Monday, May 6, 2013

SEKILAS METHODOLOGI ILMIAH





  • Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
  •  Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian. 
  •  Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. 
  • Karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris)  yang tidak selalu terdapat pada karangan semiilmiah.
  •  Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel,  feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama
  • Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat (1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi, (2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative, (3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.

Ciri Karya Ilmiah

Secara ringkas, ciri-ciri karya ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut:


  1. Objektif. Keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek (memvertifikasi) kebenaran dan keabsahannya.
  2. Netral. Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.
  3. Sistematis. Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
  4. Logis. Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
  5. Menyajikan Fakta (bukan emosi atau perasaan). Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.
  6. Tidak Pleonastis   Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat. Kata-katanya jelas atau tidak berbelit- belit (langsung tepat menuju sasaran).
  7. Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.
 

Menurut John Dewey ada 5 langkah pokok proses ilmiah, yaitu 

  1. mengenali dan merumuskan masalah
  2. menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis
  3. merumuskan hipotesis atau dugaan hasil sementara
  4. menguji hipotesis dengan melakukan eksperimen
  5. menarik kesimpulan.



Di sekolah siswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah, seperti makalah, laporan praktikum, yang umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil tetapi dilakukan agar terbiasa  
  • Sementara jika siswa diberikan penugasan makalah lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis pakar-pakar dalam bidang tertentu yang dipelajari.
  • Penyusunan laporan praktikum ditugaskan sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
  • Dalam beberapa hal, ketika siswa melakukan praktikum, ia sebetulnya sedang melakukan verifikasi terhadap proses penelitian yang telah dikerjakan ilmuwan sebelumnya
  • Kegiatan praktikum didesain pula untuk melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian


Langkah apapun yang anda lakukan sembarang pekerjaan jika masih menggunakan cara diatas akan membuat kita menjadi lebih baik dan optimal

Saturday, May 4, 2013

MENYONGSONG 28 MEI



Assalamu ‘alaikum Wr Wb
Sumangga langkung rumiyin sami ngaturaken syukur dhu-mateng Gusti Mahakwasa ingkang kepareng paring rahmat lan hidayahipun. Kita sadaya taksih saged kempal manunggal kanthi tentrem, bagas, waras, kebak ing kabagyan salebetipun pahargyan pengetan dinten menika.

 Saderek-saderek sedanten……..

Minurut pengamatan  kulo raosaken akhir-akhir meniko kathah wargo ingkang kirang menghargai negeri nasionalipun inggih puniko negeri “tercinta” Indonesia. Hal meniko sanget ngrisauaken yen diterus-terusaken saget dados masalah ingkang serius……..

Saderek-saderek, kawulo mudho sedanten……..

Wonten jaman sakniki sampun kathah “pengikisan” kebangsaan nasionalisme! Meniko disebabaken kathah kawulo mudho ingkang ngelalekaken jatidirinipun dados wargo Indonesia sebabipun poro kawulo mudho luwih condong marang pergaulan utawi budoyo-budoyo Barat ingkang ndugi saking media cetak, elektronik, ingkang rupo: acara-acara televisi, majalah, surat kabar, utawi kathah wargo luwih seneng mundhut produk-produk luar negeri disebabaken regoipun luwih mirah lan kualitasipun luwih sae……..

Saderek-saderek sebongso lan setanah air……….

Masalah-masalah meniko saget diicalaken lan saget mbangsulaken raos cinta tanah air negeri “tercinta” Indonesia meniko kalian salah sawijine coro inggih puniko mundhut barang-barang produksi Indonesia, menghormati jasanipun poro Pahlawan lan poro Pejuang, tindak dhateng Museum-museum Nasional utawi monumen-monumen perjuangan

Kulo raos meniko ingkang saget kulo sampekaken……. mugi- mugi saget ndhatengaken perubahan lan saget mbangsulaken utawi nguataken roso Nasionalisme kito sedanten.

Matur suwun kulo sampekaken………
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Ponakan ada PR Pidato dari gurunya hehehe kok bagus...... maksudnya kok berani menyampaikan meskipun kurang sempurna maklum baru kelas 7 hehe

Support web ini

BEST ARTIKEL