Buku ini dibuat dalam rangka Lustrum V SMA Gonzaga
Buku ini berisi pembentukan karakter anak bangsa yang disadari semakin mengalami degradasi
Garis besar buku ini adalah sebagai berikut
"Tidak ada bangsa yang tertinggal yang ada hanyalah bangsa yang lalai membangun masa depan melalui pendidikan anak anaknya" Rasanya ungkapan ini benar adanya .Kasus tawuran, Pergaulan bebas , atau tindakan Bullying oleh senior yang masih marak terjadidilingkungan pendidikan pertama dan menengah , menunjukkan bahwa pendidikan masih punya peranan penting dalam mempersiapkan generasi emas bangsa Indonesia.
Dengan kondisi pendidikan yang bisa dikatakan carut marut tidakbisadipungkiri bahwa kehadiran pendidikan Kolese seakan membawa angin segar baru . berlandaskan spirit St Ignatius Loyolayang dikenalsebagai seorang pembelajar yang gigih, semangat kebersamaan yang terbalut dalam semboyan " Man for Others " serta ajakan untuk bertanggung jawab dalam kebebasan , pendidikan kolese menawarkan suatu educational approach atau yang dikenal dengan cura personalis dalam membawa karakter siswa siswinya.
Melalui buku ini SMA Gonzagasebagai salah satu institusi pendidikan kolese yang telah 25 tahun mewarnai dunia pendidikan di Indonesia,hadir dan berbagi mengenai pendidikan kolese yang berkarakter Ignatian .Temukan semangat dan spirit pendidikan berkarakter Ignatian dengan membaca buku ini
Dan tentu saya sebagai guru kolese gonzaga secara sadar , terus berusaha se maksimal mungkin membagikan ilmu yang sebisa mungkin untuk pendidikan Biologi keseluruh anak anak guru guru mahasiswa yang memerlukan lewat biologigonz.blogspot.com ini
Dan tentu semoga menjadi berguna dan bermanfaat
Berikut akan kami sertakan tulisam agar anda semangat untuk mempunyai buku ini
Ini salah satu tilisan yang ada di buku Bangsa yang Lalai yang ada di halaman 181 - 185
Harga buku sangat terjangkau Rp 45.000 ,-
Bisa pesan ke saya aja Isharmanto 085692237784 atau
Membeli langsung ke Toko buku Gramedia yang ada di Jabotabek
terima kasih
Buku ini berisi pembentukan karakter anak bangsa yang disadari semakin mengalami degradasi
Garis besar buku ini adalah sebagai berikut
"Tidak ada bangsa yang tertinggal yang ada hanyalah bangsa yang lalai membangun masa depan melalui pendidikan anak anaknya" Rasanya ungkapan ini benar adanya .Kasus tawuran, Pergaulan bebas , atau tindakan Bullying oleh senior yang masih marak terjadidilingkungan pendidikan pertama dan menengah , menunjukkan bahwa pendidikan masih punya peranan penting dalam mempersiapkan generasi emas bangsa Indonesia.
Dengan kondisi pendidikan yang bisa dikatakan carut marut tidakbisadipungkiri bahwa kehadiran pendidikan Kolese seakan membawa angin segar baru . berlandaskan spirit St Ignatius Loyolayang dikenalsebagai seorang pembelajar yang gigih, semangat kebersamaan yang terbalut dalam semboyan " Man for Others " serta ajakan untuk bertanggung jawab dalam kebebasan , pendidikan kolese menawarkan suatu educational approach atau yang dikenal dengan cura personalis dalam membawa karakter siswa siswinya.
Melalui buku ini SMA Gonzagasebagai salah satu institusi pendidikan kolese yang telah 25 tahun mewarnai dunia pendidikan di Indonesia,hadir dan berbagi mengenai pendidikan kolese yang berkarakter Ignatian .Temukan semangat dan spirit pendidikan berkarakter Ignatian dengan membaca buku ini
Dan tentu saya sebagai guru kolese gonzaga secara sadar , terus berusaha se maksimal mungkin membagikan ilmu yang sebisa mungkin untuk pendidikan Biologi keseluruh anak anak guru guru mahasiswa yang memerlukan lewat biologigonz.blogspot.com ini
Dan tentu semoga menjadi berguna dan bermanfaat
Berikut akan kami sertakan tulisam agar anda semangat untuk mempunyai buku ini
Ini salah satu tilisan yang ada di buku Bangsa yang Lalai yang ada di halaman 181 - 185
.................Sejatinya, belajar adalah bukan tujuan, demikian juga
halnya dengan pencapaian gelar akademik.Belajar dan hasilnya adalah sarana
untuk meningkatkan pelayanan; St Ignatius menandaskan bahwa belajar adalah demi
menyelamatkan jiwa-jiwa. Di dalam
sekolah, pelayanan tersebut menunjuk pada pendampingan peserta didik. Tanpa
kesediaan untuk belajar terus-menerus pendampingan khas dan kreatif yang
diperlukan dalam pendampingan peserta didik demi tercapainya profil yang
diidamkan tidak akanterlaksana, kecuali pendampingan yang asal jalan saja;
termasuk saat guru menjalankan tugasnya sebagai pengajar dalam kelas.Tanpa
pengalaman kesukaan akan belajar tidaklah mungkin mengajarkan bagaimana belajar
seperti yang menjadi tuntutan pokok bagi setiap guru. Keuntungan lain atas
kesediaan untuk menjadi pembelajar adalah bahwa hal ituakan mengundang minat
peserta didik untuk mengikuti jejak guru pendamping. Sungguh, menjadi guru
kolese Jesuit berarti juga menjadi guru yang Ignatian yakni pembelajar seumur
hidup.Magis![1]
Yang kedua
adalah bahwa guru kolese diundang untuk meningkatkan kerampilan dalam melakukan
pertimbangan yang khas, discernment.Discernmentatau discernment of spiritsadalah sebuah proses pemilihan atas pelbagai
hal berpotensi baik yang memuncak pada pilihan terbaik yang sesuai dengan yang diharapkan
oleh Tuhan di sini dan sekarang (hic et
nunc). Dalam kehidupan sehari-hari, sejak bangun pagi hingga kembali
istitahat malam atau tidur, banyak hal berada di hadapan kita dan harus kita
pilih salah satu untuk kita laksanakan.Hidup kita disodori pilihan-pilihan yang
harus kita pilih secara tepat. Hidup diwarnai dengan aneka macam keputusan
untuk memilih mana yang paling baik, paling bermutu atau mana yang paling
efektif dan efisien atau mana yang paling mendekatkan diri kepada Tuhan. Bila
di sekolah, maka hal atau tindakan yang musti dipilih adalah yang bermanfaat
bagi peserta didik atau mengarah kepada tercapainya profil lulusan kolese di
atas.Dalam rangka menjadi guru, proses pemilihan yang khas semacam ini
mengandaikan kesediaan guru untuk ber-murah hati dan memiliki kesanggupan untuk
menolong peserta didik atau sesama guru; terkadang menuntut pula untuk berani keluar
dari kenyamanan pibadi.Namun demikian, modal utamanya adalah daya spiritual
yang dimilikinya sebagai buah dari kedekatan dengan Tuhan yang dicapainya salah
satunya melalui kebiasaan berdoa, berkomunikasi dengan Tuhan. Dengan demikian
proses pemilihan yang khas ini bukanlah pemilihan politis semata-mata. Discernment adalah proses pembedaan mana
roh baik yang mendorongnya untuk melakukan tindakan yang bermutu atau yang
mendekatkan kepada Tuhan. Proses ini melibatkan kegiatan doa dan refleksi dan
terkadang juga butuh konsultasi. Kebiasaan melakukan pemilihan yang khas akan
mendorong munculnya ketrampilan memilih dan melakukan yang paling bermutu. Guru
yang terampil melakukan pemilihan akan memberdayakan (energizing) peserta didik dan sekaligus dirinya sendiri. Inilah
yang akanmenjadikannya sebagai guru Ignatian. Guru yang hidup bukan untuk diri
sendiri termasuk keluarganya, namun juga yang terbuka kepada setiap anggota
komunitas sekolah, secara khusus demi perkembangan peserta didik dan sesama.
Dan melaksanakan tugas bukan sekedar lantaran diperintah oleh atasan atau
berdasar pada rutinitas harian, yang akan membuatnya kering dan bosan, yang
pada akhirnya akan mematikan keguruannya.
Menjadi
pembelajar sejati alias suka belajar dan terampil melakukan discernment adalah panggilan setiap guru
kolese.Panggilan bisa ditanggapi dan bisa pula tidak dihiraukan alias menutup
erat-erat telinga hati; ini bergantung pada kesadaran diri masing-masing. Oleh
karena itu perlu diciptakan ruang dan
waktu agar setiap guru dalam
kebersamaan dan kesalingan terbantu
untuk terbuka atas undangan itu; tentu termasuk di dalamnya adalah apresiasi dari
pimpinan (dan diharapkan menjalar dari sesama) bagi yang berhasrat dan berusaha
untuk menanggapi undangan. Ini semua bukan demi diri pribadi, namun teristimewa
demi mereka-mereka yang telah dipilih sebagai peserta didik melalui tes seleksi
yang kompetitif, dan telah dipercayakan oleh para orangtua untuk didampingi di
sekolah.Kepercayaan itu pun musti menjadi pendorong bagi terbukanya telinga
hati para guru yang telah dipercaya oleh para orangtua.Kepercayaan yang telah
diberikan hendaknya tidak di-sia-sia-kan, apalagi dikhinati.Bila ruang dan waktu yang disediakan dan kepercayaan yang ada tidak dimanfaatkan, silakan
bertanya kepada diri sendiri: apakah saya pantas disebut guru kolese yang
bermakna dan bermartabat?
[1Magis berasal bahasa Latin; bahasa
Inggrisnya adalah “more”. Kata ini
mengacu pada semangat St Ignatius atau para Jesuit yaitu usaha untuk senantiasa
membaharui atau meningkatkan diri secara terus-menerus – menjadi lebih baik.
Kata ini sangat lekat dengan AMDG.
Harga buku sangat terjangkau Rp 45.000 ,-
Bisa pesan ke saya aja Isharmanto 085692237784 atau
Membeli langsung ke Toko buku Gramedia yang ada di Jabotabek
terima kasih