Manusia-manusia Indonesia ini nampaknya makin egois saja. Yang ada dalam pikirannya dia hanya dirinya sendiri.
Empati dan berkorban sudah
merupakan barang yang langka.
Mungkin sebaiknya kata-kata itu dihapuskan saja
dari kamus Bahasa Indonesia.
Berikut ini beberapa contohnya:
Saya mau masuk surga.
Peduli amat dengan orang lain.
Kamu mau masuk neraka
kek, surga kek.
Peduli!
Yang penting saya masuk surga.
Saya mau menjalankan apa
yang diperintah oleh agama saya.
Awas kalau menghalangi jalan saya.
Bukankah
seharusnya dia mengajak orang lain dengan santun?
“Memberi” lampu besar (dim).
Seolah berkata … “Awaaasss saya mau lewat!
Kamu berhenti dulu!”.
Dia tidak yakin orang akan memberikan jalan untuknya
karena dia pikir semua akan seperti dia, tidak mau mengalah.
Jadi lucu (kesel?)
aja saya melihatnya karena saya cenderung memberi jalan untuk orang lain.
Saya mau puasa … kalian semua yang jualan tutup! Tidak peduli ibu-ibu yang
harus berjualan makanan di pinggir jalan untuk menafkahi keluarganya. Mereka
terpaksa harus berjuang. Pedulikah kita terhadap mereka? Tidak! Saya kan puasa!
Hargai saya dong!
Bukankah seharusnya kita juga memikirkan mereka. Yang jualan
juga punya hati nurani. Menutup warungnya dengan tirai. Ibu-ibu yang berjualan
juga tidak vulgar di depan orang banyak.
Berdiri menghalangi jalan, duduk di tangga menghalangi orang yang turun
naik tanggak, berjalan dengan super santainya tanpa mengetahui bahwa dia
menghalangi ornag lain, memarkir kendaraan sesukanya tidak mau berbagi dengan
orang lain, parkir di trotoar atau bahu jalan tanpa peduli ini akan mengganggu
lancarnya lalu linta, berdagang sembarangan. Semuanya tidak pernah mencoba
memperhatikan apakah apa yang dilakukannya menyulitkan orang lain.
Yang penting adalah Saya, Saya, dan Saya! Bukan lainnya