Ini adalah buah karya yang dituliskan oleh Jadzia Carolina salah satu siswi Gonzaga yang menang dalam kontes Puisi di Jakarta .
Puisi yang penuh makna bagi seorang muda yang peduli terhadap lingkungan, sesama dan bangsa negara juga tentu Tuhannya. Anak muda yang jelas arahnya tidak sebagai follower namun menjadi trandsetter . tidak alay, malay ataupun derivatnya, Karena begitu bagus karya itu saya kesengsem dan saya masukkan kedalam blog biologi gonzaga ini sebagai Oasis kata pencerahan ditengah hiruk pikuk kata latin yang terus tetap dipahami
Semoga berguna
Semoga berguna
Bunga Bangsa
Oleh Jadzia Carolina
GONZAGA COLLEGE
Kita ini ibarat bunga baru mekar
Asing pada mentari senja
Masih malu dipandang sepadang mata
Lihatlah, di kanan-kiri masih banyak ular
mengerumun
Jangan sampai tergoda desis
Wahai bunga muda
Kita ini pembibit asa
Masa iya layu sebelum terang?!
Jangan mau dimadu berlian-emas dunia
Jangan jatuh pada nista serakah
Raga harus berpijak suci!
Kita ini bagai oasis di antara terik dan
gurun
Menyegar dahaga, mimpi-harap milik bangsa
Masa iya mau lapuk sebelum tua?
Jangan mau jadi jinjingan nafsu
Jangan mau merakus negeri
Tengoklah tikus-tikus yang mencicit di
balik jeruji besi
Juga topeng-topeng munafik dunia maya
Yang mencolek-colek nafsu yang berbaring di
sela jiwa
Pun para boneka kayu di televisi
Berpose-pose cantik jadi budak
lembaran-lembaran kertas
Yang jijik menatap si kakek di perempatan
Tetapi menangis lara ketika ditanya kamera
Wahai bunga merekah!
Apa mau jadi racun pembunuh asa?!
Bukan senja di ujung cakrawala?!
Mau jadi lagu yang bernyanyi dusta?!
Bukan syair pelipur duka?!
Buat apa?! Buat apa?!
Biar puas jasmanimu?!
Marem egomu?!
Bunga...
Jadilah tawa di antara lelagu ampar-ampar
pisang
Mengayukan tor-tor dengan gemulai lentik
Menjadi iring-iring ondel-ondel pada suatu
temaram sore
Bunga...
Buka mata dan nuranimu
Sadar dan amati lingkaranmu
Jangan mau berdandan emas, berhati busuk
Kita ini bunga bangsa
Masa iya tuli pada raungan jelata?
Jangan menapak jejak pada setapak yang sama
Bulir-bulir jerit yang merana
Yang ingin layak menjadi manusia
Jangan malah berkuda Merci
Menjinjing Prada, beralas Loubutin
Tetapi kau buang mukamu pada mereka yang
berlinang air mata
Wahai kuncup-kuncup mawar
Harumkan nelangsa dengan merdu nyanyimu
Banggakan pertiwi dengan visi pluralitasmu
Terangi juga bangsa ini dengan cerdas
pikirmu
Warnai tanah ini dengan pelangi kasihmu
Hidup ini bukan untuk dunia
Mekar dan merekahlah untuk mereka yang
papah
Hibur dan bersenandunglah semisal mereka
dicela
Tujukan tatapmu pada yang hampa
Dan lukislah lengkung di bibirnya
“Hidup”-lah pelita-pelita muda...
Kita ini bunga-bunga bangsa....
06
Agustus 2015
FLS2N
2015
illustrasi pic