Saturday, December 14, 2013

MEKANISME OBAT DISERAP USUS



Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut berupa air .
Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya bagi ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh.
Sediaan obat yang harus  diuji disolusinya adalah bentuk padat atau semi padat, seperti kapsul, tablet atau salep.

Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larut dalam cairan pada tempat absorbsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat itu benar benar larut dalam cairan  pada suatu tempat dalam saluran lambung- dan di usus halus bisa diserap .
Kelarutan suatu obat tergantung dari apakah medium asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan berturut-turut dalam lambung dan dalam usus halus.
Proses melarutnya suatu obat disebut Disolusi.



Bila suatu tablet dimasukkan dalam saluran cerna, obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padat juga mengalami disintegrasi menjadi granul-granul, dan granul-granul ini mengalami pemecahan menjadi partikel-partikel halus.
Disintegrasi, deagregasi dan disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat tersebut diberikan.

Mekanisme disolusi, tidak dipengaruhi oleh kekuatan kimia atau reaktivitas partikel-partikel padat terlarut ke dalam zat cair, dengan mengalami dua langkah berturut-turut:

  1. Larutan dari zat padat pada permukaan membentuk lapisan tebal yang tetap atau film disekitar partikel
  2. Difusi dari lapisan tersebut pada massa dari zat cair.

Langkah pertama,. larutan berlangsung sangat singkat.
Langkah kedua, difusi lebih lambat dan karena  pada langkah terakhir
Langakah ketiga Difusi layer model (theori film)

Pada waktu suatu partikel obat memngalami disolusi, molekul-molekul obat pada permukaan mula-mula masuk ke dalam larutan menciptakan suatu lapisan jenuh obat-larutan yang membungkus permukaan partikel obat padat.
Lapisan larutan ini dikenal sebagai lapisan difusi.
Dari lapisan difusi ini, molekul-molekul obat keluar melewati cairan yang melarut dan berhubungan dengan membrane biologis serta absorbsi terjadi.
Jika molekul-molekul obat terus meninggalkan larutan difusi, molekul-molekul tersebut diganti dengan obat  yang dilarutkan dari permukaan partikel obat dan proses absorbsi tersebut berlanjut.
Jika proses disolusi untuk suatu partikel obat tertentu adalah cepat, atau jika obat diberikan  sebagai suatu larutan  dan tetap ada dalam tubuh seperti itu, laju obat yang terabsorbsi terutama akan tergantung pada kesanggupannya menembus  menembus pembatas membran.
Tetapi, jika laju disolusi  untuk suatu partikel obat lambat, misalnya mungkin karena karakteristik zat obat atau bentuk dosis yang diberikan , proses disolusinya sendiri akan merupakan tahap yang menentukan laju dalam proses absorbsi.
Perlahan-lahan obat yang larut tidak hanya bisa diabsorbsi pada suatu laju rendah, obat-obat tersebut mungkin tidak seluruhnya diabsorbsi atau dalam beberapa hal banyak yang tidak diabsorbsi setelah pemberian ora, karena batasan waaktu alamiah bahwa obat bisa tinggal dalam lambung atau saluran usus halus.


Laju disolusi obat secara in vitro dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:

1. Sifat fisika kimia obat

Sifat fisika kimia obat berpengaruh besar terhadap kinetika disolusi. Luas permukaan efektif dapat diperbesar dengan memperkecil ukuran partikel. Laju disolusi akan diperbesar karena kelarutan terjadi pada permukaan solut. Kelarutan obat dalam air juga mempengaruhi laju disolusi. Obat berbentuk garam, pada umumnya lebih mudah larut dari pada obat berbentuk asam maupun basa bebas. Obat dapat membentuk suatu polimorfi yaitu terdapatnya beberapa kinetika pelarutan yang berbeda meskipun memiliki struktur kimia yang identik. Obat bentuk kristal secara umum lebih keras, kaku dan secara termodinamik lebih stabil daripada bentuk amorf, kondisi ini menyebabkan obat bentuk amorf lebih mudah terdisolusi daripada bentuk kristal

2. Faktor formulasi

Berbagai macam bahan tambahan yang digunakan pada sediaan obat dapat mempengaruhi kinetika pelarutan obat dengan mempengaruhi tegangan muka antara medium tempat obat melarut dengan bahan obat, ataupun bereaksi secara langsung dengan bahan obat. Penggunaan bahan tambahan yang bersifat hidrofob seperti magnesium stearat, dapat menaikkan tegangan antar muka obat dengan medium disolusi. Beberapa bahan tambahan lain dapat membentuk kompleks dengan bahan obat, misalnya kalsium karbonat dan kalsium sulfat yang membentuk kompleks tidak larut dengan tetrasiklin. Hal ini menyebabkan jumlah obat terdisolusi menjadi lebih sedikit dan berpengaruh pula terhadap jumlah obat yang diabsorpsi 

3. Faktor alat dan kondisi lingkungan

Adanya perbedaan alat yang digunakan dalam uji disolusi akan menyebabkan perbedaan kecepatan pelarutan obat. Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi kecepatan pelarutan obat, semakin cepat pengadukan maka gerakan medium akan semakin cepat sehingga dapat menaikkan kecepatan pelarutan. Selain itu temperatur, viskositas dan komposisi dari medium, serta pengambilan sampel juga dapat mempengaruhi kecepatan pelarutan obat

Semua tablet dalam USP harus melalui  pengujian disolusi yang dilakukan secara resmi yang dilakukan in vitro dengan alat uji khusus. Secara singkat alat ini terdiri dari rak keranjang yang dipasang berisi 6 gelas (Chamber), alat yang digunakan ada dua cara yaitu alat dayung yang diputar untuk melarutkan obat/tablet, dan metode kedua dengan cara keranjang yang ujungnya terbuka, siikat secara vertical di atas latar belakang dari kawat steinless yang berupa ayakan dengan ukuran mesh, keranjang ini dinaik turunkan permenit.

Uji disolusi dilakukan supaya komponen obat sepenuhnyya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan. Daya hancur tablet juga penting untuk mengandung bahan obat seperti antasida dan anti diare.

MULUTNYA DAUN



Mulut adalah gerbang utama masuknya segala sesuatu yang bisa masuk , macam penyakit , polutan , dan lainnya . Jika ditubuh kita mulut merupakan lubang untuk memasukkan makanan . Pada tanaman mulut itu ada daun yang kemudian saya sebut mulunya daun atau lebih kerennya Stomata OK



Stomata adalah lubang atau porus  , mempunyai bentuk singular(tunggalnya) Stoma , struktur lubang kecil berbentuk lonjong yang dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel penjaga (Guard Cell). Sel penjaga adalah sel–sel epidermis yang telah mengalami perubahan bentuk dan fungsi yang dapat mengatur besarnya lubang–lubang yang berada diantaranya. Pada tanaman yang ditemukan biasanya pada lapisan kulit terluar daun , juga dikenal sebagai epidermis .

Stomata sering juga mendapat sebutan mulut daun karena stoma merupakan  akses komunikasi antara lingkungan internal dan eksternal tanaman . artinya  dari stoma ini memungkinkan gas seperti karbon dioksida , uap air dan oksigen untuk bergerak cepat ke dalam dan keluar dari daun .

Stomata ditemukan pada semua bagian di atas tanah tanaman , termasuk kelopak bunga , tangkai , herba lembut batang dan daun . Mereka terbentuk selama tahap awal pengembangan berbagai organ tanaman dan karena itu mencerminkan kondisi lingkungan di mana mereka tumbuh .

Umumnya terdapat di permukaan atas dan bawah daun. Stomata pada beberapa spesies tanaman hanya terdapat pada daun bagian bawah daun atau bagian atas saja.
Berdasarkan fungsinya stomata paling banyak terdapat pada bagian bawah daun, hal tersebut dikarenakan pada bagian atas daun lebih berfungsi untuk proses fotosíntesis , selain juga menghindari penguapan (transpirasi) kecuali pada tanaman di air stomatanya ada di permukaan atas karena lingkungannya memang berair

SEL PENJAGA – STOMA

Banyak stomata yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas pada tumbuhan, sedangkan sel penjaga berfungsi untuk mengatur, membuka dan menutupnya stomata
Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup saat hari gelap. Membuka dan menutupnya stomata dipengaruhi oleh kandungan air dan ion kalium di dalam sel penjaga. Ketika sel penjaga memiliki banyak ion kalium, air dari sel tetangga akan masuk ke dalam sel penjaga secara osmosis. Akibatnya, dinding sel penjaga yang berhadapan dengan celah stomata akan tertarik ke belakang, sehingga stomata menjadi terbuka. Sebaliknya, ketika ion kalium keluar dari sel penjaga, air dari sel penjaga akan berpindah secara osmosis ke sel tetangga. Akibatnya, sel tetangga mengembang dan mendorong sel penjaga ke arah celah sehingga stomata menutup

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu intensitas cahaya matahari, konsentrasi CO2 dan hormon asam absisat (ABA). Cahaya matahari merangsang sel penutup menyerap ion K+ dan air, sehingga stomata membuka pada pagi hari. Konsentrasi CO2 yang rendah di dalam daun juga dapat menyebabkan stomata membuka. Faktor internal yaitu jam biologis memicu serapan ion pada pagi hari sehingga stomata membuka, sedangkan malam hari terjadi pembebasan ion yang menyebabkan stomata akan menutup.

Stomata berkembang dari sel protoderma.
Sel induk membagi diri menjadi dua sel yang terdiferensiasi yaitu dua sel penjaga. Pada mulanya sel tersebut kecil dan bentuknya tidak menentu, tetapi selanjutnya berkembang melebar dan bentuknya khas.


Selama perkembangan, lamela tengah diantara dua sel penjaga menggembung dan bentuknya seperti lensa sejenak sebelum bagian tersebut berpisah menjadi aperture.
Stomata dan klorofil merupakan komponen biologi yang sangat menentukan sintesis awal senyawa organik yang digunakan untuk proses–proses fisiologis sepanjang daur hidup tanaman. Selain itu, stomata dapat digunakan sebagai salah satu ciri genetika untuk seleksi, karena berhubungan dengan tingkat produksi dan ketahanan terhadap cekaman kekeringan
 Stomata pada kondisi cekaman kekeringan akan menutup sebagai upaya untuk menahan laju transpirasi. Senyawa yang banyak berperan dalam membuka dan menutupnya stomata adalah Asam Absisat (ABA).  ABA merupakan senyawa yang berperan sebagai sinyal adanya cekaman kekeringan sehingga stomata segera menutup. Beberapa tanaman beradaptasi terhadap cekaman kekeringan dengan cara mengurangi ukuran stomata dan jumlah stomata. Mekanisme membuka dan menutup stomata pada tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan sangat efektif, sehingga jaringan tanaman dapat menghindari kehilangan air melalui penguapan
Salah satu penelitian tentang hubungan antara kerapatan stomata dengan ketahanan kekeringan pada tanaman yaitu Kerapatan stomata mengacu pada jumlah stomata per milimeter persegi . Kepadatan khas dapat bervariasi dari 100 sampai 1000 tergantung pada spesies tanaman dan kondisi lingkungan selama pengembangan .
Lebih stomata yang dibuat pada permukaan tanaman di bawah cahaya yang lebih tinggi , konsentrasi karbon dioksida atmosfer yang lebih rendah dan lingkungan yang lembab .
Rumput biasanya memiliki kepadatan stomata lebih rendah dari daun pohon . Ukuran dan bentuk dari stomata juga bervariasi dengan jenis tanaman yang berbeda dan kondisi lingkungan . Misalnya , rumput memiliki sel penjaga yang menyerupai dumbbells ramping sedangkan pohon-pohon dan semak-semak memiliki sel penjaga yang menyerupai kacang merah .


Fungsi fisiologis stomata
Daun utama " manufaktur makanan " organ tanaman . Mereka membuat makanan dari karbon dioksida dan air di hadapan cahaya selama proses yang disebut fotosintesis . Sebagai stomata terbuka di hadapan sinar matahari , karbon dioksida akan berdifusi ke dalam daun karena dikonversi menjadi gula melalui fotosintesis di dalam daun . Pada saat yang sama , uap air akan keluar daun sepanjang gradien difusi melalui stomata ke atmosfer sekitarnya melalui proses transpirasi . Akibatnya , tanaman menghadapi dilema mengambil karbon dioksida sementara kehilangan uap air melalui stomata mereka . Jika kehilangan air ini tetap terkendali , mereka bisa menguras cadangan air mereka . Deplesi ini bisa menjadi bencana untuk fungsi fisiologis tanaman mengingat bahwa adalah pelarut yang paling penting di mana proses biokimia dan pertumbuhan terjadi . Berdasarkan prinsip-prinsip Darwin , dianggap bahwa adaptasi selektif telah mendorong tanaman untuk memperoleh karakteristik yang memungkinkan mereka untuk tumbuh lebih cepat tanpa mengurangi probabilitas kelangsungan hidup . Jika tanaman belum memperoleh karakteristik untuk menahan perubahan dalam ketersediaan air di lingkungan pertumbuhan mereka , tanaman dapat memperburuk kekurangan air mereka dengan tidak mengatur ukuran lubang stomata mereka dengan cara yang optimal dan mungkin gagal untuk bertahan ketika ketersediaan air menurun .

Lubang stomata biasanya akan bervariasi dalam respon terhadap perubahan intensitas cahaya , defisit saturasi uap air ambient dan ketersediaan kelembaban tanah . Sebagai perubahan ukuran stomata aperture , tingkat fotosintesis dan transpirasi akan bervariasi karena ukuran pori akan memberikan perlawanan yang sesuai dengan difusi CO2 ke dalam dan H2O dari daun . Kebalikan dari resistensi ini dapat dihitung sebagai konduktansi dua gas-gas ini di permukaan daun .

Posisi dan Struktur stomata
Stomata ditemukan terutama pada daun. Stomata hadir pada kedua sisi daun atau hanya pada salah satunya.
Stomata yang hadir di kedua sisi daun disebut amphistomatic, sedangkan jika hanya terdapat pada sisi atas daun dinamakan epistomatic, dan jika pada sisi bawah saja disebut hypostomatic.
Stomata ditemukan dalam epidermis daun dan mencakup hampir 1-12% luas permukaan daun.
Secara umum, daun tumbuhan dikotil memiliki lebih banyak stomata pada permukaan atas daripada permukaan bawah, sedangkan daun monokotil memiliki jumlah stomata sama pada daun bagian atas dan bawah.
Struktur stomata terdiri dari sel epidermis berbentuk seperti ginjal dengan lubang di tengah yang dikenal sebagai pori.
Dinding bagian dalam sel penjaga menghadap ke pori dan memiliki permukaan lebih tebal dibandingkan lapisan luar. Sel penjaga juga memiliki vakuola besar.
Sel-sel yang mengelilingi sel penjaga dikenal sebagai sel aksesori.

Fungsi Stomata

Berikut adalah beberapa fungsi stomata.

Fotosintesis
Fotosintesis adalah proses pembuatan makanan dengan bantuan sinar matahari, karbondioksida, dan air.
Tanaman memperoleh karbon dioksida dari atmosfer yang diambil melalui stomata.
Molekul air kemudian dipecah menjadi hidrogen dan oksigen. Oksigen kemudian dilepaskan di atmosfer sebagai produk sampingan.
Oksigen dirilis keluar melalui stomata. Oleh karena, stomata bisa dikatakan berperan sebagai media pertukaran gas.

Transpirasi
Transpirasi adalah proses penguapan air dari permukaan tanaman. Penguapan dilakukan melalui bukaan stomata.
Transpirasi membantu tanaman menjaga suhu tubuhnya agar tidak terlalu panas sekaligus juga membantu transfer mineral dan bahan lainnya ke berbagai bagian tanaman.
Sebagaimana diketahui bahwa tanaman menyerap air dan mineral melalui akar.
Agar mineral dari akar bisa diedarkan ke seluruh bagian tanaman, maka diperlukan proses penguapan.
Tekanan yang memaksa akar mentransfer mineral dan air ke seluruh bagian tanaman akan terjadi seiring proses penguapan yang terjadi pada stomata.

Mencegah Kehilangan Air
Fungsi lain stomata adalah untuk membatasi kehilangan air. Hal ini dilakukan dengan pembukaan dan penutupan stomata.

Tanaman tidak dapat membuat makanan di malam hari karena tidak adanya sinar matahari. Itu sebab, pada malam hari stomata menutup untuk menghindari penguapan air yang tidak perlu.
Segera setelah sinar matahari mengenai daun, terjadi apa yang disebut perubahan tekanan turgor.
Tekanan turgor akan membuat sel penjaga berbentuk seperti sabit yang kemudian membuka pori-pori stomata.
Terbukanya stomata berarti proses fotosintesis, transpirasi, dan respirasi akan berlangsung.
Pembukaan dan penutupan stomata juga tergantung pada kondisi lingkungan. Dalam suhu yang sangat tinggi, stomata akan menutup untuk mencegah kehilangan air.

Support web ini

BEST ARTIKEL