Gangguan pada Sistem Transpor
Oksigen yang diambil dari
udara bebas baru akan dimanJaatkan oleh jaringan, yaitu untuk oksidasibiologi.
Bila terjadi gangguan dalam
mengangkut oksigen dari daerah penyerapan oksigen yaitu di alveolus paru-paru
ke jaringan maka akan menyebabkan terjadinya gangguan oksidasi di dalam jaringan.
Gangguan juga akan timbul bila terjadi gangguan pengangkutan CO, dari jaringan
ke paru-paru.
Gangguan ini dapat terjadi
antara lain karena anemia, keracunan sianida, dan gas CO (karbon monoksida).
Anemia adalah kekurangan
darah.
Seseorang dikatakan
kekurangan darah apabila darahnya kekurangan eritrosit, hemoglobin, atau zat
besi. Bagian-bagian darah ini mempunyai peran penting dalam pengangkutan
oksigen. Oleh sebab itu, apabila
kadarnya sangat rendah maka pengangkutan oksigen menjadi terganggu.
Sianida dan gas CO adalah
racun yang mempunyai daya ikat terhadap hemoglobin jauh lebih tinggi daripada
daya ikat oksigen terhadap FIb. Oleh sebab itu, apabila kadar sianida dan CO di
dalam darah cukup tinggi, maka FIb darah akan mengikatrya, sehingga oksigen
yang amat diperlukan tubuh tidak terangkut. Apabila FIb di dalam tubuh telah mengikat
CN dan CO akan dapat menyebabkan kematian. Di samping itu, CN dan CO juga dapat
mengganggu fungsi kerja enzim pernapasan atau hormon sitokrom.
Hal ini akan menyebabkan
terjadinya gangguan penggunaan oksigen oleh jaringan.
Gangguan proses
pengangkutan oksigen ke jaringan dan penggunaannya oleh jaringan disebut
asfiksi.
Kasus yanag lain misalanya
adanya bakteri Diplococcus pneumonia. Pada kasus ini ruangan alveolus terisi
oleh cairan limfa. Tuberkulosis atau TBC adalah tumbuhnya bintil-bintil kecil
pada dinding alveolus.
Gangguan ini disebabkan
oleh infeksi Bacterium tuberculose. Adanya bintil- bintil tersebut jelas akan
menghambat proses difusi oksigen
dan COr. Bila alveolus
kemasukan air, misalnya pada penyakit paru-paru basah, atau karena tenggelam,
maka permukaan alveolus tempat terjadinya proses difusi akan tertutup oleh air.
Sehingga difusi oksigen dan CO, terhalang. Akibat dari gangguan itu pemasokan oksigen
ke dalam jaringan terganggu (Asfiksi)
Di samping gangguan dan
kelainan seperti tersebut di atas masih banyak lagi penyakit atau gangguan pada
sistem pernapasan, misalnya:
Faringitis,
adalah infeksi pada faring oleh kuman penyakit, seperti bakteri dan virus. Gejalanya
adalah di kerongkongan akan nyeri bila untuk menelan.
Tonsilitis,
yakni radang karena infeksi oleh bakteri tertentu pada tonsil. Gejalanya, tenggorokan
sakit, sulit menelan, suhu tubuh naik, demam, dan otot-otot terasa sakit.
Difteri,
yakni penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae.
Penyakit ini biasa menyerang saluran pemapasan anak bagian atas. Penderita
difteri akut akan mengalami
penyumbatan pada saluran
pernapasannya. Oleh sebab itu, biasanya pada penderita difteri dibuat lubang pernapasan
bantuan pada trakea, dikenal dengan trakeotomi. Kuman difteri juga menghasilkan
racun. Bila racun ini
beredar bersama darah dapat merusak selaput jantung. Gejalanya demam,
kelelahan, kadang kadang lumpuh dan dapat mematikan.
Emfisema,
adalah suatu kondisi non infeksi di mana alveolus mengalami perluasan
berlebihan dan mengakibatkan menggelembungnya paru-paru.
Hal ini akan menyebabkan
pemapasan menjadi sulit.
Kanker paru-paru dan kanker laring.
Kanker paru-paru biasa
diderita oleh laki-laki perokok. Kanker ini disebabkan tumor ganas yang
terbentuk di dalam epitel bronkial Kanker faring biasa diderita oieh lakiJaki
usia di atas lima
puluh tahun.
Bila terjadi gangguan pada
sistem pernapasan maka terganggulah seluruh sistem alat-alat tubuh kita. OIeh
sebab itu, apabila terjadi kelainan pada sistem pernapasan perlu segera
mendapatkan pertolongan. Pertolongan tersebut harus sesuai dengan
jenis penyebabnya.
a. Pada penderita
pernapasan yang disebabkan oleh infeksi maka diberikan antibiotika. Tujuannya
adalah untuk membunuh kuman sehingga penyakit infeksinya sembuh.
b. Bila ada paru-paru vang
luka maka paru-paru tersebut perlu diistirahatkan, yaitu dengan cara mengisi
udara steril
pada celah antarpleura.
c. Pada penderita gangguan
pernapasan karena tenggelam atau shock karena sengatan arus listrik, pusat
pemapasan sering terhenti sementara, sehingga gerakan bernapas juga sering
berhenti sementara. Untuk mengatasinya perlu dibantu dengan pemapasan buatan.
Alat untuk menyelenggarakan pernapasan buatan disebut pulmotor.
Dalam keadaan yang amat
darurat, sering diperlukan pernapasan buatan tanpa pulmotor, misalnya dengan
bantuan mulut ke mulut, dikenal dengan cara Sylvester.
Metode yang lain adalah
metode Heger Nelsen, yaitu penderita
ditengkurapkan, kepala
diminngkan, dan dilakukan penekanan berirama pada daerah punggung seperti orang
napas.
No comments:
Post a Comment