanjut membentuk sel plasma, melainkan membentuk sel limfosit baru.
  • Sel limfosit baru ini ditambahkan ke limfosit asal.
  • Limfosit B baru ini juga bersirkulasi keseluruh tubuh untuk mendiami jaringan limfoid ( tetap dalam keadaan dormant ).
  • Limfosit ini disebut sel memori.
  • Pajanan berikutnya oleh antigen yang sama akan menimbulkan respon antibodi yang jauh lebih cepat dan jauh lebih kuat.

Sifat Antibodi


  • Antibodi merupakan gamma globulin yang disebut imunoglobulin ( Ig ).
  • Imunoglobulin merupakan sekitar 20% dari seluruh protein plasma.
  • Yang digolongkan menjadi IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE .
  • Antibodi bersifat apesifik untuk antigen tertentu.

Mekanisme kerja antibodi

Reaksi antigen-antibodi membentuk ikatan komplek,ikatan ini memungkinkan inaktivasi antigen melalui proses
  1. fiksasi
  2. netralisasi
  3. aglutinasi
  4. presipitasi.
FIKSASI
  • Fiksasi komplemen, terjadi jika bagian molekul antibodi mengikat komplemen.
  • Ikatan komplemen diaktivasi melalui jalur klasik yang memicu efek cascade untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat organisme atau toksin penyusup.
  • Efek yang paling penting meliputi:
  1. Opsonisasi. Salah satu produk komplemen ( C3b ) dengan kuat mengaktifkan fagositosis netrofil dan makrofag,menyebabkan sel ini menelan bakteri yang telah dilekati komplek antigen-antibodi.
  2. Lisis. Kombinasi dari faktor-faktor komplemen multipel mengakibatkan rupturnya membran plasma bakteri atau penyusup lain dan menyebabkan isi seluler keluar.
  3. Inflamasi. Produk komplemen berkontribusi dalam inflamasi akut melalui aktivasi sel mast,basofil, dan trombosit darah.
NETRALISASI


  • Netralisasi terjadi saat antibodi menutup sisi tosik antigen dan menjadikannya tidak bebahaya.
AGLUTINASI
  • Aglutinasi. ( penggumpalan ) terjadi bila antigen adalah materi partikulat, seperti bakteri atau sel-sel darah merah.
PRESIPITASI
  • Presipitasi, merubah antigen yang larut ( misal racun tetanus ) menjadi tak laru dan membentuk presifitan ( endapan )

Sifat Sel T
  • Pada waktu terpapar dengan antigen yang sesuai, makrofag dalam jaringan limfoid akan memfagositosis antigen dan membawa ke kelompok sel limfosit T.
  • Sel limfosit T akan membelah ( berfroliferasi ) dan melepaskan banyak sel T teraktivasi, kemudian dilepaskan kedalam cairan linfe dan selanjutnya sel sel T ini akan dilewatakan ke dalam sirkulasi dan disebarkan keseluruh tubuh melewati dinding kapiler masuk kedalam ruang jaringan,sekali lagi kembali masuk kedalam cairan linfe dan darah.
  • Proses ini terus berlangsung bolak balik sepanjang bulan atau bahkan bertahun-tahun.
  • Sel memori limfosit T juga dibentuk sama seperti sel memori limfosit B.
  • Molekul-molekul antigen berikat dengan molekul reseptor pada permukaan sel T dengan cara yang sama seperti mereka berikatan dengan antibodi.
  • Pada satu sel T tunggal terdapat sebanyak 100.000 tempat-tempat reseptor.
Telah ditemukan beberapa tipe sel T. Sel ini digolongkan dalam tiga kelompok utama:


  1. Sel T pembantu.
  2. Sel T sitotosik ( sel T pembiunuh )
  3. Sel T supresor
SEL T PEMBANTU
  • Merupakan sel T yang paling banyak
  • Sel ini membantu dan mengatur fungsi sistem imun.
  • Sel-sel ini melakukan hal tersebut dengan membentuk sel rangkian mediator protein yang disebut limfokin yang bekerja lain dari sistem imun pada sel sumsum tulang.
  • Bila tidak terdapat sel limfokin maka sistem imun akan menjadi lumpuh.
  • Pada kenyataan sel T pembantu ini dihancurkan oleh HIV yang menyebakan tubuh tidak terlindungi oleh infeksi, oleh karena itu menimbulkan yang sekarang dikenal dengan AIDS.
  • Limfokin memiliki perangsan yang sangat kuat dalam menyebabkan proliferasi sel T sitotosik, sel T supresor dan sel plasma dalam pembentukan antibodi.
  • Limfokin juga mempengaruhi makrofag untuk menimbulkan fagositosis.
SEL T SITOTOSIK
  • Sel T sitotosik ( sel T pembunuh ) mengenali dan menghancurkan sel yang memperlihatkan antigen asing pada permukaannya, seperti sel kanker, sel jaringan tranplatasi, dan virus serta beberapa jenis bakteri yang bereproduksi dalam sel hospes.
  • Sel T sitotosik meninggalkan jaringan limfoid dan bermigrasi menuju lokasi sel targetnya,
  • Disini sel ini mengikat sel target dan menghancurkannya.
SEL T SUPRESOR
  • Sel T supresor dibandingkan dengan sel-sel yang lain,perihal sel T supresor ini masih sedikit yang diketahui,namun sel ini mempunyai kemampuan untuk menekan
  • Fungsi sel T sitotosik dan sel T pembantu,menjaga agar tidak terjadi reaksi imun yang berlebihan yang mungkin saja dapat merusak tubuh itu sendiri.

Efek merusak dari respon imun
  • Hipersensitivitas atau alergi adalah respon imun yang terjadi pada beberapa orang tertentu terhadap zat yang walaupun asing,tidak membahayakan tubuh.
  • Individu yang sistem imunnya berlebihan atau tidak tepat dalam memproduksi perubahan patologis disebut hipersensitif
  • Antigen yang mendorong terjadinya respon hipersensitif disebut alergen.
  • Pemaparan terhadap alergen akan mengebalkan atau mensensitifkan individu sehingga pemaparan berikutnya menimbulkan reaksi alergik
Hipersensitif langsung adalah reaksi alergi yang terjadi dalam satuan waktu menit atau jam setelah pemaparan ulang terhadap antigen
  1. Anafilaksis terjadi dalam beberapa menit setelah pemaparan ulang pada orang yang sensitif dan akibat pengikatan IgE hospes dengan sel mast dan basofil. Alergen berikatan dengan sel IgE yang memicu pelepasan zat vasoaktif ( mediator anafilaksis ) seperti histamain,serotonin, dan leukotrin. Mediator ini secara bersama-sama menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler,kontraksi otot polos, dan sekresi mukus. Karena sel mast dan basofil terletak diberbagai area dalam tubuh maka reaksi anafilaksis dapat juga melibatkan reaksi lokal seperti urtikaria,eksim,mata merah,kongesti nasal,gatal,kesulitan bernafas.distres saluran gastrointestinal atau kram yang berlebihan. Anafilaksis akut ( syok anafilaksis ) adalah reaksi yang berlebihan yang mengancam kelangsungan hidup yang berkaitan dengan ketidak mampuan bernafas akibat kontraksi bronkiolus dan kegagalan kardiovaskular.
  2. Reaksi II ( sitotoksis ) biasanya diperantarai oleh komplemen. Reaksi ini melibatkan penggabumgan antibodi ( IgG atau IgM ) dengan antigen sel darah atau sel jaringan. Contoh reaksi transfusi atau ketidak cocokan Rh.
  3. Reaksi III ( komplek imun ) diperantarai olek komplek antigen-antibodi yang mengakumulasi dan mengaktifkan komplemen,trombosit, dan sel fagosit pada area jaringan yang rusak. Contoh artritis rematoid, systemic lupus eritematus dan serum sickness.
  4. Reaksi IV terjadi setelah 24 jam atau lebih dan diperantarai oleh sel T dan makrofag,bukan sel B dan antibodi. Contoh reaksi tuberkulin,faringa transplatasi dan alergi yang berhubungan dengan dermatitis.
  • Penyakit autoimun, terjadi akibat kegagaln toleransi diri imunologis yang menyebabkan respon imun melawan tubuh sendiri. Contonya artritis rematoid, demam reumatik,glomerulonefritis,miastenia gravis dan LES 
MACAM IMMUNITAS


Macam-macam Sistem Kekebalan Tubuh (Imunitas)- Tubuh selalu kontak dengan lingkungan yang banyak terdapat kumankuman. Kuman-kuman dapat masuk melalui udara pernapasan maupun makanan. Dalam hal ini tubuh memiliki sistem kekebalan untuk menghalangi dan bahkan membunuh kuman-kuman tersebut. Agar tidak merugikan tubuh. Sistem kekebalan pada tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

a. Kekebalan bawaan

Kekebalan bawaan merupakan potensi yang terdapat dari dalam tubuh sendiri. Kekebalan ini ada sejak manusia dilahirkan. Kekebalan bawaan meliputi:

1)  Perlindungan permukaan

Apabila ada kuman masuk ke dalam tubuh, ada sistem pertahanan luar pada bagian kulit yang akan menghalangi dan mematikan kuman tersebut sehingga kuman tidak dapat masuk ke dalam tubuh. Apabila kuman masih dapat lolos dan menembus kulit, maka akan dijerat oleh lendir yang dihasilkan oleh bagian membran mukosa. Perlindungan yang diberikan oleh kulit dan membran mukosa, antara lain sebagai berikut.

a) Kulit selalu mengelupas secara periodik dan menghasilkan minyak yang bersifat asam yang dapat membunuh kuman. Kulit yang utuh merupakan pertahanan terluar untuk mencegah masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Dalam kulit manusia normal selalu terdapat bakteri Stophyloccis pyogenes. Selama kulit tidak mengelupas oleh luka atau lecet maka bakteri ini tidak akan menimbulkan penyakit.

b) Kelenjar air mata mengeluarkan lisosim yang dapat menghancurkan bibit penyakit yang menempel pada mata.

c) Keasaman pada vagina dan urin akan menghambat pertumbuhan bibit penyakit tertentu.

d) Lambung memproduksi asam lambung (HCl) untuk membunuh kuman-kuman yang masuk pada makanan.

e) Gerakan peristaltik pada usus mendorong bibit penyakit yang ada di dalam usus segera keluar bersama feses.

f) Gerak rambat getar, pengeluaran lendir pada saluran pernapasan dan refleks batuk dapat mencegah masuknya bibit penyakit dari debu ke dalam paru-paru.

2) Kekebalan dalam tubuh

Dengan pertahanan pada kulit dan membran mukosa yang sudah dijelaskan pada uraian di atas maka kuman akan mati dan tidak berhasil masuk ke dalam tubuh. Namun, apabila dalam hal ini kuman masih dapat lolos melewati kulit dan membran mukosa maka tubuh memiliki pertahanan yang lain, yaitu kekebalan dari dalam tubuh yang disebut pertahanan nonspesifik. Pertahanan ini dilakukan oleh sel darah putih (leukosit) yang akan mematikan segala jenis mikroba yang masuk ke dalam tubuh. Leukosit memiliki sifat fagositosis, yaitu memakan kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Leukosit yang berperan adalah sel PMN (plymorpho nuclear), monosit, makrofag, dan limfosit.

b. Kekebalan adaftif

Kekebalan adaptif dapat disebut juga kekebalan spesifik karena kekebalan ini mampu mengenali dan mengingat patogen spesifik. Pertahanan ini dilakukan oleh antibodi dan antitoksin yang dapat menahan serangan bibit penyakit, baik sel mikronya maupun toksin yang dihasilkan oleh bibit penyakit tersebut. Daya kerja zat anti ini sangat spesifik, misalnya antibodi untuk menahan Mycobacterium tuberculosis tidak dapat menahan serangan Bacillus anthracis. Antitoksin tetanus juga dapat digunakan untuk mencegah serangan dipteri. Pertahanan spesifik dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai kekebalan tubuh (imunitas).

Macam-macam kekebalan. Berdasarkan asalnya, kekebalan (imunitas) dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

a. Kekebalan aktif

Kekebalan aktif merupakan jenis kekebalan yang dapat dibuat oleh tubuh dengan sendirinya karena respon tubuh terhadap suatu antigen (benda asing) yang masuk ke dalam tubuh. Jenis kekebalan ini akan bertahan lama, bahkan dapat bertahan seumur hidup. Jenis kekebalan ini ada pula yang sengaja dibuat dengan tujuan agar tubuh dapat membuat antibodi untuk melawan dan menghasilkan kekebalan yang baru. Misalnya, dengan memasukkan antigen (benda asing) berupa vaksin ke dalam tubuh. Vaksin ini berupa bibit penyakit atau virus yang sudah dilemahkan.

Percobaan untuk memperoleh kekebalan buatan pernah dilakukan oleh seorang peneliti dari Inggris, yaitu Edward Jenner pada abad ke-18. Dia melakukan percobaan dengan mengambil nanah (bibit penyakit) dari penyakit cacar yang diderita oleh seekor sapi. Bibit penyakit itu selanjutnya diberikan pada seorang anak. Ternyata anak tersebut tidak menderita sakit cacar seperti sapi, tetapi justru dapat membuat antibodi terhadap penyakit cacar itu. Berdasarkan percobaan itu muncul teori bahwa kekebalan aktif bisa dibuat dengan memberikan atau memasukkan antigen yang berupa bibit penyakit yang dilemahkan agar tubuh dapat merespon sehingga akan membentuk kekebalan tertentu.

b. Kekebalan fasif

Kekebalan pasif berbeda dari kekebalan aktif. Pada kekebalan pasif, tubuh seseorang langsung menerima antibodi yang sudah jadi sehingga tidak perlu membuatnya sendiri. Antibodi ini diperoleh dengan cara menyuntikkan suatu antigen ke dalam tubuh hewan yang sesuai. Hewan itu selanjutnya akan membuat antibodi untuk merespon antigen tersebut. Antibodi yang sudah terbentuk di dalam tubuh hewan tersebut lalu diambil dan dimasukkan ke dalam tubuh seseorang yang memerlukan.

Contoh lain kekebalan pasif yaitu pemberian air susu ibu (ASI) pada anaknya. Pemberian ASI ini selain bertujuan untuk memberikan makanan yang terbaik bagi anaknya juga untuk memberikan kekebalan pada bayinya. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa air susu ibu yang baru menyusui mengandung antibodi yang baik untuk bayi sehingga bayi memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu. Kekebalan pasif ini sifatnya sementara sehingga dalam jangka waktu tertentu antibodi tersebut akan hilang dari dalam tubuh.

NOTE

JARINGAN LYMPOID

Jaringan limfoid terdiri dari daerah seperti mesh jaringan ikat dalam tubuh yang mengandung sel darah putih, limfosit paling umum. Jaringan dan pembuluh limfatik limfoid, yang mengangkut cairan tubuh yang jelas disebut getah bening ke jantung, terdiri dari sistem limfatik. Terutama terlibat dengan fungsi kekebalan tubuh, komponen jaringan limfoid termasuk kelenjar getah bening, amandel dan kelenjar gondok, limpa, dan jaringan limfoid mukosa yang terkait (MALT). Selain itu, kelenjar timus dan sumsum tulang berperan dalam fungsi limfoid dalam tubuh. Jaringan limfoid beroperasi untuk mempertahankan tubuh dari infeksi, benda asing, dan sel-sel kanker menyebar.

Tiga divisi luas jaringan limfoid ada, yang diselenggarakan berdasarkan tahap perkembangan limfosit yang terjadi di dalam masing-masing. Organ limfoid primer, lokasi tubuh yang terlibat dengan generasi limfosit dari sel batang progenitor, membuat sel-sel darah putih fungsional yang siap untuk merespon tetapi tidak ditargetkan untuk menanggapi bahan asing tertentu atau sel. Organ limfoid sekunder, seperti kelenjar getah bening, menjaga "naïve" limfosit, dan, bila terkena sel penyerbu, mengaktifkan limfosit untuk tindakan terhadap ancaman itu. Setelah tubuh mengaktifkan limfosit untuk menanggapi ancaman yang diberikan, limfosit lain direkrut dan juga diaktifkan sehingga tubuh dapat me-mount respon imun. Akhirnya, impor jaringan limfoid tersier diaktifkan limfosit dari darah dan getah bening dalam kasus peradangan tubuh aktif.
Kelebihan cairan dalam organ saluran getah bening bersama melalui pembuluh limfatik ke kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening bertindak sebagai filter untuk menyaring bahan berbahaya dan sel-sel dari getah bening sebelum akhirnya masuk kembali aliran darah. Kelenjar getah bening yang paling sering terjadi di rongga dada, ketiak, pangkal paha, dan leher. Terdiri dari dua lapisan, kelenjar getah bening merembes melalui lapisan cairan terluar, korteks, di mana kantong terkonsentrasi limfosit, yang disebut folikel, siap untuk mengaktifkan jika mereka menemukan bahan asing.


Mukosa yang berhubungan jaringan limfoid (MALT) adalah jaringan luas gumpalan kecil jaringan limfoid yang tersebar di seluruh berbagai jaringan tubuh, termasuk kulit, paru-paru, mata, dan saluran pencernaan. Permukaan mukosa tubuh, termasuk lapisan lembab di mulut, hidung, dan tenggorokan, sering situs masuknya bakteri dan virus. Di MALT berisi berbagai jenis sel darah putih mampu memasang garis pertahanan pertama terhadap agen infeksi. Limfoma, kanker jaringan limfoid, dapat terbentuk dalam setiap situs jaringan limfoid, termasuk bidang MALT.

PERAN LYMPOSIT 


Support web ini

BEST ARTIKEL