Kalau Anda menginginkan keberhasilan, hal ini bisa
dilakukan dengan cara menyontek secara all out. ? Apa saja dunia yang Anda
geluti?
- Katakalah seorang petani, ia bisa melakukan hal yang sama dengan petani lainnya ketika hasil panennya meningkat.
- Seorang pemusik juga demikian adanya. Sering kali seseorang yang bergelut di bidang musik diklaim sebagai plagiat gara-gara nada ciptaannya mirip dengan karya pemusik lainnya, baik di dalam maupun luar negeri. Ada juga yang berkilah bahwa, “Ya, wajar saja wong nada itu cuma tujuh, dari do dampai si.”
- Bagi seorang pengusaha juga bisa demikian.
- Bila ada bidang baru yang boleh dibilang sukses dan masih sepi pesaingnya, bisa disontek. Termasuk acara-acara televisi kita juga banyak yang menyontek acara serupa di belahan dunia lain.
Itu yang sering dikatakan di tipi tipi yang terlihat sehari hari di belahan bumi ini (Follower)
Bagaimana dengan Mahasiswa dan Pelajar
Bagi pelajar atau mahasiswa, menyonteklah secara kreatif. Artinya, jangan menyontek pada saat ujian berlangsung. Agar ujian dapat dijalankan dengan sukses, bacalah setiap bahan pelajaran atau buku yang dijadikan rujukan sebanyak tujuh kali. Karena, sebelum dibaca sebanyak tujuh kali, bahan rujukan masih berada di otak dan belum turun ke dada.
Bagi pelajar atau mahasiswa, menyonteklah secara kreatif. Artinya, jangan menyontek pada saat ujian berlangsung. Agar ujian dapat dijalankan dengan sukses, bacalah setiap bahan pelajaran atau buku yang dijadikan rujukan sebanyak tujuh kali. Karena, sebelum dibaca sebanyak tujuh kali, bahan rujukan masih berada di otak dan belum turun ke dada.
Hal ini sesuai dengan pepatah Arab yang menyatakan al
ilmu fi al shudur la fi shutur, ilmu itu ada di dada bukan di lembar-lembar
kertas. Artinya, mesti ada proses internalisasi dari apa-apa saja yang menjadi
kajian seseorang agar tetap melekat pada ingatan berjangka lama (long term
memory).
Andrias Harefa pernah menyatakan bahwa kunci seseorang
agar kreatif adalah dengan “3 N”: niteni, niroke, nambahi. Atau, dalam bahasa
lain yakni mencirikan, menirukan, dan menambahkan. Banyak kasus belajar justru
dipahami sebagai proses peniruan. Contoh, anak kecil belajar berjalan, belajar
berbicara, atau belajar apa saja adalah menirukan gerakan orang dewasa di
sekelilinginya, terutama orang tuanya.
Artinya, sebelum mempunyai ide, langkah pertama bisa
menirukan apa saja yang ada di sekelilingi kita. Sebagaimana halnya belajar
menjahit baju. Pola dasar baju di mana saja dan kapan saja kan sama? Ada
lengan, ada kerah, ada kancing, ada saku. Selebihnya adalah
penambahan-penambahan di sana-sini akibat yang ditimbulkan dari proses
kreativitas.
Jadi, menyontek di ruang ujian adalah tindakan yang tidak
bijak, konyol, sembrono, serta tidak menghargai karunia Allah. Tuhan adalah
Sang Maha-Pemberi akal pikiran yang luar biasa kepada setiap manusia. Menyontek
sebagai bahan permulaan kreativitas dimungkinkan, karena bagaimanapun tidak ada
yang original di dunia ini. Yang terjadi adalah proses kreatif yang
terus-menerus untuk menciptakan produk, baik barang atau jasa, maupun produk
kreatif lainnya.
No comments:
Post a Comment