Hayo segera berangkat ke kamar mandi setelah memahami ini segera bersihkan diri, kemudian kita berdiskusi dengan yang punya kuasa alam nggak sampai 10 menit kalau itu mau melanjutkan kerja dunia lagi , bisa berjam jam kalau itu kita inginkan untuk terus berdiskusi karena kita bisa menyingkirkan urusan dunia
Lakukan nsegera karena ada guyonan klasik sholatlah sebeluim anda di sholatkan , Berdiskusilah selagi hidup sehingga bisa ketemu denganya jangan nunggu mati kita ketemu , kenalnya udah telat. ( very late)
Wudhu, salah satu upaya menjaga kesehatan lewat ibadah, betapa luar biasanya hikmah yang ada pada ritual wudhu.“Yang jelas kenapa orang melakukan wudhu , pasti orang itu tidak gila , karena orang gila takut dengan air , padahal wudhu perlu air “
Ada beberapa hal penting dalam berwudhu, antara lain:
1. Syarat Air
1. Syarat Air
- Air yang digunakan disyaratkan adalah air yang bersih dan menyehatkan, yaitu bersih, tidak berubah warna, tidak berubah rasa.
- Penggunaan air juga disyaratkan bukan air panas, bukan air bekas digunakan untuk bersuci, dan penampungan air tidak dari logam. Kenapa demikian? Simak uraian berikut ini, agar bisa mendapatkan gambaran yang jelas.
- Perubahan warna air bisa berarti telah terkontaminasi dengan kuman, atau ada reaksi dengan logam berat yang dapat menggangu kesehatan seseorang.
- Perubahan rasa air bisa diakibatkan unsur mineral berlebihan, atau adanya kontaminasi jamur, mikroba dan atau kotoran-kotoran yang bisa merusak kulit dan juga merusak kesehatan secara umum.
- Perubahan bau menunjukkan air tidak sehat, ini bisa terjadi karena adanya kotoran yang termasuk najis atau reaksi-reaksi kimia maupun fisika lain.
Sebagian ulama termasuk Imam Syafi'i berpendapat bahwa
- wudhu tidak boleh menggunakan air bekas (air musta'mal), akan tetapi sebagian ulama menyatakan air bekas wudhu memiliki hukum suci dan mensucikan sepanjang air tersebut tidak berubah sifatnya.
- Kalau ditinjau dari segi kesehatan, sepakat bahwa pendapat pertama lah yang tepat kita pilih, karena potensi air musta'mal bisa menjadi media kuman. Air yang telah dipakai berwudhu atau mandi wajib dapat diduga kuat mengandung kotoran dari pengguna air (kuman, jamur dan kotoran lain) sehingga jika air tersebut dipakai untuk bersuci akan menularkan penyakit atau menimbulkan kesulitan lain bagi kesehatan penggunanya.
- Secara keseluruhan maksud disyaratkan air harus tidak berubah warna, rasa, maupun baunya menunjukkan bahwa ritual wudhu bukanlah ritual pembersihan diri dengan air suci dari tempat tertentu.
Dengan dimudahkannya syarat tersebut, orang bisa melakukan wudhu di mana saja dia mau asalkan tidak menggunakan sembarang air yang bisa mengganggu kesehatan.OK
2. Wadah Penampung Air
2. Wadah Penampung Air
- Untuk penggunaan air wudhu yang tidak dari air mengalir, wadah yang dipakai menampung air sebaiknya dari tanah/ batu, penampungan air pada tempat dari logam sebaiknya tidak terpapar langsung dengan sinar matahari, karena dikhawatirkan akan terjadi reaksi yang bisa merubah sifat air sehingga air menjadi berubah sifatnya, warna, rasa ataupun baunya. Reaksi logam ini bisa berupa karat (korosi).
3. Prosesi Wudhu
- Wudhu dimulai dengan membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali, kemudian dilanjutkan dengan berkumur sebanyak tiga kali.
- Sebelum mencuci wajah, mencuci lubang hidung terlebih dahulu sebanyak tiga kali.
- Baru mencuci wajah untuk menghilangkan kotoran di wajah.
- Sunnah diulang tiga kali, sebagian ulama menganggap bahwa berwudhu dengan air memancar atau mengalir lebih utama.
- Prosesi lainnya adalah pencucian lengan dan tangan, pencucian rambut dan kaki, semuanya merupakan wilayah terbuka yang secara fisik perlu dibersihkan karena kemungkinan terkontaminasi dengan berbagai kotoran.
Kita sudah sering mendengar makna filosofis dari wudhu adalah mengingatkan kita untuk selalu menjaga kebersihan organ-organ tersebut dari kotoran yang bersifat bathiniah.
Secara rinci maknanya adalah sebagai berikut:
Secara rinci maknanya adalah sebagai berikut:
- Membaca Basmallah ketika memulai, mempunyai makna kita melakukan ritual ini demi mengikuti perintah Allah SWT.
- membersihkan gigi, mempunyai makna menjauhkan diri dari godaan makan-minum secara berlebihan.
- mencuci tangan sampai pergelangan tangan memiliki makna jagalah dirimu, jangan sampai terlibat hal-hal yang bathil dan menyesatkan.
- berkumur-kumur, mengingatkan pentingnya menjaga lisan dari mengeluarkan kata-kata yang tidak berguna.
- menghirup air lewat hidung dan menyemburkannya seperti bernafas, mempunyai makna jagalah penciuman dan kewaspadaan terhadap lingkungan di sekitarmu.
- mengusap wajah, mempunyai makna jagalah pandangan dan peliharalah harga diri dan rasa malu.
- mengusap lengan, memiliki makna gunakan kekuatan yang diberikan Allah SWT kepadamu untuk berbuat kebaikan.
- mengusap kepala, mempunyai makna gunakan karunia Tuhanmu yang berupa akal untuk kepentingan agama Allah SWT, dan ingatlah selalu bahwa akal termasuk sesuatu yang harus dipelihara dan siramilah dengan ruh kebaikan
- mengusap telinga, mempunyai makna dengarkan hal-hal yang membawa ke arah kebaikan, yang akan menyelamatkanmu dalam kehidupan dunia dan akhirat.
- mencuci kaki, mempunyai makna ke manapun kita berjalan, ingatlah akan hari perhitungan. Di mana pun kita berpijak di bumi Allah SWT, ingatlah selalu kekuatan yang ada pada diri kita hanya dari Allah SWT. Bersihkan kakimu dari perjalanan melenceng yang mengotori penciptaanmu.
Sementara itu, manfaat medis dari berwudhu sebagai berikut:
- Pembersihan dari kotoran pada daerah yang terbuka, yang mudah terkontaminasi kuman dan kotoran lainnya.
- Pembersihan wajah jika disertai pemijatan akan merangsang pertumbuhan jaringan kolagen dan melancarkan peredaran darah di wajah, sehingga wajah akan tampak cerah dan sehat.
- Allah SWT berfirman: Tanda-tanda bekas sujud mempunyai makna bahwa orang yang berwudhu secara baik, wajahnya akan bersih bercahaya, kulitnya berwarna rata dan indah, tidak kusam. Pada wajah yang bercahaya itu tampak sinar tawadhu, sebagai ciri hamba Allah yang menyadari keberadaannya sebagai khalifah.
- Sungguh benar firman Allah: (QS Al Furqan: 63). Inilah orang yang di wajahnya tampak tanda-tanda sujud, wajahnya teduh, kata-katanya sejuk, ilmunya luas, amalnya banyak namun hatinya tawadhu, karena dia sadar semua yang dimilikinya adalah milik Allah SWT, adapun dirinya bukanlah apa-apa. Orang seperti ini akan selalu dirindukan kehadirannya oleh banyak orang dan tersirami hatinya dengan rahmat Allah SWT, sehingga bahagia dan sejahteralah hidupnya.
- Banyaklah berwudhu untuk mencari ridha Allah SWT, dan anda akan mendapatkan wajah berseri dan awet muda.
- Membasuh lengan, memberi manfaat meningkatkan peredaran energi sehingga mengurangi resiko rheumatik. Di samping itu, pada lengan terdapat banyak titik akupunktur yang berkorelasi terhadap banyak organ tubuh, sehingga dengan pemijatan sederhana dan mengalirkan air akan menggerakkan chi pada organ-organ tersebut, serta menstabilkan hawa panas dan dingin di dalam tubuh. Hal ini tentu akan meningkatkan kesehatan. Dianjurkan dalam membasuh lengan, kita melakukan pemijatan ringan agar memberi manfaat pula bagi kesehatan.
- Membasuh rambut, adalah untuk membersihkan kepala dari kotoran. Agar memberi manfaat bagi kesehatan, hendaknya pembasuhan dilakukan ke seluruh kepala disertai pemijatan ringan di kulit kepala. Sebagaimana kita ketahui, di kepala banyak terdapat titik-titik akupunktur yang berhubungan dengan organ-organ penting tubuh manusia. Dengan pemijatan diharapkan aliran chi di kepala dan organ-organ penting terkait akan menjadi baik sehingga tercapailah keseimbangan energi tubuh.
- Pencucian telinga adalah amalan sunnah wudhu yang besar manfaatnya, karena pada telinga terdapat 36 titik akupunktur penting yang berhubungan dengan hampir seluruh organ-organ dalam manusia. Oleh karena itu sebisa-bisanya lakukanlah pencucian telinga yang disertai pemijatan, agar bermanfaat bagi kesehatan.
- Pencucian kaki, batas-batas yang dicuci adalah sampai mata kaki, yaitu batas di mana kemungkinan kontak dengan berbagai kotoran. Pada waktu mencuci kaki hendaklah dilakukan dengan pemijatan, karena pada kaki terdapat banyak titik akupunktur yang apabila dilakukan pemijatan akan memperlancar peredaran darah di kaki dan juga melancarkan chi. Titik-titik akupunktur di kaki adalah titil jauh yang banyak digunakan untuk merangsang metabolisme organ-organ penting manusia. Pemijatan dengan dialiri air akan membuat relaks pikiran dan memperbaiki kerja organ-organ tersebut. Pemijatan kaki sangat bermanfaat karena kaki merupakan bagian tubuh manusia yang kurang mendapat perhatian dan kurang mendapat suplai darah yang cukup. Oleh karena itu, orang akan merasa nyaman dan rileks bila dipijat kakinya.
Yang dianjurkan sebagaimana sunnah lainnya, di antaranya adalah:
- Mencuci tangan sangat dianjurkan sebelum orang menggunakan tangan untuk menjalankan prosesi wudhu, karena tangan sering bersentuhan dengan berbagai barang yang kadang-kadang meskipun tidak tampak kotor, tetapi secara mikroskopis mengandung kuman-kuman dan jamur yang bisa mengganggu kesehatan.
- Oleh karena itu hendaknya kita mencuci tangan secara sungguh-sungguh, dengan penggosokan.
- Di samping itu, pada tangan juga terdapat banyak titik akupunktur yang berhubungan dengan organ penting seperti jantung, paru-paru, usus, ginjal dan lambung.
- Lakukan pemijatan agar melancarkan aliran energi, sehingga akan meningkatkan kebugaran. Agar kita lebih khusyu' dalam berwudhu bacalah doa seperti berikut: Artinya, adalah Ya Allah peliharalah tanganku dari perbuatan maksiat kepada-Mu.
- Menyikat gigi atau bersiwak, akan menyehatkan dan mencegah karang gigi maupun gigi berlubang. Dalam berbagai penelitian didapatkan juga bahwa kayu siwak mengandung pengharum sekaligus antibotika yang bermanfaat untuk membasmi kuman-kuman di mulut.
- Berkumur-kumur tentu saja memberi manfaat menjaga kebersihan mulut dari kuman-kuman dan dari bau yang tidak sedap, serta membantu melepaskan sisa-sisa makanan yang menempel di gigi.
- Jangan lupa sambil berkumur dalam hati sambil melafazkan doa berikut: Ya Allah, tolonglah saya, supaya saya tetap berzikir mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu
- Mencuci hidung (istinsyaq), menurut penelitian menunjukkan bahwa jumlah kuman yang ada di hidung akan berkurang pada orang yang melakukan istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung) dibandingkan pada yang tidak melakukan. Hal ini berarti bahwa istinsyaq adalah cara yang efektif untuk mencegah ataupun mengobati penyakit hidung seperti rhinitis dan sinusitis.
- Setelah melakukan istinsyaq, orang melakukan istintsar yaitu mengeluarkan air dari hidung dengan bernafas. Melalui air yang dikeluarkan inilah kuman-kuman ikut keluar dari hidung. Rasulullah SAW bersabda: "Sempurnakanlah wudhu, dengan meratakan air di antara jari jemari, dan bersungguhlah dalam ber-istinsyaq, kecuali dalam berpuasa." (H.R. Al Bukhari dan Muslim). Istinsyaq menurunkan angka pertumbuhan rhinitis berulang dan juga membantu pengobatan sinusitis. Ketika mencuci hidung, hendaklah berdoa sebagai yang diajarkan Rasulullah: Arinya: Ya Allah, ciumkanlah oleh-Mu untukku akan wangi-wangian syurga.
- Ketika membasuh wajah (air muka), ucapkanlah doa berikut: Artinya: Ya Allah, putihkanlah wajahku pada hari diputihkannya wajah manusia dan dihitamkannya wajah setengahnya.
- Ketika membasuh tangan sebelah kanan berdoalah seperti berikut: Ya Allah, berikanlah (kelak) suratan amalku pada tangan kananku, dan berilah hisab dengan penghisaban yang sedikit.
- Ketika membasuh tangan sebelah kiri, berdoalah dengan doa seperti berikut: Ya allah, janganlah Engkau berikan suratan amalku pada tangan kiriku dan janganlah dari belakangku.
- Ketika membasuh kepala, berdoalah dengan doa seperti berikut: Artinya: Ya Allah, jauhkanlah rambut dan kulit badanku dari api neraka.
- Ketika menyapu kedua telinga, ucapkanlah doa sebagai berikut: Artinya: Ya Allah, jadikanlah aku seperti mereka yang mendengarkan kata-kata yang baik, dan mengikuti akan mereka yang sebaik-baiknya.
- Ketika membasuh kedua kaki, ucapkanlah doa berikut: Artinya: Ya Allah, tetapkanlah kiranya kedua kaki di atas titian pada hari yang banyak tergelincir kaki manusia.
- Membaca doa sesudah wudhu, Artinya: "Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah Yang Mahaesa, tak ada sekutu baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang bertobat, dan jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang bersuci."
- Doa sehabis wudhu ini memberi gambaran kepada kita, apabila wudhu kita lakukan secara benar, maka kita akan dimasukkan dalam golongan orang yang suci dan yang menerima pengampunan dari Allah. Insya Allah.
- Anjuran sunnah lainnya adalah tidak mengeringkan wudhu. Kita dianjurkan membiarkan air wudhu yang menempel di tubuh kita mengering sendiri. Dari aspek kesehatan, wudhu ini sangat berguna menjaga kelembaban kulit, terutama bagi yang sehari-hari bekerja di ruang AC ataupun yang bekerja di bawah terik matahari.
Rahasia-rahasia Wudhu dari Segi Kesehatan
- Wudhu adalah senjata bagi seorang mukmin. ALLAH SWT berfirman :
- Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kai, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dlm perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yg baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. ALLAH tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi DIA hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-NYA bagimu supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Maidah: 6)
- Wudhu bukan hanya sekedar membersihkan anggota tubuh yg zahir, juga bukan sekedar mensucikan tubuh secara teratur beberapa kali dlm sehari, tetapi pengaruh kejiwaan dan kemuliaan ruh yg dirasakan oleh seorang muslim setelah berwudhu lebih dalam dari sekedar apa yg diungkapkan oleh kata-kata, apalagi jika wudhu tersebut dilakukan dengan sempurna dan teliti.
- Wudhu memiliki peranan besar dlm kehidupan seorang muslim. Wudhu menjadikan seorang muslim selalu tersadar, bersemangat dan bersinar. Rasulullah saw., dlm hadits-nya yg diriwayatkan oleh Imam Muslim bersabda, “Barang siapa yg berwudhu dan melakukan wudhunya dengan baik, maka dosa-dosanya akan keluar dari tubuhnya hingga dosa-dosa tersebut keluar dari bawah kukunya.”
- Rasulullah saw., juga bersabda dlm hadits yg diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abi Umamah, “Barangsiapa berwudhu dan menyempurnakan wudhunya dgn membasuh kedua tangan dan wajahnya, mengusap kepala dan kedua telinganya kemudian berdiri untuk melaksanakan sholat fardhu, maka dosa-dosanya yg dilakukan pada hari itu diampuni, dosa kedua kaki yg dipakai untuk berjalan, dosa kedua tangan yg dipakai untuk memegang, dosa kedua telinga yg dipakai untuk mendengar, dosa kedua mata yg dipakai untuk melihat dan keburukan yg terjadi pada dirinya.”
- Tidak diragukan lagi bahwa membasuh anggota tubuh yang selalu terkena debu (seperti tangan, kaki, wajah dsb.), secara umum sangat penting untuk kesehatan. Anggota-anggota tubuh ini sepanjang hari terkena mikroba yg jumlahnya sangat banyak. Mikroba-mikroba tersebut siap menyerang tubuh melalui kulit di daerah-daerah yang terbuka. Ketika seseorang berwudhu, maka mikroba ini akan terkejut dengan geraan-gerakan wudhu yang menyapu bersih dari atas kulit. Apalagi jika wudhu tersebut dilakukan dengan sempurna dan dengan pijatan yang baik. Dengan demikian setelah berwudhu, maka tidak ada lagi bakteri yang tersisa di tubuh, kecuali yang ALLAH kehendaki.
- Berkumur dalam penelitian modern membuktikan bahwa berkumur dapat menjaga mulut dan tenggorokan dari radang dan menjaga gusi dari luka. Berkumur juga dapat menjaga dan membersihkan gigi dengan menghilangkan sisa-sisa makanan yang terdapat di sela-sela gigi setelah makan. Manfaat berkumur lainnya yg juga penting adalah menguatkan sebagian otot-otot wajah dan menjaga kesegarannya. Berkumur merupakan latihan penting yang diakui oleh pakar dalam bidang olahraga, karena berkumur jika dilakukan dengan menggerakkan otot-otot wajah dengan baik dapat menjadikan jiwa seseorang tenang.
- Membasuh Hidung dalam penelitian membuktikan bahwa kebanyak orang yg berwudhu secara kontinyu, maka hidung mereka bersih dan bebas dari debu, bakteri dan mikroba. Tidak diragukan lagi bahwa lubang hidung merupakan tempat yg rentan dihinggapi mikroba dan virus, tetapi dengan membasuh hidung secara kontinyu den melakukan istinsyaq (memasukan dan mengeluarkan air ke dan dari hidung di saat berwudhu), maka lubang hidung menjadi bersih dan terbebas dari radang dan bakteri, dan ini mencerminkan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Proses ini dapat menjaga manusia akan bahaya pemindahan mikroba dari hidung ke anggota tubuh yg lain.
- Membasuh Wajah dan Kedua Telapak Tangan
- Membasuh wajah dan kedua telapak tangan sampai ke siku memiliki manfaat yang sangat besar dalam menghilangkan debu dan mikroba, lebih dari membasuh hidung. Membasuh wajah dan kedua telapak tangan sanpai ke siku juga daat menghilangkan keringat dan permukaan kulit dan membersihkan kulit dari lemak yg dipartisi oleh kelenjar kulit, dan ini biasanya menjadi tempat yg ideal untuk berkembang biaknya bakteri.
- Membasuh Kedua Telapak Kaki
- Membasuh kedua telapak kaki dengan memijat secara baik danpat mendatangkan perasaan tenang dan nyaman, karena telapak kaki merupakan cerminan seluruh perangkat tubuh. Orang yang berwudhu seakan-akan memijat seluruh tubuhnya satu-persatu, padahal ia hanya membasuh kedua telapak kakinya dengan air dan memijatnya dengan baik. Ini merupakan salah satu rahasia timbulnya perasaan tenang dan nyaman yang dirasakan oleh seorang muslim setelah berwudhu.
SHALAT
Shalat itu mempunyai rukun-rukun yang apabila salah satunya ditinggalkan maka tidak sah shalatnya. Rukun-rukun tersebut adalah :
Shalat itu mempunyai rukun-rukun yang apabila salah satunya ditinggalkan maka tidak sah shalatnya. Rukun-rukun tersebut adalah :
- Berniat, yaitu niat di hati untuk melaksanakan shalat tertentu, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, “Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung niatnya”. (Muttafaq ‘alaih) . Dan niat itu dilakukan bersamaan dengan melaksana-kan takbiratul ihram dan mengangkat kedua tangan, tidak mengapa kalau niat itu sedikit lebih dahulu dari keduanya.
- Takbiratul Ihram, yaitu takbir yang pertama kali diucapkan oleh orang yang mengerjakan shalat sebagai tanda mulai mengerjakan shalat dengan lafazh (ucapan) “Allaahu Akbar” Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, “Kunci shalat itu adalah bersuci, pembatas antara perbuatan yang boleh dan tidaknya dilakukan waktu shalat adalah takbir, dan pembebas dari keterikatan shalat adalah salam.” (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi dan lainnya, hadits shahih )
- Berdiri bagi yang sanggup. berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Peliharalah segala shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wustha (Ashar). Berdirilah karena Allah (dalam shalat-mu) dengan khusyu’.” (Al-Baqarah: 238) . Dan berdasarkan Sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam kepada Imran bin Hushain, “Shalatlah kamu dengan berdiri, apabila tidak mampu maka dengan duduk, dan jika tidak mampu juga maka shalatlah dengan berbaring ke samping.” (HR. Al-Bukhari)
- Membaca surat Al-Fatihah wajib pada setiap rakaat shalat fardhu dan shalat sunnah; Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, “Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surat Al-Fatihah. (HR. Al-Bukhari)
- Ruku’ dengan thuma’ninah; bagi orang yang shalat dengan berdiri minimal adalah menunduk kira-kira dua telapak tangannya sampai kelutut dan yang sempurna yaitu betul-betul menunduk sampai datar/lurus antara tulang punggung dengan lehernya (90 derajat) serta meletakan dua telapak tangan kelutut. Ruku’ ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujud-lah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan.” (Al-Hajj: 77) Juga berdasarkan sabda Nabi shallallaahu alaihi wasallam kepada seseorang yang tidak benar shalatnya, “ … kemudian ruku’lah kamu sampai kamu tuma’ninah/ tenang dalam keadaan ruku’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
- I’tidal dengan thuma’ninah ; artinya berdiri lurus seperti pada waktu membaca Fatihah.Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam terhadap seseorang yang salah dalam shalat-nya, ” … kemudian bangkitlah (dari ruku’) sampai kamu tegak lurus berdiri.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
- Sujud dua kali dengan thuma’ninah; Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah disebutkan di atas tadi. Juga berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, “Kemudian sujudlah kamu sampai kamu tuma’ninah dalam sujud.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
- Duduk di antara dua sujud dengan thuma’ninah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, “Allah tidak akan melihat kepada shalat seseorang yang tidak menegakkan tulang punggungnya di antara ruku’ dan sujudnya.” (HR. Ahmad, dengan isnad shahih)
- Duduk dengan tumaninah serta Membaca tasyahhud akhir dan shawalat nabi ; Ada-pun tasyahhud akhir itu, maka berdasarkan perkataan Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu yang bunyinya, “Dahulu kami membaca di dalam shalat sebelum diwajibkan membaca tasyahhud adalah ‘Kesejahteraan atas Allah, kesejahteraan atas malaikat Jibril dan Mikail.’ Maka bersabdalah Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, ‘Janganlah kamu membaca itu, karena sesungguhnya Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia itu sendiri adalah Maha Sejahtera, tetapi hendaklah kamu membaca, “Segala penghormatan, shalawat dan kalimat yang baik bagi Allah. Semoga kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah dianugerahkan kepadamu wahai Nabi. Semoga kesejahteraan dianugerahkan kepada kita dan hamba-hamba yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulNya.” (HR. An-Nasai, Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi dengan sanad shahih) . Dan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, “Apabila salah seorang di antara kamu duduk (tasyah-hud), hendaklah dia mengucapkan: ‘Segala penghormatan, shalawat dan kalimat-kalimat yang baik bagi Allah’.” (HR. Abu Daud, An-Nasai dan yang lainnya, hadits ini shahih dan diriwayatkan pula dalam dalam”. (Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim) . Adapun duduk untuk tasyahhud itu termasuk rukun juga karena tasyahhud akhir itu termasuk rukun
- Membaca salam; Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, “Pembuka shalat itu adalah bersuci, pembatas antara perbuatan yang boleh dan tidaknya dilakukan waktu shalat adalah takbir, dan pembebas dari keterikatan shalat adalah salam.” (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi dan lainnya, hadits shahih )
- Tertib (Melakukan rukun-rukun shalat secara ber-urutan) Oleh karena itu janganlah seseorang membaca surat Al-Fatihah sebelum takbiratul ihram dan jangan-lah ia sujud sebelum ruku’. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Al-Bukhari) Maka apabila seseorang menyalahi urutan rukun shalat sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, seperti mendahulukan yang semestinya diakhirkan atau sebaliknya, maka batallah shalatnya.
HAL YANG MEMBATALKAN SHALAT
- Shalat seseorang akan batal jika melakukan salah satu hal dibawah ini :
- Makan dan minum dengan sengaja. Hal ini ber-dasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, “Sesungguhnya di dalam shalat itu ada kesibukkan tertentu.” (Muttafaq ‘alaih) (1) Dan ijma’ ulama juga mengatakan demikian.
- Berbicara dengan sengaja, bukan untuk kepentingan pelaksanaan shalat. “Dari Zaid bin Arqam radhiallaahu anhu, ia berkata, “Dahulu kami berbicara di waktu shalat, salah seorang dari kami berbicara kepada temannya yang berada di sampingnya sampai turun ayat: ‘Dan hendaklah kamu berdiri karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’, maka kami pun diperintahkan untuk diam dan dilarang berbicara.” (Muttafaq ‘alaih) Dan juga sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, “Sesungguhnya shalat ini tidak pantas ada di dalamnya percakapan manusia sedikit pun.” (HR. Muslim) Adapun pembicaraan yang maksudnya untuk membetulkan pelaksanaan shalat, maka hal itu diperbolehkan seperti membetulkan bacaan (Al-Qur’an) imam, atau imam setelah memberi salam kemudian bertanya apakah shalatnya sudah sempurna, apabila ada yang menjawab belum, maka dia harus menyempurnakannya. Hal ini pernah terjadi terhadap Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam , kemudian Dzul Yadain bertanya kepada Beliau, “Apakah Anda lupa ataukah sengaja meng-qashar shalat, wahai Rasulullah?’ Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam menjawab, ‘Aku tidak lupa dan aku pun tidak bermaksud meng-qashar shalat.’ Dzul Yadain berkata, ‘Kalau begitu Anda telah lupa wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Apa-kah yang dikatakan Dzul Yadain itu betul?’ Para sahabat menjawab, ‘Benar.’ Maka beliau pun menambah shalatnya dua rakaat lagi, kemudian melakukan sujud sahwi dua kali.” (Muttafaq ‘alaih)
- Meninggalkan salah satu rukun shalat atau syarat shalat yang telah disebutkan di muka, apabila hal itu tidak ia ganti/sempurnakan di tengah pelaksanaan shalat atau sesudah selesai shalat beberapa saat. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam terhadap orang yang shalatnya tidak tepat, “Kembalilah kamu melaksanakan shalat, sesungguhnya kamu belum melaksanakan shalat.” (Muttafaq ‘alaih) . Lantaran orang itu telah meninggalkan tuma’ninah dan i’tidal. Padahal kedua hal itu termasuk rukun.
- Banyak melakukan gerakan, karena hal itu bertentangan dengan pelaksanaan ibadah dan membuat hati dan anggota tubuh sibuk dengan urusan selain ibadah. Adapun gerakan yang sekadarnya saja, seperti memberi isyarat untuk menjawab salam, membetulkan pakaian, menggaruk badan dengan tangan, dan yang semisalnya, maka hal itu tidaklah membatalkan shalat.
- Tertawa sampai terbahak-bahak. Para ulama sepakat mengenai batalnya shalat yang disebabkan tertawa seperti itu. Adapun tersenyum, maka kebanyakan ulama menganggap bahwa hal itu tidaklah merusak shalat seseorang.
- Tidak berurutan dalam pelaksanaan shalat, seperti mengerjakan shalat Isya sebelum mengerjakan shalat Maghrib, maka shalat Isya itu batal sehingga dia shalat Maghrib dulu, karena berurutan dalam melaksanakan shalat-shalat itu adalah wajib, dan begitulah perintah pelaksanaan shalat itu.
- Kelupaan yang fatal, seperti menambah shalat menjadi dua kali lipat, umpamanya shalat Isya’ delapan rakaat, karena perbuatan tersebut merupakan indikasi yang jelas, bahwa ia tidak khusyu’ yang mana hal ini merupakan ruhnya shalat.
HAL HAL YANG MAKRUH DALAM SHALAT
- Yang dimaksud makruh yaitu : perbuatan yang apabila dikerjakan tidak membatalkan shalat tetapi jika ditinggalkan akan mendatangkan pahala. Oleh karena itu sebaiknya ditinggalkan.
- Menengadahkan pandangan ke atas. Hal ini ber-dasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, “Apa yang membuat orang-orang itu mengangkat peng-lihatan mereka ke langit dalam shalat mereka? Hendak-lah mereka berhenti dari hal itu atau (kalau tidak), nis-caya akan tersambar penglihatan mereka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkannya dengan makna yang sama)
- Meletakkan tangan di pinggang. Hal ini berdasar-kan larangan Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam meletakkan tangan di pinggang ketika shalat. (Muttafaq ‘alaih)
- Menoleh atau melirik, terkecuali apabila diperlukan. Hal ini berdasarkan perkataan Aisyah radhiallaahu anha. Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam tentang seseorang yang menoleh dalam keadaan shalat, beliau menjawab, “Itu adalah pencurian yang dilakukan syaitan dari shalat seorang hamba.” (HR. Al-Bukhari dan Abu Daud, lafazh ini dari riwayatnya)
- Melakukan pekerjaan yang sia-sia, serta segala yang membuat orang lalai dalam shalatnya atau menghilangkan kekhusyu’an shalatnya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, “Hendaklah kamu tenang dalam melaksanakan shalat.” (HR. Muslim)
- Menaikkan rambut yang terurai atau melipatkan lengah baju yang terulur. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, “Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh anggota badan dan tidak boleh melipat baju atau menaikkan rambut (yang terulur).” (Muttafaq ‘alaih)
- Menyapu kerikil yang ada di tempat sujud (dengan tangan) dan meratakan tanah lebih dari sekali. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, “Dari Mu’aiqib, ia berkata, ‘Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam menyebutkan tentang menyapu di masjid (ketika shalat), maksudnya menyapu kerikil (dengan telapak tangan). Beliau bersabda, ‘Apabila memang harus berbuat begitu, maka hendaklah sekali saja.” (HR. Muslim) . “Dari Mu’aiqib pula, bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda tentang seseorang yang meratakan tanah pada tempat sujudnya (dengan telapak tangan), beliau bersabda, ‘Kalau kamu melakukannya, maka hendaklah sekali saja.” (Muttafaq ‘alaih)
- Mengulurkan pakaian sampai mengenai lantai dan menutup mulut (tanpa alasan). “Dari Abu Hurairah radhiallaahu anhu, ia berkata, ‘Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam melarang mengulurkan pakaian sampai mengenai lantai dalam shalat dan menutup mulut.” (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi dan lainnya, hadits hasan) Adapun jika menutup mulut karena hal seperti menguap ataupun yang lainnya maka hal tersebut dibolehkan sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits.
- Shalat di hadapan makanan. Ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, “Tidak sempurna shalat (yang dikerjakan setelah) makanan dihidangkan.” (HR. Muslim)
- Shalat sambil menahan buang air kecil atau besar, dan sebagainya yang mengganggu ketenangan hati. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, “Tidak sempurna shalat (yang dikerjakan setelah) makanan dihidangkan dan shalat seseorang yang menahan buang air kecil dan besar.” (HR. Muslim)
- Shalat ketika sudah terlalu mengantuk. Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu ada yang mengantuk dalam keadaan shalat, maka hendaklah ia tidur sampai hilang rasa kantuknya. Maka sesungguhnya apabila salah seorang di antara kamu ada yang shalat dalam keadaan mengantuk, dia tidak akan tahu apa yang ia lakukan, barangkali ia bermaksud minta ampun kepada Allah, ternyata dia malah mencerca dirinya sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
HAL HAL YANG DIPERBOLEHKAN
- Diantara hal-hal yang diperbolehkan dalam shalat yaitu:
- Membetulkan bacaan imam. Apabila imam lupa ayat tertentu maka makmum boleh mengingatkan ayat tersebut kepada imam. Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar, “Bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wasallam shalat, kemudian beliau membaca suatu ayat, lalu beliau salah dalam membaca ayat tersebut. Setelah selesai shalat beliau bersabda kepada Ubay, ‘Apakah kamu shalat bersama kami?’, ia menjawab, ‘Ya’, kemudian beliau bersabda, ‘Apakah yang menghalangi-mu untuk membetulkan bacaanku.” (HR. Abu Daud, Al-Hakim dan Ibnu Hibban, shahih)
- Bertasbih atau bertepuk tangan (bagi wanita) apa-bila terjadi sesuatu hal, seperti ingin menegur imam yang lupa atau membimbing orang yang buta dan sebagainya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, “Barangsiapa terjadi padanya sesuatu dalam shalat, maka hendaklah bertasbih, sedangkan bertepuk tangan hanya untuk perempuan saja.” (Muttafaq ‘alaih)
- Membunuh ular, kalajengking dan sebagainya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, “Bunuhlah kedua binatang yang hitam itu sekalipun dalam (keadaan) shalat, yaitu ular dan kalajengking.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi dan lainnya, shahih)
- Mendorong orang yang melintas di hadapannya ketika shalat. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, “Apabila salah seorang di antara kamu shalat meng-hadap ke arah sesuatu yang menjadi pembatas baginya dari manusia, kemudian ada yang mau melintas di hadapannya, maka hendaklah dia mendorongnya dan jika dia memaksa maka perangilah (cegahlah dengan keras). Sesungguhnya (perbuatannya) itu adalah (atas dorongan) syaitan.” (Muttafaq ‘alaih)
- Membalas dengan isyarat apabila ada yang me-ngajaknya bicara atau ada yang memberi salam kepadanya. Dasarnya ialah hadits Jabir bin Abdullah, “Dari Jabir bin Abdullah , ia berkata, ‘Telah mengutus-ku Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam sedang beliau pergi ke Bani Musthaliq. Kemudian beliau saya temui sedang shalat di atas onta-nya, maka saya pun berbicara kepadanya. Kemudian beliau memberi isyarat dengan tangannya. Saya ber-bicara lagi kepada beliau, kemudian beliau kembali memberi isyarat sedang saya mendengar beliau membaca sambil memberi isyarat dengan kepalanya. Ketika beliau selesai dari shalatnya beliau bersabda, ‘Apa yang kamu kerjakan dengan perintahku tadi? Sebenarnya tidak ada yang menghalangiku untuk bicara kecuali karena aku dalam keadaan shalat.” (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Umar, dari Shuhaib , ia berkata, “Aku telah melewati Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam ketika beliau sedang shalat, maka aku beri salam kepadanya, beliau pun membalasnya dengan isyarat. “Berkata Ibnu Umar: “Aku tidak tahu terkecuali ia (Shuhaib) berkata dengan isyarat jari-jarinya.” (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasai, dan selain mereka, hadits shahih) . Dari sini dapat kita ketahui, bahwa isyarat itu terkadang dengan tangan atau dengan anggukan kepala atau dengan jari.
- Menggendong bayi ketika shalat. Hal ini berdasar-kan hadits Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, “Dari Abu Qatadah Al-Anshari berkata, ‘Aku melihat Nabi Shallallaahu alaihi wasallam mengimami shalat sedangkan Umamah binti Abi Al-’Ash, yaitu anak Zainab putri Nabi Shallallaahu alaihi wasallam berada di pundak beliau. Apabila beliau ruku’, beliau meletak-kannya dan apabila beliau bangkit dari sujudnya beliau kembalikan lagi Umamah itu ke pundak beliau.” (HR. Muslim)
- Berjalan sedikit karena keperluan. Dalilnya adalah hadits Aisyah radhiallaahhu anha, “Dari Aisyah radhialaahu anha, ia berkata, ‘Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam sedang shalat di dalam rumah, sedangkan pintu tertutup, kemudian aku datang dan minta dibukakan pintu, beliau pun berjalan menuju pintu dan membukakannya untukku, kemudian beliau kembali ke tempat shalatnya. Dan terbayang bagiku bahwa pintu itu menghadap kiblat.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi dan lainnya, hadits hasan)
- Melakukan gerakan ringan, seperti membetulkan shaf dengan mendorong seseorang ke depan atau menarik-nya ke belakang, menggeser makmum dari kiri ke kanan, membetulkan pakaian, berdehem ketika perlu, menggaruk badan dengan tangan, atau meletakkan tangan ke mulut ketika menguap. Hal ini berdasarkan hadits berikut, “Dari Ibnu Abbas , ia berkata, ‘Aku pernah menginap di (rumah) bibiku, Maimunah, tiba-tiba Nabi Shallallaahu alaihi wasallam bangun di waktu malam mendirikan shalat, maka aku pun ikut bangun, lalu aku ikut shalat bersama Nabi Shallallaahu alaihi wasallam, aku berdiri di samping kiri beliau, lalu beliau menarik kepalaku dan menempatkanku di sebelah kanannya.” (Muttafaq ‘alaih)
- Shalat Dhuha adalah shalat sunat yang dilakukan/ dikerjakan pada waktu dhuha atau pada waktu pagi hari yang sudah agak meninggi sampai sebelum datangnya shalat dhuhur (antara pukul 07.00 sampai pukul 10.00 WIB).
- Jumlah bilangan raka’at shalat dhuha minimal dua raka’at dan maksimal dua belas raka’at dan dikerjakan setiap dua raka’at satu salam (jumlah raka’at shalat dhuha bisa dengan 2,4,8 atau 12 raka’at).
- Manfaat/ faedah shalat dhuha yang dapat diperoleh dan dirasakan oleh orang yang mengerjakannya/ melaksanakan shalat dhuha adalah dapat melapangkan dada dalam segala hal, terutama dalam hal rizki, sebab banyak orang yang terlibat dalam hal ini.
Ayat-ayat yang paling baik dibaca dalam shalat dhuha: surat al-Waqi’ah, surat Asy-Syamsi, surat Adh-Dhuha, surat al-Kafirun, surat al-Quraisy, surat al-Ikhlas, dsb. Cara mengerjakan shalat dhuha sama seperti mengerjakan shalat fardhu, baik bacaan maupun cara mengerjakannya.
Niat shalat dhuha:
Usholli sunnatadh-dhuha rok’ataini lillahi ta’alaa
(Saya niat shalat dhuha dua raka’at karena Allah ta’ala.)
Allahumma innadh dhuhaa-a dhuhaa-uka, walbahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuk, Allahumma inkaana rizqi fis samma-i fa-anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana mu’assiran fayassirhu, wainkaana haraaman fathahhirhu, wa inkaana ba’idan fa qaribhu, bihaqqi duhaa-ika wa bahaaika, wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatinii maa ataita ‘ibaadakash-sholihiin…
Artinya:
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu. Wahai Tuhanku, apabila rizkiku berada di atas langit, maka turunkanlah; apabila berada di bumi maka keluarkanlah; apabila sukar maka mudahkanlah, apabila haram maka sucikanlah, apabila jauh maka dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hamba-Mu yang shaleh…“
Keutamaan Shalat Dhuha:
Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muahammad saw bersabda: “Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).
Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata: “Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).
“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi)
“Di perintahkan kepadaku oleh kekasihku Nabi SAW untuk berpuasa 3 (tiga ) hari pada tiap-tiap bulan, mengerjakan 2 ( dua ) rakaat Shalat Sunnat Dhuha, dan supaya saya berwitir sebelum tidur.” ( HR Bukhari dan Muslim)
“Tidak ada yang memelihara shalat dhuha kecuali orang-orang yang kembali kepada Allah (awwaabiin)” (HR. Ibnu Khuzaimah II/228, al Hakim dalam alMustadrak I/314 dan lainnya).
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barangsiapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah….(Shahih al-Targhib: 673). Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna” (Shahih al-Jami`: 6346)
Waktu Shalat Dhuha
“Shalatnya orang-orang yang bertaubat adalah pada saat berdirinya anak unta karena teriknya matahari.” (HR. Muslim). Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dan Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahumallah dalam Penjelasan Riyadush Shalihin menjelaskan bahwa sholat yang dimaksud adalah sholat Dhuha. Hadits ini juga menjelaskan bahwa waktu paling afdhol untuk melakukan sholat Dhuha adalah ketika matahari sudah terik.Anak-anak unta sudah bangun karena panas matahari itu diqiyaskan dengan pagi hari jam 08:00 AM, adapun sebelum jam itu dianggap belum ada matahari yang sinarnya dapat membangunkan anak onta.
Anjuran Sholat Dhuha
Dari Aisyah, ia berkata: “Saya tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan shalat Dhuha, sedangkan saya sendiri mengerjakannya. Sesungguhnya Rasulullah SAW pasti akan meninggalkan sebuah perbuatan meskipun beliau menyukai untuk mengerjakannya. Beliau berbuat seperti itu karena khawatir jikalau orang-orang ikut mengerjakan amalan itu sehingga mereka menganggapnya sebagai ibadah yang hukumnya wajib (fardhu).”
SHALAT JAMA' DAN SHALAT QASHAR
Shalat Qashar
Para ulama memiliki banyak pendapat yang berbeda dalam menentukan batasan jarak diperbolehkannya mengqashar shalat. Sampai – sampai Ibnu Al Mundzir dan yang lainnya menyebutkan lebih dari 20 pendapat dalam masalah ini. Yang rajih adalah, “Pada dasarnya tidak ada batasan jarak yang pasti, kecuali yang disebut safar dalam bahasa Arab, yaitu bahasa yang digunakan Nabi Shalallahu ‘alaiHi wa sallam saat berkomunikasi dengan mereka (orang – orang Arab)” (Al Muhalla V/21)
Syaikh Muhammad bin Musa Al Nashr (murid Syaikh Albani) mengatakan tentang masalah ini ketika berkunjung ke Indonesia, “Musafir atau tidak, itu kembali kepada ukuran ‘urf (adat kebiasaan yang dikenal masyarakat). Misalnya, bila ‘urf masyarakat disini (disini maksudnya adalah kota Malang, Jawa Timur) menganggap orang yang pergi ke Jakarta adalah sebagai seorang musafir, maka pada saat itu dia boleh mengqashar dan menjama’ shalat”
Tempat Diperbolehkannya Mengqashar Shalat
Mayoritas ulama berpendapat bahwa disyari’atkan mengqashar shalat ketika meninggalkan tempat mukim dan keluar dari daerah tempat tinggal. Dan tidaklah disempurnakan shalat menjadi 4 raka’at sampai memasuki rumah pertama (di dalam tempat tinggalnya).
Anas ra. berkata, “Aku shalat dzuhur empat raka’at bersama Nabi di Madinah. Sedangkan di Dzul Hulaifah dua raka’at” (HR. Al Bukhari no. 1089, Muslim no. 690, Abu Dawud no. 1190, At Tirmidzi no. 544 dan An Nasa’i I/235)
Sampai Kapankah Diperbolehkannya Mengqashar Shalat?
Jika seorang musafir tinggal di suatu daerah untuk menunaikan suatu kepentingan, namun tidak berniat mukim, maka dia [dapat] melakukan qashar hingga meninggalkan daerah tersebut.
Dari Jabir ra., dia berkata, “Nabi Shalallahu ‘alaiHi wa sallam tinggal di Tabuk selama dua puluh hari sambil tetap mengashar shalat” (HR. Abu Dawud no. 1223, dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 1094)
Jadi, kedudukan seseorang sebagai musafir akan gugur ketika ia berniat untuk bermukim di suatu tempat. Namun ia diperbolehkan untuk mengqashar shalat selama sembilan belas hari setelah berniat untuk bermukim, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ra., “Nabi Shalallahu ‘alaiHi wa sallam tinggal selama 19 hari sambil melakukan qashar. Jika kami melakukan safar selama 19 hari, maka kami melakukan qashar. Dan jika lebih dari itu, maka kami menyempurnakan shalat” (HR. Al Bukhari no. 1080, At Tirmidzi no. 547, dan Ibnu Majah no. 1075)
Taubat adalah satu amalan yang memiliki kedudukan tinggi, terminal bagi tiap mu’min di samping ia juga sebagai mabda segala urusan-urusannya, karena sesungguhnya esensi taubat ialah kembali kepada Allah dengan penuh komitmen untuk melakukan hal-hal yang dicintainya dan meninggalkan apa-apa yang dilarangnya. Dengan demikian taubat juga adalah esensi daripada dienul Islam itu sendiri, sehingga Allah menjadikan orang-orang yang senantiasa bertaubat sebagai kekasihNya. Allah berfirman,
Salah satu sholat sunnah yang memiliki nilai yang tinggi di mata Allah (insya Allah) adalah sholat tahajud. Sholat tahajud adalah sholat sunnah yang dilaksanakan pada malam hari, setelah bangun tidur. Pelaksanaan sholat tahajud ini akan bernilai lebih jika dilaksanakan pada sepertiga malam terakhir.
Berdasarkan hadist Rasulullah Muhammad saw, sholat tahajud memiliki 9 keutamaan, yang terbagi menjadi 5 keutamaan di dunia dan 4 keutamaan di akhirat kelak. Hadist yang menjelaskan keutamaan sholat tahajud adalah: “Barang siapa mengerjakan shalat Tahajud dengan sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan memberikan 9 macam kemuliaan : 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.”
Adapun 5 keutamaan sholat tahajud di dunia adalah:
Niat shalat dhuha:
Usholli sunnatadh-dhuha rok’ataini lillahi ta’alaa
(Saya niat shalat dhuha dua raka’at karena Allah ta’ala.)
- Pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah membaca surat Asy-Syams
- Pada rakaat kedua membaca surat Adh-Dhuha
Allahumma innadh dhuhaa-a dhuhaa-uka, walbahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuk, Allahumma inkaana rizqi fis samma-i fa-anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana mu’assiran fayassirhu, wainkaana haraaman fathahhirhu, wa inkaana ba’idan fa qaribhu, bihaqqi duhaa-ika wa bahaaika, wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatinii maa ataita ‘ibaadakash-sholihiin…
Artinya:
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu. Wahai Tuhanku, apabila rizkiku berada di atas langit, maka turunkanlah; apabila berada di bumi maka keluarkanlah; apabila sukar maka mudahkanlah, apabila haram maka sucikanlah, apabila jauh maka dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hamba-Mu yang shaleh…“
Keutamaan Shalat Dhuha:
Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muahammad saw bersabda: “Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).
Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata: “Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).
“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi)
“Di perintahkan kepadaku oleh kekasihku Nabi SAW untuk berpuasa 3 (tiga ) hari pada tiap-tiap bulan, mengerjakan 2 ( dua ) rakaat Shalat Sunnat Dhuha, dan supaya saya berwitir sebelum tidur.” ( HR Bukhari dan Muslim)
“Tidak ada yang memelihara shalat dhuha kecuali orang-orang yang kembali kepada Allah (awwaabiin)” (HR. Ibnu Khuzaimah II/228, al Hakim dalam alMustadrak I/314 dan lainnya).
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barangsiapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah….(Shahih al-Targhib: 673). Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna” (Shahih al-Jami`: 6346)
Waktu Shalat Dhuha
“Shalatnya orang-orang yang bertaubat adalah pada saat berdirinya anak unta karena teriknya matahari.” (HR. Muslim). Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dan Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahumallah dalam Penjelasan Riyadush Shalihin menjelaskan bahwa sholat yang dimaksud adalah sholat Dhuha. Hadits ini juga menjelaskan bahwa waktu paling afdhol untuk melakukan sholat Dhuha adalah ketika matahari sudah terik.Anak-anak unta sudah bangun karena panas matahari itu diqiyaskan dengan pagi hari jam 08:00 AM, adapun sebelum jam itu dianggap belum ada matahari yang sinarnya dapat membangunkan anak onta.
Anjuran Sholat Dhuha
Dari Aisyah, ia berkata: “Saya tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan shalat Dhuha, sedangkan saya sendiri mengerjakannya. Sesungguhnya Rasulullah SAW pasti akan meninggalkan sebuah perbuatan meskipun beliau menyukai untuk mengerjakannya. Beliau berbuat seperti itu karena khawatir jikalau orang-orang ikut mengerjakan amalan itu sehingga mereka menganggapnya sebagai ibadah yang hukumnya wajib (fardhu).”
SHALAT JAMA' DAN SHALAT QASHAR
Shalat Qashar
- Mengqashar shalat merupakan sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaiHi wa sallam ketika beliau dalam keadaan safar dan merupakan sedekah dari Allah Ta’ala kepada kaum muslimin. Dia berfirman,
- “Dan apabila kamu berpergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu menqashar shalat(mu), jika kamu takut diserang orang – orang kafir. Sesungguhnya orang – orang kafir itu musuh yang nyata bagimu” (QS An Nisa’ : 101)
- Ya’la bin Umayah, dia menanyakan ayat ini pada Umar bin Khaththab ra. [tentang] firman Allah Ta’ala, “…jika kamu takut diserang orang – orang kafir …”, padahal orang – orang sudah dalam keadaan aman. Umar ra. berkata, “Dulu aku juga bingung dengan masalah ini, lalu aku menanyakannya pada Rasulullah Shalallahu ‘alaiHi wa sallam, lantas beliau Shalallahu ‘alaiHi wa sallam bersabda, ‘Itu adalah shadaqah dari Allah untuk kalian, maka terimalah shadaqah-Nya’” (HR. Muslim no. 686, Abu Dawud no. 1187, An Nasa’i III/116, Ibnu Majah no. 1065 dan At Tirmidzi no. 5025)
- Ibnu Abbas ra. berkata, “Melalui lisan Nabi kalian, Allah mewajibkan shalat empat raka’at dalam keadaan mukim, dua raka’at ketika safar dan satu raka’at ketika dalam keadaan takut” (HR. Muslim no. 687, Abu Dawud no. 1234, dan An Nasa’i III/118)
- Ibnu Umar ra. berkata, “Aku pernah menemani perjalanan Rasulullah, dan beliau tidak pernah shalat lebih dari dua raka’at hingga Allah mewafatkannya” (HR. Al Bukhari no. 1102, Muslim no. 689, Abu Dawud no. 1211 dan An Nasa’i III/123)
Para ulama memiliki banyak pendapat yang berbeda dalam menentukan batasan jarak diperbolehkannya mengqashar shalat. Sampai – sampai Ibnu Al Mundzir dan yang lainnya menyebutkan lebih dari 20 pendapat dalam masalah ini. Yang rajih adalah, “Pada dasarnya tidak ada batasan jarak yang pasti, kecuali yang disebut safar dalam bahasa Arab, yaitu bahasa yang digunakan Nabi Shalallahu ‘alaiHi wa sallam saat berkomunikasi dengan mereka (orang – orang Arab)” (Al Muhalla V/21)
Syaikh Muhammad bin Musa Al Nashr (murid Syaikh Albani) mengatakan tentang masalah ini ketika berkunjung ke Indonesia, “Musafir atau tidak, itu kembali kepada ukuran ‘urf (adat kebiasaan yang dikenal masyarakat). Misalnya, bila ‘urf masyarakat disini (disini maksudnya adalah kota Malang, Jawa Timur) menganggap orang yang pergi ke Jakarta adalah sebagai seorang musafir, maka pada saat itu dia boleh mengqashar dan menjama’ shalat”
Tempat Diperbolehkannya Mengqashar Shalat
Mayoritas ulama berpendapat bahwa disyari’atkan mengqashar shalat ketika meninggalkan tempat mukim dan keluar dari daerah tempat tinggal. Dan tidaklah disempurnakan shalat menjadi 4 raka’at sampai memasuki rumah pertama (di dalam tempat tinggalnya).
Anas ra. berkata, “Aku shalat dzuhur empat raka’at bersama Nabi di Madinah. Sedangkan di Dzul Hulaifah dua raka’at” (HR. Al Bukhari no. 1089, Muslim no. 690, Abu Dawud no. 1190, At Tirmidzi no. 544 dan An Nasa’i I/235)
Sampai Kapankah Diperbolehkannya Mengqashar Shalat?
Jika seorang musafir tinggal di suatu daerah untuk menunaikan suatu kepentingan, namun tidak berniat mukim, maka dia [dapat] melakukan qashar hingga meninggalkan daerah tersebut.
Dari Jabir ra., dia berkata, “Nabi Shalallahu ‘alaiHi wa sallam tinggal di Tabuk selama dua puluh hari sambil tetap mengashar shalat” (HR. Abu Dawud no. 1223, dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 1094)
Jadi, kedudukan seseorang sebagai musafir akan gugur ketika ia berniat untuk bermukim di suatu tempat. Namun ia diperbolehkan untuk mengqashar shalat selama sembilan belas hari setelah berniat untuk bermukim, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ra., “Nabi Shalallahu ‘alaiHi wa sallam tinggal selama 19 hari sambil melakukan qashar. Jika kami melakukan safar selama 19 hari, maka kami melakukan qashar. Dan jika lebih dari itu, maka kami menyempurnakan shalat” (HR. Al Bukhari no. 1080, At Tirmidzi no. 547, dan Ibnu Majah no. 1075)
SHALAT TAUBAT
Taubat adalah satu amalan yang memiliki kedudukan tinggi, terminal bagi tiap mu’min di samping ia juga sebagai mabda segala urusan-urusannya, karena sesungguhnya esensi taubat ialah kembali kepada Allah dengan penuh komitmen untuk melakukan hal-hal yang dicintainya dan meninggalkan apa-apa yang dilarangnya. Dengan demikian taubat juga adalah esensi daripada dienul Islam itu sendiri, sehingga Allah menjadikan orang-orang yang senantiasa bertaubat sebagai kekasihNya. Allah berfirman,
إِنَّ
اللّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ
الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS Al
Baqoroh: 222).
Mengenai taubat nashuha, Allah subhanahu wa ta’ala telah
menyinggunnya dalam Al Qur’an. Allah berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى
اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحاً عَسَى رَبُّكُمْ أَن
يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ
“Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya (nashuha),
mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan
kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai…” (QS At Tahrim:
8).
Telah diriwayatkan secara mauquf dari sahabat Umar ibnul
Khattab, bahwa “taubat nashuha ialah bertaubat dari segala dosa kemudian tidak
mengulanginya lagi.”
Al Imam Abul Fida Al Hafidz Ibnu Katsir berkata, “Oleh
karena itu, para ulama berkata, ‘Taubat nashuha ialah melepaskan dosa-dosa yang
tengah dilakukan dan menyesali atas dosa-dosa yang telah lewat serta bertekad
kuat untuk tidak melakukannya di kemudian hari’.” (Tafsir Al Qur’anul Adzim:
4/409).
Kemudian taubat nashuha meliputi tiga perkara. Pertama:
bertaubat dari seluruh dosa sehingga tidak ada satu dosa pun kecuali tercakup
ke dalamnya. Kedua: memaksimalkan tekad kuat disertai dengan kejujuran sehingga
tidak ada lagi keraguan, menyatukan keinginannya dan tekadnya untuk segera
melakukannya (yakni taubat). Ketiga: membersihkan dari kotoran-kotoran dan
penyakit-penyakit yang mempengaruhi keikhlasannya. (Untuk lebih luasnya
silahkan Saudara lihat kitab Madarijus Salikin: 1/178).
Adapun sholat taubah, sebenarnya penamaan dan praktek
sholat taubah secara khusus itu tidak ada. Tetapi jika saudara melakukan sholat
nafilah / sunnah, seperti sholat malam atau yang lainnya, maka ini adalah
amalan sholih yang akan mendatangkan kecintaannya Allah ‘azza wa jalla. Wal
‘ilmu ‘indallah.
Dari Ali -radhiallahu anhu- dari Rasulullah -shallallahu
alaihi wasallam- bersabda, “Tidaklah seseorang melakukan perbuatan dosa lalu di
bangun dan bersuci, kemudian mengerjakan shalat, dan setelah itu memohon
ampunan kepada Allah melainkan Allah akan memberikan ampunan kepadanya.” (HR.
At-Tirmizi, Abu Dawud dan Ibnu Majah, serta dishahihkan oleh Asy-Syaikh Albani
dalam Shahih Sunan At-Tirmizi I/128)
Hadits di atas dijadikan dalil oleh para ulama akan
adanya shalat sunnah taubat, sebagaimana yang disebutkan oleh Asy-Syaikh Muhammad
bin Umar Bazmul dalam kitabnya Bughyatul Muthathawwi’ fii Shalat at-Tatawwu’.
Dan hadits ini juga didukung oleh keumuman firman Allah
Ta’ala, “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri mereka sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari
pada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui.” (QS. Ali Imran : 135)
Adapun syarat diterimanya taubat, maka Asy-Syaikh Abdul
Aziz Ar-Rajihi -hafizhahullah- menyebutkan ada delapan, yaitu:
- Taubatnya harus ikhlas, hanya mengharapkan dengannya wajah Allah. Taubatnya bukan karena riya, bukan pula karena sum’ah (keinginan untuk didengar) dan bukan pula karena dunia.
- Berlepas diri dari maksiat tersebut.
- Menyesali dosa yang telah dia kerjakan tersebut.
- Bertekad untuk tidak mengulangi maksiat tersebut.
- Mengembalikan apa yang kita zhalimi kepada pemiliknya, kalau kezhalimannya berupa darah atau harta atau kehormatan. Kami katakan: Maksudnya kalau kita menzhalimi seseorang pada darahnya, harta atau kehormatannya, maka kita wajib untuk meminta maaf kepadanya dan meminta kehalalan darinya atas kezhaliman kita.
- Bertaubat sebelum roh sampai ke tenggorokan (sakratul maut).
- Siksaan belum turun menimpa dirinya.
- Matahari belum terbit dari sebelah barat.
SHALAT TAHAJUD
- Sebelum perintah sholat lima waktu turun, Rasulullah Muhammad saw pernah memerintahkan para pengikutnya untuk melakukan sholat tahajud. Hal ini tersirat dalam beberapa hadist:
- Sahabat Abdullah bin Salam mengatakan, bahwa Nabi SAW telah bersabda : “ Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan selamat.”(HR Tirmidzi)
- Bersabda Nabi Muhammad SAW : “Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam” ( HR. Muslim )
- Selain itu, Allah sendiri juga berfirman: “ Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.” (QS : Al-Isro’ : 79)
- Dalam hadist lain juga diterangkan mengenai jumlah rakaat pada pelaksanaan sholat tahajud. Pada dasarnya, jumlah rakaat sholat tahajud tidak dibatasi jumlahnya, dengan jumlah minimal 2 rakaat. Sedangkan dalam keterangan Said ibnu Yazib ra, Rasulullah Muhammad saw melakukan sholat tahajud dengan jumlah 13 rakaat, dengan perincian 2 rakaat sholat iftitah, 8 rakaat sholat tahajud, dan ditutup dengan 3 rakaat sholat witir.
Berdasarkan hadist Rasulullah Muhammad saw, sholat tahajud memiliki 9 keutamaan, yang terbagi menjadi 5 keutamaan di dunia dan 4 keutamaan di akhirat kelak. Hadist yang menjelaskan keutamaan sholat tahajud adalah: “Barang siapa mengerjakan shalat Tahajud dengan sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan memberikan 9 macam kemuliaan : 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.”
Adapun 5 keutamaan sholat tahajud di dunia adalah:
- Akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana.
- Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan dimukanya.
- Akan dicintai para hamba Allah yang shaleh dan dicintai oleh semua manusia.
- Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah.
- Akan dijadikan orang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam agama.
- Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di Hari Pembalasan nanti.
- Akan mendapat keringanan ketika di hisab.
- Ketika menyebrangi jembatan Shirotol Mustaqim, bisa melakukannya dengan sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar.
- Catatan amalnya diberikan ditangan kanan.
100 hari sebelum kematian:
Ini adalah tanda pertama dari Allah kepada hambanya dan hanya akan disedari oleh mereka-mereka yang dikehendakinya. Walau bagaimanapun semua orang Islam akan mendapat tanda ini cuma sama ada mereka sadar atau tidak . Tanda ini akan berlaku lazimnya selepas waktu Asar. Seluruh tubuh iaitu dari ujung rambut sehingga ke ujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan menggigil.
40 hari sebelum kematian:
Tanda ini juga akan berlaku sesudah waktu Asar. Bagian pusat kita akan berdenyut-denyut. Pada ketika ini daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pokok yang letaknya di atas Arasy Allah. Maka malaikat maut akan mengambil daun tersebut dan mulai membuat persediaannya ke atas kita antaranya ialah ia akan mula mengikuti kita sepanjang masa. Malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas lalu dan jika ini terjadi, mereka yang terpilih akan merasakan seakan-akan bingung seketika.
7 hari sebelum kematian:
Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah kesakitan di mana orang sakit yang tidak makan secara tiba- tiba berselera untuk makan.
3 hari sebelum kematian:
Pada ketika ini akan terasa denyutan di bahagian tengah dahi kita Yaitu di antara dahi kanan dan kiri. Jika tanda ini dapat diketahui maka berpuasalah kita selepas itu supaya perut kita tidak mengandung banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan kita nanti. Ketika ini juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang yang sakit hidungnya akan perlahan-lahan jatuh dan ini dapat dikesan jika kita melihatnya dari bahagian sisi. Telinganya akan layu dimana bahagian ujungnya akan berangsur-angsur masuk ke dalam. Telapak kakinya yang terlunjur akan perlahan-lahan jatuh ke depan dan sukar ditegakkan.
1 hari sebelum kematian:
Akan berlaku sesudah waktu Asar di mana kita akan merasakan satu denyutan di sebelah belakang yaitu di kawasan ubun-ubun di mana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu Asar keesokan harinya.
Tanda akhir sebelum kematian:
Akan berlaku keadaan di mana kita akan merasakan satu keadaan sejuk di bahagian pusat dan akan turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke bahagian jantung . Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimah syahadah dan berdiam diri dan menantikan kedatangan malaikat maut untuk menjemput kita kembali kepada Allah yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula. subhanallah
agar bisa aplly pemahaman alqur'an bisa klik ini
Cerita Klasik yang harus dibaca ulang agar selalu Fresh
Suatu hari, Imam Al-Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al-Ghozali bertanya....
Pertama, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid- muridnya menjawab "Orang tua, guru, kawan ,dan sahabatnya". Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "mati". Sebab, sesuai dengan janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.(Ali Imran : 185)
Kedua."Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab "Negara Cina, bulan, matahari dan bintang-bintang". Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan itu adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "masa lalu". Walau dengan cara apa sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab "Gunung, bumi dan matahari". semua jawaban itu benar, kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafs" (Al-A'raaf :179). Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Keempat. "Apa yang paling berat di dunia ini?". Ada yang menjawab "besi dan gajah" Semua jawaban adalah benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "memegang amanah" (Al-Ahzab:72) Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.
Kelima. "Apa yang paling ringan di dunia ini?" Ada yang menjawab "Kapas, angin, debu dan daun-daunan". Semua itu benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah “meninggalkan sholat”. Gara-gara pekerjaan, kita meninggalkan sholat; gara-gara bermasyarakat, kita meninggalkan sholat.
Keenam. "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, "pedang". Benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "lidah manusia" Karena melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.
TAFAKUR
Tujuan Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi seluruh manusia adalah agar kita tidak tersesat selama-lamanya. Tafakur adalah suatu metode baru untuk lebih memudahkan mengamalkan Al-Qur’an. Dengan bertafakur kita dirangsang untuk menggali lautan hikmah yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
Kita hidup di dunia ini bukan hanya mengejar kesenangan duniawi saja tetapi juga kebahagiaan di akhirat. Rasanya hari-hari terakhir ini, banyak hal yang kita kerjakan hanya mengejar kesenangan duniawi. Kita jadi lupa bahwa kita menyediakan waktu yang cukup banyak untuk berhubungan dengan Alloh SWT, bukan hanya pada bulan puasa seperti sekarang ini namun di hari atau bulan2 lainnya.
Rasulullah saw bersabda: “Bertafakur sejenak lebih baik dari pada ibadah setahun”.
Saya mencintai pekerjaan namun harus lebih mencintai Tuhan. Dan Alloh SWT selalu menyediakan waktu bagi ummatnya untuk memperbaiki diri. Allah berfirman: “Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran, dan tidak pula bersedih hati” (QS 2 : 38).
Kedudukan Shalat dalam Islam
Shalat memiliki kedudukan yang agung dalam islam. Kita dapat melihat keutamaan shalat tersebut dalam beberapa point berikut ini[1].
1) Shalat adalah kewajiban paling utama setelah dua kalimat syahadat dan merupakan salah satu rukun islam
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu: bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitulloh, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.”[2]
2) Shalat merupakan pembeda antara muslim dan kafir
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya batasan antara seseorang dengan kekafiran dan kesyirikan adalah shalat. Barangsiapa meninggalkan shalat, maka ia kafir” [3]. Salah seorang tabi’in bernama Abdullah bin Syaqiq rahimahullah berkata, “Dulu para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali shalat.”[4]
3) Shalat adalah tiang agama dan agama seseorang tidak tegak kecuali dengan menegakkan shalat
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.”[5]
4) Amalan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.” Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.”[6]
5) Shalat merupakan Penjaga Darah dan Harta Seseorang
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mau mengucapkan laa ilaaha illalloh (Tiada sesembahan yang haq kecuali Allah), menegakkan shalat, dan membayar zakat. Apabila mereka telah melakukan semua itu, berarti mereka telah memelihara harta dan jiwanya dariku kecuali ada alasan yang hak menurut Islam (bagiku untuk memerangi mereka) dan kelak perhitungannya terserah kepada Allah Ta’ala.”[7]
Keutamaan Mengerjakan Shalat 5 waktu
Shalat memiliki keutamaan-keutamaan berupa pahala, ampunan dan berbagai keuntungan yang Allah sediakan bagi orang yang menegakkan sholat dan rukun-rukunnnya dan lebih utama lagi apabila sunnah-sunnah sholat 5 waktu dikerjakan, diantara keutamaan-keutamaan tersebut adalah:
1) Mendapatkan cinta dan ridho Allah
Orang yang mengerjakan shalat berarti menjalankan perintah Allah, maka ia pantas mendapatkan cinta dan keridhoan Allah. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah (wahai muhammad): “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)
2) Selamat dari api neraka dan masuk kedalam surga
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzab: 71). Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi Rahimahullahu ta’ala berkata, “Yang dimaksud dengan kemenangan dalam ayat ini adalah selamat dari api neraka dan masuk kedalam surga”[8]. Dan melaksanakan sholat termasuk mentaati Allah dan Rasul-Nya.
3) Pewaris surga Firdaus dan kekal di dalamnya
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman … dan orang-orang yang memelihara sholatnya mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Mu’minun: 1-11)
4) Pelaku shalat disifati sebagai seorang muslim yang beriman dan bertaqwa
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al Baqarah: 2-3)
5) Akan mendapat ampunan dan pahala yang besar dari Allah
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Ahzab: 35)
6) Shalat tempat meminta pertolongan kepada Allah sekaligus ciri orang yang khusyuk
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al Baqarah: 45)
7) Shalat mencegah hamba dari Perbuatan Keji dan Mungkar
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut: 45)
Setelah kita mau berdiskusi , mengenal Nya dipastikan hidup ini menjadi lebih indah untuk itu berkaryalah semaksimal mungkin untuk kebaikan bumi , selebihnya kita berikan kepadanya yang luar biasa untuk untuk mencapai kesempurnaanya
Setelah kita bisa sholat untuk Nya dengan allahu akbar kemudian diakhiri asalamualaikum itu menunjukkan bahwa sama Ia Nya kita juga harus diwajibkan bersosialisasi dengan sesamanya didunia (Habluminanas), berbagi untuk semua maka sedikitnya ini ada bacaan tentang zakat tentang kepedulian sesama untuk menghias bumi menjadi lebih baik
ZAKAT
Literary meaning of the word Zakat is purification and also growth. Zakat is one of the five pillars of Islam and the most important tool to stimulate the economy. Zakat is the prescribed percentage of the wealth or assets of every adult and mentally stable male or female Muslim which they have to pay annually to the some categories of their society.
It is also called as alms and the Holy Quran describes about the people who has right to get Zakat.
“The alms are only for the poor and the needy, and those who collect them, and those whose hearts are to be reconciled, and to free the captives and the debtors, and for the cause of Allah, and (for) the wayfarers; a duty imposed by Allah. Allah is knower, Wise." (The Holy Quran: 9:60)
Zakat is one of the vital and most significant features of the Islamic finance and economics System. Unfortunately for all of us ‘Zakat’ which is one of the Five Pillars of Islam, has been reduced to just a ritual which we perform once a year and most of us don’t bother to perform it also as a ritual. The concept of Zakat is the foundation stone of the Islamic finance and economic system. The Quran stresses ‘Zakat’ as a significant and serious component of socio-economic justice. The concept of Zakat works to ensure a fair distribution of wealth and resources and establishes a safety net for needy members of society. Both the sources and payout categories of Zakat are specified in Islamic doctrine, as mentioned in the above verses. The Quran identifies eight categories of expenditures of the Zakat collection, each of which carries clear social benefit. One positive economic effect of Zakat is an increase in the money supply and a consequent increase in the demand for goods and services. Zakat also provides debt relief and enhances price stability. If accumulated in times of prosperity, Zakat funds can aid society through times of depression. Though Zakat has widely fallen out of use in modern times it can have great economic impact if properly re established.
The Quran itself stresses on the financial and economic importance of Zakat. The instruction to establish Zakat is mentioned more than 100 times, usually in conjunction with salah (prayer), as two means of purification in the Holy Quran. Allah orders Muslims to pay Zakat on their total wealth and assets in excess of nisab (minimum wealth criteria to pay Zakat), to the poor for benefit of the society’s social and economic welfare. The following Quranic verses, among others, emphasize that all resources belong to God and that these resources are thus a trust that must be used to satisfy the basic needs of all those who, for no fault of their own, cannot afford the basic necessities of life in a humane and dignified manner.
“(So that) wealth does not circulate only among your rich” (Quran 59:7)
“And (would assign) in all their wealth and possessions a due share (zakat) unto such as might ask (for help) and such as might suffer privation” (Al Quran 51:19)
The offerings (zakat) given for the sake of God are (meant) only for fuqara (poor) and the masakeen (needy) and ameleen-a-alaiha (those who are in charge thereof), and muallafatul-quloob (those whose hearts are to be won over), and for fir-riqaab (the freeing of human beings from bondage), and (for) al-gharimun those (who are over-burdened with debts), and fee-sabeelillah (for every struggle) in God’s cause, and ibn as-sabil (for) the wayfarer: (this is) an ordinance from God – and God is all knowing, wise”(Quran 9:60)
The whole western world faced a very harsh economic crisis recently and now Muslim scholars are describing how the Zakat and Islamic financial system can survive the world from another economic recession? There is an International Conference on Islamic Business and Finance 2011 in Islamabad starting on 7th February 2011.
NABIKU MUHAMMAD
NABIKU MUHAMMAD
Sejarah Nabi Muhammad SAW
Lagi-lagi sebuah sejarah dilupakan, seakan-akan mereka
tidak pernah tahu atau mungkin tidak mau tahu, ini adalah sejarah yang tak
boleh dilupakan, karena inilah sebab awal penciptaan dan akhir penciptaan, ia
bermula 14 abad yang lalu di sebuah kota kecil, sebuah kota yang panas dan
tandus yang dipenuhi dengan penyembahan terhadap kayu-kayu dan batu-batu yang
tak dapat berbuat apa-apa dan juga disana terdapat sebuah kotak hitam yang
dikelilingi oleh “berhala-berhala†yang sekarang
telah berubah wujud tapi memiliki wujud “berhala†yang sama. Sungguh tak terpikirkan betapa bodoh manusia zaman itu,
ialah sebuah jazirah yang disebut jazirah Arabia, perbuatan buruk dan haram,
perampokan, pembunuhan bayi,minum-minuman keras, yang memusnahkan segala
kebajikan dan moral menempatkan masyarakat jazirah Arabia ini dalam
situasi kemerosotan yang luar biasa. Mereka terpecah-pecah menjadi
kabilah-kabilah (bani/kaum).
I. Kelahiran Sang Nabi
Pada saat yang sangat kritis ini muncullah sebuah bintang
pada malam yang gelap gulita, sinarnya semakin terang membuat malam menjadi
terang benderang, ia bukan bintang yang biasa, tapi bintang yang sangat luar
biasa, bahkan matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya karena
bintang ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya
dalam kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama
Muhammad, menurut sejarawan bintang ini tepat terlahir tanggal 17 Rabi’ul
Awwal (12 Rabi’ul awwal menurut mazhab sunni) 570 M, bintang ini tak pernah padam
walaupun 14 abad setelah ketiadaannya, bahkan ia semakin terang dan semakin
terang, dari bintang ini terlahir 13 bintang yang lain, yang selalu menjadi
hujjah bagi bintang-bintang yang sulit bersinar lainnya di setiap zamannya. Ia
memiliki silsilah yang berhubungan langsung dengan jawara Tauhid melalui
anaknya Ismail AS, yang dilahirkan melalui rahim-rahim suci dan terpelihara
dari perbuatan-perbuatan mensekutukan Tuhan. Ia begitu suci sehingga Tuhan
memerintahkan kepada Para Malaikat dan Jin untuk bersujud kepada Adam, karena
cahayanya dibawa oleh Adam AS untuk disampaikan kepada maksud, ia adalah
rencana Tuhan yang teramat besar yang langit dan bumi pun tak kan sanggup
memikulnya.
Peristiwa kelahiran sang bintang dipenuhi dengan
kejadian-kejadian yang luarbiasa, dimulai dengan peristiwa padamnya api
“abadi†di kerajaan Persia, hancurnya
sesembahan batu di sana, dan penyerangan pasukan bergajah untuk menghancurkan
Ka’bah, yang di kemudian hari menjadi kiblat baginya dan ummatnya sampai
akhir zaman, namun tentara yang besar ini dihancurkan oleh burung-burung
yang dikirimkan oleh Sang Pemilik kiblat (Ka’bah), karenanya tahun ini
dinamakan tahun Gajah. Sudah menjadi tradisi kelahiran manusia luar biasa harus
juga didahului peristiwa yang luar biasa. Muhammad namanya, ayahnya bernama
Abdullah, Ibundanya Aminah, kedua orang tuanya berasal dari silsilah yang mulia
yang merupakan keturunan Jawara Tauhid (Ibrahim AS). Abdullah lahir kedunia
hanya untuk membawa nur Muhammad dan “meletakkannya†ke dalam
rahim Aminah, Sang isteri saat itu mengandung (2 bulan) bayi yang kelak menjadi
manusia besar. Setelah lama kepergian sang suami, sang isteri merasakan
kesepian yang amat dalam, walaupun suaminya selalu berkirim surat. Namun pada
saat lain surat tidak lagi ia terima, begitu riang hatinya ternyata ia melihat
rombongan dagang suaminya telah pulang, tapi Ia amat terkejut karena tak
dilihatnya suaminya, datanglah seseorang dari rombongan tersebut yang
menyampaikan berita kepada Aminah, mulutnya begitu berat untuk mengucapkan kata
– kata ini kepada wanita ini, ia tidak sanggup mengutarakannya, namun
akhirnya terucap juga bahwa sang suami telah berpulang ke hadirat Allah Swt dan
dimakamkan di abwa.
Begitu goncang hatinnya mendengarkan hal ini, tak sanggup
menahan tangisnya, ia menangis menahan sedih dan tak makan beberapa hari, namun
ia bermimpi, dalam mimpinya seorang wanita datang dan berkata kepadanya agar ia
menjaga bayi dalam janinnya dengan baik – baik. Ia berulang kali bermimpi
bertemu dengan wanita tersebut yang ternyata adalah Maryam binti Imran (Ibu Isa
as). Dalam mimpinya sang wanita mulia ini berkata : “Kelak bayi yang ada
didalam rahimmu akan menjadi manusia paling mulia sejagat raya, maka jagalah ia
baik – baik hingga kelahirannya.
Saat ayahanda Muhammad yang mulia ini Wafat dalam usia 20
tahun (riwayat lain – 17 tahun), sang bintang kita ini sedang berada dalam
kandungan ibunya, beberapa tahun kemudian Bunda Sang bintang menyusul suaminya
dan dimakamkan di Abwa juga. Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh
oleh kakeknya, belum lagi hilang duka setelah ditinggal Sang Bunda, ia pun
harus kehilangan kakeknya ketika umurnya belum lagi menginjak delapan tahun.
Setelah kepergian sang kakek, sang bintang (Muhammad) diasuh oleh pamannya, Abu
Tholib, seorang putra Abdul Mutholib yang pertama menyatakan keimanannya kepada
kemenakannya sendiri (Muhammad). Pemandu ilahi selalu saja dipilihkan oleh
Ilahi untuk memiliki profesi sebagai seorang gembala, melalui profesi ini
beliau mengarungi beberapa waktu kehidupannya untuk menjadi “gembala†domba yang lebih besar, inilah pilihan Ilahi yang memilihkan baginya
sebuah jalan dimana hal ini penting bagi orang yang akan berjuang melawan
orang-orang hina yang berpikiran sampai menyembah aneka batu dan pohon,
ilahi menjadikannya kuat sehingga tidak menyerah kepada apapun kecuali
keputusan-Nya. Ada penulis sirah yang mengutip kalimat Nabi berikut ini, “
Semua Nabi pernah menjadi gembala sebelum beroleh jabatan kerasulan.†Orang bertanya kepada Nabi,†Apakah
Anda juga pernah menjadi gembala?†Beliau menjawab,†Ya. Selama beberapa
waktu saya menggembalakan domba orang Mekah di daerah Qararit.â€
Sang bintang terlahir bukan dari kalangan orang yang
teramat kaya, belum lagi ia dilahirkan sebagai seorang yatim, dan telah
kehilangan Ayah, Ibu di masa kecil sebagai tempat bernaung, apa yang dapat
dikatakan oleh anak kecil yang telah kehilangan kedua orang tuanya sedangkan
dia sendiri masih membutuhkan naungan kedua orang tua dan kasih sayang mereka.
Mari kita masuk ke jazirah Arabia lebih jauh lagi, kita dapat melihat bahwa
kondisi keuangan Muhammad terbilang cukup sulit. Muhammad terkenal dengan
kemuliaan rohaninya, keluhuran budi, keunggulan ahklaq dan dirinya dikenal di
masyarakat sebagai “orang jujur†(al-Amin), ia
menjadi salah seorang kafilah dagang Khodijah yang terpercaya dan Khodijah
memberikan dua kali lipat dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain.
Kafilah Quraisy, termasuk barang dagangan Khodijah, siap bertolak, kafilah tiba
di tempat tujuan. Seluruh anggotanya mengeruk laba. Namun, laba yang
diperoleh Nabi lebih banyak ketimbang lain. Kafilah kembali ke Makkah. Dalam
perjalanan, Sang bintang melewati negeri ‘Ad dan Tsamud. Keheningan kematian
yang menimpa kaum pembangkang itu mengundang perhatian sang bintang.
Kafilah mendekati Mekah, Maisarah, berkata kepada sang
Bintang, “Alangkah baiknya jika Anda memasuki Mekah mendahului kami dan
mengabarkan kepada Khodijah tentang perdagangan dan keuntungan besar yang kita
dapatkan.†Nabi tiba di Mekah ketika
Khodijah sedang duduk di kamar atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke
ruangannya. Nabi menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut barang
dagangan. Maisarah menceritakan tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama perjalanan
dan perdagangan. Maisarah menceritakan “Di Busra, Al-Amin duduk di bawah
pohon untuk istirahat. Seorang pendeta, yang sedang duduk di biaranya,
kebetulan melihatnya. Ia datang seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian
ia berkata, ‘Orang yang duduk di bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang
tentangnya telah saya baca banyak kabar gembira di dalam Taurat dan Injil.
Kemudian Khodijah menceritakan apa yang didengarnya dari
Maisarah kepada Waraqah bin Naufal, si hanif dari Arabia. Waraqah mengatakan,
“Orang yang memiliki sifat-sifat itu adalah nabi berbangsa Arab.
II. Pernikahan
Kebanyakan sejarawan percaya bahwa yang menyampaikan
lamaran Khadijah kepada Nabi ialah Nafsiah binti ‘Aliyah sebagai berikut:
“Wahai Muhammad! Katakan terus terang, apa sesungguhnya
yang menjadi penghalang bagimu untuk memasuki kehidupan rumah tangga? Kukira
usiamu sudah cukup dewasa!†Apakah anda akan
menyambut dengan senang hati jika saya mengundang Anda kepada kecantikan,
kekayaan, keanggunan, dan kehormatan ?†Nabi
menjawab,â€Apa maksud Anda?†Ia lalu menyebut Khodijah. Nabi lalu
berkata,†Apakah Khodijah siap untuk itu, padahal dunia saya dan dunianya
jauh berbeda?†Nafsiah berujar “Saya mendapat kepercayaan dari dia, dan
akan membuat dia setuju. Anda perlu menetapkan tanggal perkawinan agar
walinya (‘Amar bin Asad) dapat mendampingi Anda beserta handai tolan Anda,
dan upacara perkawinan dan perayaan dapat diselenggarakan".
Kemudian Muhammad membicarakan hal ini kepada pamannya
yang mulia, Abu Tholib. Pesta yang agung pun diselenggarakan, sang paman yang
mulia ini menyampaikan pidato, mengaitkannya dengan puji syukur kepada Tuhan.
Tentang keponakannya, ia berkata demikian, “Keponakan saya Muhammad bin
‘Abdullah lebih utama daripada siapapun di kalangan Quraisy. Kendati tidak
berharta, kekayaan adalah bayangan yang berlalu, tetapi asal usul dan silsilah
adalah permanen".
Waraqah, paman Khodijah, tampil dan mengatakan
sambutannya, “Tak ada orang Quraisy yang membantah kelebihan Anda. Kami sangat
ingin memegang tali kebangsawanan Anda.†Upacara
pun dilaksanakan. Mahar ditetapkan empat puluh dinar-ada yang mengatakan dua
puluh ekor unta.
Sang bintang sekarang mulai dewasa, ia mempunyai seorang
istri yang begitu lengkap kemuliaannya, dari perkawinan ini Khodijah melahirkan
enam orang anak, dua putra, Qasim, dan Abdulah, yang dipanggil At-Thayyib, dan
At-Thahir. Tiga orang putrinya masing-masing Ruqayyah, Zainab, Ummu Kaltsum,
dan Fatimah. Kedua anak laki-lakinya meninggal sebelum Muhammad diutus menjadi
Rosul.
Ketika umur sang bintang mulai menginjak 35 tahun, banjir
dahsyat mengalir dari gunung ke Ka’bah. Akibatnya, tak satu pun rumah di
Makah selamat dari kerusakan. Dinding ka’bah mengalami kerusakan. Orang
Quraisy memutuskan untuk membangun Ka’bah tapi takut membongkarnya. Walid bin
Mughirah, orang pertama yang mengambil linggis, meruntuhkan dua pilar tempat
suci tersebut. Ia merasa takut dan gugup. Orang Mekah menanti jatuhnya sesuatu,
tapi ketika ternyata Walid tidak menjadi sasaran kemarahan berhala, mereka pun
yakin bahwa tindakannya telah mendapatkan persetujuan Dewa. Mereka semua lalu
ikut bergabung meruntuhkan bangunan itu. Pada saat pembangunan kembali
ka’bah, diberitahukan pada semua pihak sebagai berikut, “Dalam pembangunan
kembali Ka’bah, yang dinafkahkan hanyalah kekayaan yang diperoleh secara
halal. Uang yang diperoleh lewat cara-cara haram atau melalui suap dan
pemerasan, tak boleh dibelanjakan untuk tujuan ini.†Terlihat
bahwa ini adalah ajaran para Nabi, dan mereka mengetahui tentang
kekayaan yang diperoleh secara tidak halal, tetapi kenapa mereka masih
melakukan hal demikian, inipun terjadi di zaman ini, di Indonesia, rakyat
ataupun pemerintahnya mengetahui tentang halal dan haramnya suatu harta
kekayaan atau pun perbuatan yang salah dan benar, tapi mereka masih saja
melakukan perbuatan itu walaupun tahu itu adalah salah.
Mari kita kembali lagi menuju Mekah, ketika dinding
ka’bah telah dibangun dalam batas ketinggian tertentu, tiba saatnya untuk
pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya. Pada tahap ini, muncul perselisihan di
kalangan pemimpin suku. Masing-masing suku merasa bahwa tidak ada suku yang
lain yang pantas melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali sukunya sendiri.
Karena hal ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari. Masalah mencapai
tahap kritis, akhirnya seorang tua yang disegani di antara Quraisy, Abu Umayyah
bin Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya berkata,â€Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui Pintu Shafa.†(buku lain mencatat Bab as-salam). Semua menyetujui gagasan ini.
Tiba-tiba Muhammad muncul dari pintu. Serempak mereka berseru, “Itu Muhammad,
al-Amin. Kita setuju ia menjadi wasit!â€
Untuk menyelesaikan pertikaian itu, Nabi meminta mereka
menyediakan selembar kain. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu
dengan tangannya sendiri, kemudian meminta tiap orang dari empat sesepuh Mekah
memegang setiap sudut kain itu. Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat
pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan tangannya sendiri. Dengan cara
ini, beliau berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi
peristiwa berdarah.
Tuhan, Sang Maha Konsep sudah membuat konsep tentang
semua ini, tanda-tanda seorang bintang telah banyak ia tampakkan pada diri
Muhammad, dari batinnya yang mulia sampai pada bentuk lahirnya yang indah.
Kesabaran yang diabadikan di dalam Kitab suci menjadi bukti yang tak
terbantahkan, bahwa ia adalah manusia sempurna, dalam wujud lahiriah
(penampakan), maupun batinnya. Tidak setitik cela apalagi kesalahan selama
hidupnya, Sang Maha Konsep benar-benar telah mengonsepnya menjadi manusia
‘ilahi’. Al-Amin telah dikenal oleh masyarakat Mekah, sebagai manusia
mulia, sebagai manifestasi wujud kejujuran mutlak. Sebelum pengutusannya
menjadi Rosul, Muhammad selalu mengamati tanda kekuasaan Tuhan, dan mengkajinya
secara mendalam, terutama mengamati keindahan, kekuasaan, dan ciptaan Allah
dalam segala wujud. Beliau selalu melakukan telaah mendalam terhadap langit,
bumi dan isinya. Beliau selalu mengamati masyarakatnya yang rusak, dan hancur,
beliau mempunyai tugas untuk menghancurkan segala bentuk pemberhalaan. Apalah
kiranya yang membuat masyarakatnya seperti ini, ia mengembalikan semua ini
kepada Tuhan, yang menurutnya tak mungkin sama dengan manusia.
Gunung Hira, puncaknya dapat dicapai kurang lebih
setengah jam, gua ini adalah saksi atas peristiwa menyangkut “sahabat karibâ€-nya (Muhammad), gua ini menjadi saksi bisu tentang wahyu, dan
seakan-akan ia ingin berkata,†disinilah dulu anak Hasyim itu tinggal,
yang selalu kalian sebut-sebut, disinilah ia diangkat menjadi Rosul, disinilah
Al-Furqon pertama kali dibacakan, wahai manusia, bukankah aku telah
mengatakannya, kalianlah (manusia) yang tak mau menengarkannya, kalian menutup
telinga kalian rapat-rapat, dan menertawakanku, sedangkan sebagian dari kalian
hanya menjadikan aku sebagai museum sejarah.“kata saksi bisu.
III. Diangkat Menjadi Rasul
Hira, tempat diturunkannya kalimat Tuhan Yang Maha Sakti,
kalimat yang membuat iblis berputus asa untuk menyesatkan manusia, kalimat yang
dengannya alam semesta berguncang. Al-Qur’an, susunan kalimatnya yang
mengandung makna yang banyak telah membuat tercengang manusia-manusia manapun
di jagat raya, yang mengakui kebenarannya, akan mengikutinya, sedangkan yang
tidak mengakuinya harus tunduk atas kebenarannya, dan bagi mereka yang menolak,
dengan cara apapun akan sia-sia, dan celaka. Jibril (Ruh Al-Qudus) diutus Tuhan
semesta Alam, Sang Pemilik Konsep, untuk menyampaikan kalimat-Nya secara
berangsur-angsur kepada Al-amin yang berada di Gunung Hira’. Al-Amin telah
mempersiapkan dirinya selama empat puluh tahun untuk memikul tugas yang maha
berat ini, Jibril datang kepadanya dengan membawa beberapa kalimat dari
Tuhannya. Ialah kalimat pertama yang dikemukakan dalam Al-qur’an sebagai
berikut
“Bacalah dengan [ menyebut] nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajari [manusia] dengan perantaraan
kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinyaâ€.
Ayat ini dengan tegas menyatakan tentang program Nabi,
dan menyatakan dalam istilah-istilah jelas bahwa fondasi agamanya diberikan
dengan pengkajian, pengetahuan, kebijaksanaan, dan penggunaan pena.
Muhammad, pembawa berita bahagia, ancaman, dan perintah
merupakan manusia teladan sepanjang masa, ia adalah manusia dalam wujud
Ilahiah, utusan Tuhan yang kepadanya ummat manusia memohonkan syafa’at. Tidak
satupun mahkluq yang mencapai kesempurnaan yang dicapai Muhammad, sejak kecil
ia telah memperlihatkan ketulusan, kejujuran, manusia yang seumur hidupnya
tidak pernah berbohong, yang tidak pernah menghianati janji, dan sayang kepada
yang miskin.
Malaikat Jibril menyelesaikan tugasnya menyampaikan wahyu
itu, dan Muhammad pun turun dari Gua Hira menuju rumah “Khodijahâ€. Jiwa agung Nabi disinari cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya
apa yang didengarnya dari malaikat Jibril. Setelah kejadian ini, Jibril
menyapanya,â€Wahai Muhammad! Engkau Rosul Allah dan
aku Jibrilâ€. Muhammad menerima kalimat Tuhannya secara bertahap, secara
berangsur-angsur, fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah
adalah wanita yang pertama memeluk Islam, dan pria pertama yang memeluk
Islam adalah ‘Ali.
Muhammad mengadakan perjamuan makan dengan kerabatnya,
selesai makan, beliau berpaling kepada para sesepuh keluarganya dan memulai
pembicaraan dengan memuji Allah dan memaklumkan keesaan-Nya. Lalu beliau
berkata,†Sesungguhnya, pemandu suatu kaum tak
pernah berdusta kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang tak ada sekutu
bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya kepada Anda
sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia. Wahai kerabat saya!
Anda sekalian akan mati. Sesudah itu, seperti Anda tidur, Anda akan dihidupkan
kembali dan akan menerima pahala menurut amal Anda. Imbalannya adalah surga
Allah yang abadi (bagi orang lurus) dan neraka-Nya yang kekal(bagi orang yang
berbuat jahat). “Lalu beliau menambahkan, “Tak ada manusia yang pernah
membawa kebaikan untuk kaumnya ketimbang apa yang saya bawakan untuk Anda. Saya
membawakan kepada Anda rahmat dunia maupun Akhirat. Tuhan saya memerintahkan
kepada saya untuk mengajak Anda kepada-Nya. Siapakah diantara Anda sekalian
yang akan menjadi pendukung saya sehingga ia akan menjadi saudara, washi
(penerima wasiat), dan khalifah (pengganti) saya?â€.
Ketika pidato Nabi mencapai poin ini, kebisuan total
melanda pertemuan itu. ‘Ali, remaja berusia lima belas tahun, memecahkan
kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata dengan mantap,†Wahai
Nabi Allah, saya siap mendukung Anda.†Nabi menyuruhnya duduk. Nabi mengulang
tiga kali ucapannya, tapi tak ada yang menyambut kecuali ‘Ali yang
terus melontarkan jawaban yang sama. Beliau lalu berpaling kepada kerabatnya
seraya berkata,†Pemuda ini adalah saudara, washi, dan
khalifah saya diantara kalian. Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti dia".
Pemakluman khilafah (imamah) ‘Ali di hari-hari awal
kenabian Muhammad memperlihatkan bahwa dua kedudukan ini berkaitan satu sama
lain. Ketika Rosulullah diperkenalkan kepada masyarakat, khalifahnya juga
ditunjuk dan diperkenalkan pada hari itu juga. Ini dengan sendirinya
menunjukkan bahwa kenabian dan imamah merupakan dua hal yang tak terpisahkan.
Peristiwa diatas membuktikan heroisme spiritual dan
kebenaran ‘Ali. Karena, dalam pertemuan di mana orang-orang tua dan
berpengalaman tenggelam dalam keraguan dan keheranan, ia menyatakan dukungan
dan pengabdian dengan keberanian sempurna dan mengungkapkan permusuhannya
terhadap musuh Nabi tanpa menempuh jalan politisi yang mengangkat diri sendiri.
Kendati waktu itu ia yang termuda diantara yang hadir, pergaulannya yang lama
dengan Nabi telah menyiapkan pikirannya untuk menerima kenyataan, sementara
para sesepuh bangsa ragu-ragu untuk menerimanya.
Setelah berdakwah kepada kaum kerabatnya, Nabi berdakwah
terang-terangan kepada kaum Quraisy. Muhammad, berbekal kesabaran, keyakinan,
kegigihan, dan keuletan dalam berdakwah terus-menerus dan tidak menghiraukan
orang-orang musrik yang terus menghardik dan mengejeknya. Banyak yang cara yang
dilakukan kaum Quraisy untuk menghentikan Muhammad, suatu saat Abu Tholib
sedang duduk bersama keponakannya. Juru bicara rombongan yang mendatangi rumah
Abu Tholib membuka pembicaraan dengan berkata,†Wahai Abu
Tholib! Muhammad mencerai-beraikan barisan kita dan menciptakan perselisihan
diantara kita. Ia merendahkan kita dan mencemooh kita dan berhala kita.
Jika ia melakukan itu karena kemiskinan dan kepapaannya, kami siap menyerahkan
harta berlimpah kepadanya. Jika ia menginginkan kedudukan, kami siap
menerimanya sebagai penguasa kami dan kami akan mengikuti perintahnya. Bila ia
sakit dan membutuhkan pengobatan, kami akan membawakan tabib ahli untuk
merawatnya…â€.
Abu Tholib berpaling kepada Nabi seraya berkata,“ Para
sesepuh anda datang untuk meminta Anda berhenti mengkritik berhala supaya
mereka pun tidak mengganggu Anda.†Nabi menjawab,†Saya tidak menginginkan apa pun dari mereka. Bertentangan dengan
empat tawaran itu, mereka harus menerima satu kata dari saya, yang dengan itu
mereka dapat memerintah bangsa Arab dan menjadikan bangsa Ajam sebagai pengikut
mereka.†Abu Jahal bangkit sambil berkata, “ Kami siap sepuluh kali
untuk mendengarnya.†Nabi menjawab,†Kalian harus mengakui
keesaan Tuhan.†Kata-kata tak terduga dari Nabi ini laksana air dingin
ditumpahkan ke ceret panas. Mereka demikian heran, kecewa, dan putus asa sehingga
serentak mereka berkata,†Haruskah kita
mengabaikan 360 Tuhan dan menyembah kepada satu Allah saja?â€
Orang Quraisy meninggalkan rumah Abu Tholib dengan wajah
dan mata terbakar kemarahan. Mereka terus memikirkan cara untuk mencapai tujuan
mereka. Dalam ayat berikut, kejadian itu dikatakan,
“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang
pemberi peringatan dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata,’Ini
adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan
itu Tuhan Yang Satu saja ? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat
mengherankan.’ Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka [seraya berkata],
‘Pergilah kamu dan tetaplah [menyembah] tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini
benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini
dalam agama yang terakhir ini; ini(mengesakan Allah) tidak lain kecuali dusta
yang diada-adakan.â€
Banyak sekali contoh penganiayaan dan penyiksaan kaum
Quraisy, Tiap hari nabi menghadapi penganiayaan baru. Misalnya, suatu hari
Uqbah bin Abi Mu’ith melihat Nabi bertawaf, lalu menyiksanya. Ia menjerat
leher Nabi dengan serbannya dan menyeret beliau ke luar masjid. Beberapa orang
datang membebaskan Nabi karena takut kepada Bani Hasyim. Dan masih banyak lagi.
Nabi menyadari dan prihatin terhadap kondisi kaum Muslim. Kendati beliau
mendapat dukungan dan lindungan Bani Hasyim, kebanyakan pengikutnya budak
wanita dan – pria serta beberapa orang tak terlindung. Para pemimpin Quraisy
menganiaya orang-orang ini terus-menerus , para pemimpin terkemuka berbagai
suku menyiksa anggota suku mereka sendiri yang memeluk Islam. Maka ketika para
sahabatnya meminta nasihatnya menyangkut hijrah, Nabi menjawab, “Ke Etiopia
akan lebih mantap. Penguasanya kuat dan adil, dan tak ada orang yang ditindas
di sana. Tanah negeri itu baik dan bersih, dan Anda boleh tinggal di sana
sampai Allah menolong Anda.
Pasukan Syirik Quraisy kehabisan akal untuk menghancurkan
Muhammad, maka mereka melakukan propaganda anti Muhammad, diantaranya mereka
memfitnah Nabi, Bersikeras menjuluki Nabi Gila, larangan mendengarkan
Al-Qur’an, menghalangi orang masuk Islam, sehingga Allah mengabadikan
perkataan orang-orang keji ini dan menunjukkan sesatnya perkataan mereka, dalam
Al-Qur’an Allah berfirman
“Demikianlah, tiada seorang rosul pun yang datang
kepada orang-orang yang sebelum mereka selain mengatakan,’ Ia adalah seorang
tukang sihir atau orang gila.’ Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang
dikatakan itu ? Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.â€
Kaum Quraisy pun gagal melakukan berbagai macam cara
untuk menghalangi usaha Muhammad, dan menghalangi orang-orang untuk mengikuti
agama Tuhan Yang Esa. Mereka pun melakukan Blokade ekonomi yang membuat banyak
kaum muslim, terutama kaum wanita dan anak-anak kelaparan. Nabi dan para
pengikutnya masuk ke Syi’ib Abu Tholib, yang diikuti pendamping hidupnya,
Khodijah, dengan membawa serta Fatimah AS. Orang-orang Quraisy mengepung mereka
di Syi’ib itu selama tiga tahun. Dan akhirnya tahun-tahun blokade itu pun
berakhir. Dan keluarlah sang bintang bersama keluarga dan sahabatnya dari
pengepungan. Allah telah menetapkan kemenangan bagi mereka, dan Khodijah pun
berhasil pula keluar dari pengepungan dalam keadaan amat berat dan menderita,
Beliau telah hidup dengan kehidupan yang menjadi teladan Istimewa bagi kalangan
kaum wanita. Ajal Khodijah sudah dekat. Allah telah memilihnya untuk
mendampingi Rosulullah Saww., dan dia telah berhasil menunaikan tugas dengan
baik. Khodijah akhirnya meninggal pada tahun itu juga. Yakni, pada saat kaum
Muslim keluar dari blokade orang-orang Quraisy, tahun kesepuluh sesudah
Kenabian. Pada tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib) meninggal dunia, yang
sekaligus sebagai pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi mengalami kesedihan
yang amat berat. Beliau kehilangan Khodijah, dan juga pamannya yang menjadi
pelindung, dan pembelanya. Itu sebabnya, maka tahun ini dinamakan ‘Am Al-Huzn
(Tahun Duka cita). Bukan hanya Rosul yang terpukul hatinya, Fatimah, yang belum
kenyang mengenyam kasih sayang seorang ibu dan kelembutan belaiannya, ikut pula
menanggungnya. Kedukaan menyelimuti dan menindihnya di tahun penuh kesedihan
itu.Fatimah kehilangan ibundanya, berpisah dari orang yang menjadi sumber
cintanya dan kasih sayangnya. Acap kali dia bertanya kepada ayahandanya,†Ayah, kemana Ibu?†Kalau sudah begini, tangisnya pecah, air
matanya meleleh, dan kesedihan menerpa hatinya. Rosul merasakan betapa berat
kesedihan yang ditanggung putrinya. Setelah wafatnya Abu Tholib kaum
Kafir Quraisy semakin berani menganggu Muhammad, akhirnya Muhammad berhijrah ke
Yastrib, peristiwa hijrahnya Nabi ke Yastrib, merupakan momen awal dari
lahirnya negara Islam. Penduduk Yastrib bersedia memikul tanggung jawab bagi
keselamatan Nabi. Di bulan Robi’ul Awwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi
terjadi, tak ada seorang muslim pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi,
‘Ali dan Abu Bakar, dan segelintir orang yang ditahan Quraisy atau karena
sakit,dan lanjut usia.
Kaum Quraisy yang berada di Mekah akhirnya membuat
kesepakatan untuk membunuh Muhammad di malam hari, dan masing-masing suku
mempunyai wakil, sehingga Bani Hasyim tidak dapat menuntut balas atas kematian
Muhammad. Orang-orang ini memang bodoh, mereka mengira Muhammad dapat
dihancurkan hanya dengan cara seperti ini, seperti urusan duniawi mereka.
Jibril datang memberitahu Nabi tentang rencana kejam kaum kafir itu.
Al-Qur’an merujuk pada kejadian itu dengan kata-kata,
“Dan [ingatlah] ketika orang-orang kafir (Quraisy)
memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau
membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan
tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.
Ali berbaring melewati cobaan yang mengerikan demi
keselamatan Islam menggantikan Nabi, sejak sore. Ia bukan orang tua yang lanjut
usia, tapi seorang anak muda yang begitu berani mengorbankan nyawanya untuk
sang Nabi, ia, yang bersama Khodijah adalah orang yang pertama-tama beriman
kepada Nabi, dialah orang yang rela berkorban untuk Nabi, Ali, sekali lagi
‘Ali. Kepadanya Nabi berkata,â€Tidurlah di
ranjang saya malam ini dan tutupi tubuh Anda dengan selimut hijau yang biasa
saya gunakan, karena musuh telah bersekongkol membunuh saya. Saya harus
berhijrah ke Yastrib. ‘Ali menempati ranjang Nabi sejak sore. Ketika
tiga perempat malam lewat, empat puluh orang mengepung rumah nabi dan
mengintipnya melalui celah. Mereka melihat keadaan rumah seperti biasanya, dan
menyangka bahwa orang yang sedang tidur di kamar itu adalah Nabi.
IV. Hijrah
Kini tiba fajar. Semangat dan gairah besar tampak di
kalangan musyrik itu. Mereka begitu yakin akan segera berhasil. Dengan pedang
terhunus mereka memasuki kamar Nabi, yang menimbulkan suara gaduh. Serentak
‘Ali mengangkat kepalanya dari bantal dan menyingkirkan selimutnya lalu
berkata dengan sangat tenag,â€Apa yang terjadi
?†Mereka menjawab,â€Kami mencari Muhammad. Di mana dia?†’Ali
berkata,†Apakah anda menitipkannya kepada saya sehingga saya harus
menyerahkannya kembali kepada Anda? Bagaimanapun, sekarang ia tak ada di
rumah.†Muhammad telah pergi jauh di luar pengetahuan
mereka.
Nabi, tiba di Quba tanggal 12 Rabi’ul Awwal, dan
tinggal di rumah Ummu Kultsum ibn al-Hadam. Sejumlah Muhajirin dan Ansor sedang
menunggu kedatangan Nabi. Beliau tinggal di situ sampai akhir pekan. Sebagian
orang mendesak agar beliau segera berangkat ke Madinah, tetapi beliau menunggu
kedatangan ‘Ali. Orang Quraisy mengetahui hijrahnya ‘Ali dan rombongannya
– diantaranya ialah Fatimah, puteri Nabi, Fatimah binti ‘Asad dan Fatimah
binti Hamzah bin Abdul Mutholib – karena itu, mereka memburunya dan
berhadap-hadapan dengan dia di daerah Zajnan. Perselisihan pun terjadi dan
‘Ali berkata “Barangsiapa menghendaki tubuhnya terpotong-potong dan
darahnya tumpah, majulah! Tanda marah nampak di wajahnya. Orang-orang Quraisy
yang merasa bahwa masalah telah menjadi serius, mengambil sikap damai dan
berbalik pulang.†Ketika ‘Ali tiba di Quba, kakinya
berdarah, dikarenakan menempuh perjalanan Makah Madinah dengan berjalan
kaki. Nabi dikabari bahwa, ‘Ali telah tiba tapi tak mampu menghadap beliau.
Segera nabi ke tempat ‘Ali lalu merangkulnya. Ketika melihat kaki ‘Ali
membengkak, air mata Nabi menetes".
Penduduk Yastrib – yang kemudian berganti menjadi nama
Madinah - menyambut kedatangan Nabi. Mereka mengucapkan berbagai macam syair
untuk menyambut manusia mulia ini. Disinilah manifestasi sebuah negara Islam
pertama kali didirikan. Muhammad menyusun kekuatannya di Madinah bersama keluarga
dan sahabat setianya yang rela meninggalkan tanah air dan hartanya untuk
Tuhannya, islam yang muda ini menyusun kekuatan untuk menghadapi kekuatan kaum
Quraisy yang setiap saat siap untuk menghancurkan Islam yang dibangun ini,
perang demi perang mulai dari Badar, Uhud, Khandaq, yang disetiap perang
tampillah Al-Washi Muhammad yang selalu menjadi pemberi moral kepada pasukan
untuk menghancurkan kafir Quraisy dengan Iman yang membara. Pada perang Badar
‘al-washi (‘Ali) dan Hamzah tampil menghadapi pemberani kafir Quraisy,
dalam sepucuk suratnya kepada Muawiyah, ‘Ali mengingatkannya dalam kata-kata
‘Pedang saya yang saya gunakan untuk membereskan kakek anda dari pihak ibu
(Utbah, ayah dari Hindun Ibu Muawiyah), paman anda dari pihak Ibu (Walid bin Uthbah)
dan saudara Anda (Hanzalah) masih ada pada saya. Pada perang Uhud Nabi dan
lagi-lagi Hamzah dan ‘Ali tidak pernah Absen, ‘Ali adalah pembawa panji
dalam setiap peperangan. Nabi mengungkapkan nilai pukulan ‘Ali pada perang
Khandaq (parit) – disebut juga dengan Ahzab – kepada ‘Amar bin ‘Abdiwad
itu,†Nilai pengorbanan itu melebihi segala perbuatan
baik para pengikutku, karena sebagai akibat kekalahan jagoan kafir terbesar itu
kaum Muslim menjadi terhormat dan kaum kafir menjadi aib dan terhina".
V. Benteng Khaibar
Pada perang Khaibar ketika semangat kaum muslim mengendur
dan merasa tidak mampu untuk menghancurkan benteng Khaibar, orang-orang
menunggu dengan gelisah dan ketakutan, karena sebelumnya Abu Bakar dan Umar
tidak ada yang mampu menghancurkan benteng, bahkan ‘Umar memuji keberanian
pemimpin benteng, Marhab,yang luar biasa yang membuat Nabi dan para komandan
Islam kecewa atas pernyataan ‘Umar ini.
Kebisuan orang-orang sedang menunggu dengan gelisah
dipecahkan oleh kata-kata Nabi,†Dimanakah ‘Ali?
“ Dikabarkan kepada beliau bahwa ‘Ali menderita sakit mata dan
sedang beristirahat di suatu pojok. Nabi bersabda,†Panggil
dia.†‘Ali diangkut dengan unta dan diturunkan di depan kemah Nabi.â€
Pernyataan ini menunjukkan sakit matanya demikian serius sampai tak
mampu berjalan. Nabi menggosokkan tangannya ke mata ‘Ali seraya mendoakannya.
Mata ‘Ali langsung sembuh dan tak pernah sakit lagi sepanjang hidupnya. Nabi
memerintahkan ‘Ali maju, menurut riwayat pintu benteng Khaibar itu terbuat
dari batu, panjangnya 60 inci, dan lebarnya 30 inci. Mengutip kisah pencabutan
pintu benteng Khaibar itu dari ‘Ali melalui jalur khusus,†Saya mencabut pintu Khaibar dan menggunakannya sebagai perisai.
Seusai pertempuran, saya menggunakannya sebagai jembatan pada parit yang
digali kaum Yahudi.†Seseorang bertanya kepadanya,†Apakah
Anda merasakan beratnya?†‘Ali menjawab,†Saya merasakannya sama berat
dengan perisai saya.†Masih banyak lagi peristiwa-peristiwa lain selain
peperangan untuk melawan kebejatan kaum kafir Quraisy, banyak juga
peristiwa yang menggembirakan, misalnya peristiwa pernikahan al-Washi dan
Fatimah, putri Nabi, perubahan kiblat dari Bait al-Maqdis ke Ka’bah di Makah.
Selain serangan dari luar Kota Madinah, kaum Yahudi yang berada di dalam kota
selalu mencoba melakukan rongrongan terhadap pemerintahan Islam yang masih muda
ini, namun Sang Maha Konsep telah menentukan Drama yang berbeda, walaupun
mereka mencoba memadamkan nur cahaya-Nya, namun Ia terus menerangi Nur
Cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu benci.
VI. Fath Makkah
Tahun kedelapan Hijrah, perjanjian Hudaibiyah dikhianati
oleh orang-orang Quraisy mekah, Nabi segera mengeluarkan perintah kesiagaan
umum. Beliau siapkan pasukan besar yang belum pernah disaksikan kehebatannya
selama ini. Ketika pasukan telah lengkap dan siap bergerak, Nabi pun
menyampaikan bahwa sasarannya adalah Mekah. Pasukan bergerak laksana migrasi
kawanan burung menuju arah selatan. Nabi memerintahkan kepada pasukannya yang
berjumlah 10.000 orang untuk membagi diri, dan menyalakan api unggun di malam
hari agar pasukan musuh melihat betapa besar pasukan musuh tersebut.
Di dekat kuburan Abu Tholib dan Khodijah yang terletak di
punggung Mekah, kaum muslimin membuat kubah untuk Nabi. Dari kubah inilah Nabi
mengamati dengan cermat arus pasukan Islam yang masuk ke kota dari empat
penjuru.
Makkah... Membisu di depan Nabi dan pendukungnya. Ya
Mekah membisu dan tidak lagi menyerukan teriakan Fir’aun-fir’aun,
digantikan hiruk pikuk suara 10.000 prajurit Muslim yang menggema yang
seakan-akan sedang menunggu kedatangan sahabatnya
Gua itu menatap kepada orang yang dulu berada dalam
perutnya dalam keadaan terusir yang kini telah berdiri tegap dengan gagah dan
dikelilingi puluhan ribu pengikut dan pembelanya.
Nabi memasuki Mekah dan bertawaf, menghancurkan
berhala-berhala bersama al-Washi, tidak ada darah yang tertumpah. Orang-orang
Quraisy yang berada di Makkah menunggu bibir Muhammad berucap tentang mereka,
apakah yang akan terjadi pada mereka, namun bibir itu begitu mulia untuk
menjatuhkan hukuman, ia memberikan kepada mereka yang telah memeranginya
pengampunan dan beliau berkata “... Pergilah, Anda semua adalah orang-orang
yang dibebaskan!â€
Kini, di Shafa, laki-laki yang telah membuat sejarah itu
telah kembali, berdiri di depan kehidupannya yang sarat dengan berbagai
peristiwa dan yang ditangannya tergenggam masa depan yang gemilang. Selama dua
puluh tahun penggembalaannya tak pernah henti, ia tak pernah merasakan letih,
kesabarannya begitu tinggi, tak pernah menyerah. Orang –orang Quraisy
berdesak-desakkan di bukit Shafa untuk memberikan Ba’iat.
Setelah penaklukan Mekah masih ada beberapa peperangan
besar berlanjut – semasa hidup Nabi - yaitu Hunain, Tabuk. Al-Washi tampil
dengan gagah perkasa dalam peperangan ini, sesudah membuat kocar-kacir musuh,
al-washi segera menghambur untuk bergabung dengan Nabi, ia memutari Nabi, dan
menghambur membabat musuh untuk melindungi Nabi, dan pada kali yang lain
menemui prajurit musuh yang lari dan menghadang kejaran musuh. Sesudah itu
kembali memutari Nabi. Nabi memanggil sahabat-sahabatnya yang lari cerai-berai
“ Ayyuhan Nas, mau kemana kalian ?†Wahai orang-orang
yang ikut bai’at al-Ridwan! Wahai, orang-orang yang kepadanya diturunkan
surat Al-Baqarah! Wahai orang-orang yang berbaiat di bawah pohon...!
orang-orang Madinah yang gagah berani segera sadar akan diri mereka! Dan ingat
bahwa hingga saat ini mereka adalah tulang punggung Nabi. Kini Nabi memanggil
mereka di tengah 12.000 orang prajurit, dua ribu diantaranya adalah kaum
kerabatnya. Mereka segera menghambur ke arah Nabi menyambut panggilannya
dengan, “Labbaik, Labbaik... Kami datang, kami datang...!â€
Pasukan Islam kembali memenangkan pertempuran, peran
individual Muhammad dalam menyampaikan risalah agungnya telah selesai, dan kini
– tidak bisa – tidak di harus melihat pasukannya, untuk kesekian kalinya,
mengingat dan mengenang kembali pelajaran yang telah diberikannya selama dua
puluh tiga tahun, agar di bisa mengevaluasidan menelitinya kembali.
VII. Haji Wada
Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama Nabi dan kaum
Muslimin tanpa ada seorang musrik pun yang ikut didalamnya, untuk pertama
kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan sekitarnya,
menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan .. sekaligus inilah haji
terakhir yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal
25 Dzulqa’idah , Nabi disertai semua isterinya, menginap satu malam di Dzi
Al-Hulaifah, kemudian melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak...
seluruh padang terisi gema suara mereka yang mengucapkan,â€Labbaik, Allahumma labaik... Labbaik, la syarika laka, ! Aku datang
memenuhi panggilanmu, Allahumma, ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu.
Tiada sekutu bagi-Mu...Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Segala
puji, kenikmatan, dan kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu...
Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu...†Langit,
hingga hari itu, belum pernah menyaksikan pemandangan di muka bumi seperti yang
ada pada saat itu. Lebih dari 100.000 orang, laki-laki dan perempuan –
dibawah sengatan Matahari yang amat terik dan di padang pasir yang sebelumnya
tak pernah dikenal orang – bergerak menuju satu arah. Medan ini merupakan
lukisan paling indah dari satu warna yang menghiasi kehidupan manusia. Dan
sejarah, adalah kakek tua yang terbelenggu dalam pengabdian terhadap
kepentingan-kepentingan. Ia adalah tukang cerita yang membacakan
hikayat-hikayat Fir’aun, Kisra dan Kaisar. Sejarah sekali melihat Muhammad
dan orang-orang yang bergerak bersamanya dengan heran! Aneh sekali. Pasukan apa
ini? Komandan berjalan kaki kelelahan, dan pengikut-pengikutnya pun demikian
pula. Nabi memang berjalan kaki bersama umatnya. Sejarah memang mendengar bahwa
“penguasa†itu berada di tengah-tengah
pasukan itu, tapi ketika dicari-carinya, dia tak bisa menemukannya. Rombongan
itu masuk Mekah 4 Dzulhijjah, disitu telah berkumpul Allah, Ibrahim, Ka’bah
dan Muhammad. Dia juga ingin memperlihatkan kepada Ibrahim, bahwa karya
besarnya, kita sudah diantarkan kepada Maksud.
Matahari tepat di tengah siang hari itu. Seakan-akan ia
menumpahkan seluruh cahayannya yang memakar ke atas kepala semua orang. Nabi
berdiri di depan lebih dari 100.000 orang. Laki-laki dan perempuan yang
mengelilinginya. Nabi memulai pidatonya, Rosulullah berkata,â€Tahukah kalian, bulan apa ini ?â€
Mereka serentak menjawab,â€Bulan
Haram!†.....
...â€Ayyuhan Nas,
camkan baik-baik perkataanku. Sebab, aku tidak tahu, mungkin aku tidak lagi
akan bertemu dengan kalian sesudah tahun ini, di tempat ini, untuk
selama-lamanya... Ayyuhan Nas,sesungguhnya darah dan hartamu adalah haram
bagimu hingga kalian menemui Tuhanmu sebagaimana diharamkannya hari dan bulanmu
ini. Sesudah itu, kamu sekalian akan menemui Tuhanmu dan ditanya tentang
amal-amalmu. Sungguh, aku telah sampaikan hal ini. Maka, barangsiapa yang masih
mempunyai amanat, hendaknya segera disampaikan kepada orang yang berhak
menerimanya.....â€
Akar-akar syirik telah dihapuskan dari Mekah, dan Mekah
menjadi sebuah kota suci bagi kaum muslim, tempat berkumpulnya muslimin dari
seluruh penjuru dunia, dengan menggunakan pakaian yang sama, menuju Tuhannya,
tidak ada perbedaan, baik kaya, miskin, raja, rakyat, semuanya sama dihadapan
Tuhan, yang membedakannya adalah takwa.
Muhammad telah melaksanakan tugasnya, dan sekarang beliau
berada di pembaringan, Nabi membuka mata seraya berkata kepada putrinya dengan
suara pelan “Muhammad tidak lain hanyalah seorang Rosul, sungguh telah
berlalu sebelumnya beberapa orang rosul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh
kamu akan berbalik ke belakang? Barangsiapa berpaling ke belakang, maka tidak
akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi
balasan kepada orang-orang yang bersyukurâl