Saturday, April 30, 2011

DOA BAIK YANG DIDENGAR


Sally baru berumur 8 tahun ketika dia mendengar ayah dan ibunya berbicara tentang kakaknya Georgi. Kakaknya sakit keras dan mereka telah melakukan semuanya untuk menyelamatkan nyawanya. Hanya pengobatan yang sangat mahal yang dapat menolongnya sekarang tapi itu tidak mungkin karena kesulitan keuangan keluarga tersebut.

Sally mendengar ayahnya berkata, hanya mukjizat yang dapat menyelamatkan kakaknya. Sally masuk ke kamarnya dan mengambil celengan yang disimpannya, menjatuhkannya ke lantai dan menghitungnya dengan hati-hati. 3 kali dihitungnya hingga benar-benar yakin tidak salah menghitung jumlah uangnya. Dia memasukkan uang koin tersebut ke dalam saku sweaternya dan menyelinap meninggalkan rumahnya untuk menuju ke sebuah toko obat. Dengan penuh kesabaran, ditunggunya si apoteker yang tengah sibuk berbicara dengan seorang pria. Si apoteker tidak melihatnya karena dia begitu kecil. Hal itu membuat Sally bosan dan dia menghentak-hentakan kakinya ke lantai untuk membuat kebisingan. Si apoteker melongokkan kepalanya tapi juga tidak melihat si Sally kecil.
Akhirnya dia keluar dan menemui Sally. “Apa yang kau mau?” tanya si apoteker dengan keras. “Saya sedang berbicara dengan saudara saya.”
“Baik, saya ingin berbicara tentang kakak saya,” Sally menjawab dengan nada yang sama “Dia sakit, dan saya ingin membeli mukjizat.”

“Maaf, apa yang kamu katakan ?” kata si apoteker.

“Ayah saya berkata hanya mukjizat yang dapat menyelamatkan kakak saya, nah sekarang berapa harga mukjizat itu ?”

“Kami tidak menjual mukjizat di sini, anak kecil. Saya tidak dapat menolongmu.”

“Dengan, saya mempunyai uang untuk membelinya jadi katakan saja berapa harganya,” kata Sally dengan lantang.

Seorang pria berpakaian rapi duduk jongkok di hadapan Sally dan bertanya,”Mukjizat jenis apa yang dibutuhkan saudaramu?”

“Saya tidak tahu,” jawab Sally. Airmata mulai mengalir di pipinya “Yang saya tahu, dia benar-benar sakit dan ayah saya berkata hanya mujizat yang dapat menyembuhkannya.”

“Berapa banyak yang kau punya?” tanya pria itu. “Satu dollar 11 sen,” jawabnya dengan bangga. “Dan inilah semua uang yang saya punyai didunia ini.”

“Wah, suatu di luar logika,” senyum pria tadi 1 dollar 11 sen. Harga yang tepat untuk sebuah mukjizat.

Dia mengambil uang itu, lalu dengan tangan yang satunya membimbing tangan anak kecil itu sambil berkata,”Bawa aku ketempat kamu tinggal, aku ingin bertemu dengan kakak dan orangtuamu”.

Pria berpakaian rapi itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang spesialis bedah. Dia terharu pada perjuangan Sally kecil yang masih 8 tahun dalam mencari mujizat dengan uang celengannya. Dr. Carlton Armstrong merasa tergerak oleh belas kasihan untuk membantu operasi bedah dalam penyembuhan kakak Sally. Operasi berjalan sempurna dan Georgi, kakak Sally diselamatkan. Sebuah operasi yang luar biasa dan ajaib karena keluarga Sally tidak perlu mengeluarkan uang, selain tabungan Sally yang diberikan kepada dokter itu.

Sebuah kebijaksanaan bisa kita pelajari dari kisah nyata ini. Ketulusan dan kasih akan mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu mencari jalan keluar. Si Sally tidak punya uang yang cukup, tidak punya tenaga yang cukup, tetapi kasih yang tulus, itulah yang mendorong dia untuk menyusuri jalan dari rumahnya menuju ke toko obat dan berusaha keras mencari pertolongan. Ketulusan dan kasih memberi dorongan yang kuat untuk seseorang mencari jalan keluar. Bila kita ada masalah, biarlah kasih dan ketulusan yang memerintah hati kita, sehingga dengan bijaksana kita akan mencari jalan keluar.

Diambil dari inspirasi support information 2010


MENJELANG HARI BURUH MEI 2011

Menjadi buruh TKI adalah sebuah lompatan waktu, bukan ke depan, melainkan ke belakang, jauh, jauh sekali ke b...elakang, minimal ke zaman Firaun. Ah,...aku sadar, saudara-saudariku rela melakukan dan melewatinya lantaran tekanan ekonomi dan keadaan, bukan karena sebuah cita-cita yang telah dibangun sejak usia dini. Jiwaku selalu berontak ketika mendengar sebutan TKI lantaran negeri ini disebut-sebut negara yang memiliki alam yang kaya raya. TKI di satu sisi, negeri kaya raya di pihak lain.

Sungguh bertentangan, bukan? Aku mau, bilang saja dengan jujur, negeri ini memang miskin, telah bangkrut, sehingga isi kepala ini dapat menerima putra-putri terbaik ibu pertiwi ini menjadi sesuatu yang wajar bila mereka mencari nafkah di negeri orang. Coba sekali waktu membaca dan melihat iklan atau alat promosi pariwisata Indonesia,... Halah! Aku melihat proses pembodohan di dalamnya.

Kalau pak pejabat bilang TKI adalah devisa negara ...adalah pejabat yang seenaknya sendiri karena ia tidak dilatih otaknya untuk mengembangkan negaranya , cari aman tetapi bisa kaya , nggak ngeluarin energi pikir yang besar ........dasar

Pepatah lebih baik hujan batu di Negara sendiri daripada hujan emas di Negara lain sudah tidak relevan lagi untuk saat ini bagi mereka. Cerita-cerita tragis mengenai penyiksaan, pemerkosaan dan pembunuhan Tenaga Kerja Indonesia di luar Negeri pun tidak mereka indahkan. Mereka hanya berbekal mimpi dapat memperbaiki hidup dengan menjadi TKI di luar negeri meskipun tidak jarang hanya penderitaan dan penyiksaan yang mereka dapat.


Kalau TKI yang begini ini yang bener bener menghasilkan devisa negara jelas dan tanpa rasa was was ............OK

Support web ini

BEST ARTIKEL