Hehehe menyentuh juga Gue yang selama ini mlarat ada yang lebih miskin lagi allahuakbar
Kemiskinan merupakan salah satu
masalah terbesar dunia sekarang ini. Banyak orang hidup dengan pendapatan yang
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya sebagai manusia. Akibatnya,
mereka terancam oleh kekurangan gizi, penyakit, dan beragam penderitaan hidup
lainnya. Kemiskinan tidak hanya merusak raga manusia, tetapi juga mengancam
jiwanya.
Ketika manusia
kekurangan gizi, karena tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk memperoleh
makanan yang layak, ia terancam oleh dua hal. Pertama adalah oleh penyakit dan
berbagai bentuk kelemahan biologis manusia lainnya. Kedua adalah dirinya
sendiri, yakni insting bertahan hidup manusia yang bisa mendorongnya untuk
melakukan apapun, termasuk tindakan paling ganas dan merusak terhadap orang
lain, untuk mempertahankan hidupnya.
Kemiskinan,
dengan demikian, merusak rajutan hidup sosial kita sebagai manusia. Kemiskinan
memecah masyarakat. Ia menciptakan musuh, dan mengubah kawan menjadi lawan. Ia
menggetarkan stabilitas hidup sosial manusia. Terlebih, ia merusak harkat dan
martabat manusia dan masyarakat itu sendiri.
Akibatnya,
kemiskinan menjadi sumber bagi tindak kekerasan, seperti misalnya terorisme.
Agama dan ideologi hanya digunakan untuk membakar kebencian yang sudah ada,
akibat kemiskinan dan ketidakadilan. Orang yang hidup dalam ancaman kekurangan
gizi dan penghinaan akibat kemiskinan amat mudah untuk diperalat untuk
tujuan-tujuan jahat. Kemiskinan adalah hantu dunia sekarang ini yang perlu
untuk dihadapi dan ditaklukan.
Kemiskinan
memiliki beragam bentuk. Yang paling dasar adalah kemiskinan ragawi, yakni
ketika orang, walaupun sudah bekerja keras, tetap tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya sebagai manusia yang memiliki martabat. Yang lain adalah
kemiskinan cara berpikir, yakni ketika orang tidak mampu menemukan cara-cara
yang baik dan tepat, guna memperoleh sumber daya yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Keduanya jelas terkait erat dengan kultur dan cara hidup
tertentu.
Penyebab
Banyak orang mengira, bahwa akar dari kemiskinan adalah kemalasan pribadi. Artinya, orang miskin, karena ia malas bekerja, karena ia tidak cerdas, dan sebagainya. Walaupun memiliki kebenaran sendiri, hemat saya, pandangan ini sesat, dan harus segera ditanggapi secara kritis. Kemalasan dan kebodohan pribadi hanya sebagian kecil dari akar masalah yang melahirkan kemiskinan dalam berbagai bentuknya di berbagai belahan dunia.
Sebab lainnya
yang lebih memiliki pengaruh kuat adalah kemiskinan struktural. Artinya, tata
sosial, politik, dan ekonomi yang ada membuat orang, mau tidak mau, hidup dalam
kemiskinan. Orang bisa bekerja keras, membanting tulang, dan menabung, namun ia
tetap hidup dalam kemiskinan. Seolah, kemiskinan adalah takdir yang tak bisa
ditolak.
Di dalam
sosiologi, keadaan ini disebut sebagai stratifikasi sosial tertutup. Di dalam
masyarakat dengan stratifikasi sosial tertutup, orang yang lahir dalam keluarga
miskin akan sulit keluar dari kemiskinannya. Ia seolah tak punya pilihan lain,
selain menjalani keadaan yang sudah diberikan kepadanya. Biasanya, keadaan ini
dibarengi dengan sistem pendidikan yang kesehatan masyarakat yang rusak, entah
karena harganya begitu mahal, sehingga tak terjangkau banyak orang, atau
mutunya yang jelek.
Dua hal ini bisa
muncul, karena pemerintah yang berkuasa salah membuat kebijakan. Kesalahan ini
berakar setidaknya pada dua hal, yakni kurangnya data dan kemampuan untuk
merumuskan strategi penyejahteraan rakyat, atau tidak adanya kehendak politik
yang kuat untuk menciptakan kesejahteraan bersama. Yang pertama agak tidak
mungkin di era globalisasi ini, ketika informasi dan pengetahuan tersebar
begitu luas dan amat mudah untuk diperoleh. Akar kedua yang lebih sering tampak
di negara-negara yang gagal menyejaterahkan rakyatnya.
Peran kultur dan
agama juga besar di dalam kemiskinan. Ajaran agama tertentu melahirkan
mentalitas yang korup, sehingga masyarakat sulit keluar dalam kemiskinan.
Mentalitas korup tersebut bisa dalam bentuk pandangan dunia yang salah, di mana
kesejahteraan di dunia ini dianggap tak penting, sehingga orang sibuk berdoa,
dan malas bekerja. Bentuk lainnya adalah ajaran agama yang melahirkan kultur
diskriminasi dan nepotisme, misalnya terhadap perempuan dan terhadap kelompok
agama lain, sehingga orang-orang bodoh (tapi seagama) justru duduk di
tempat-tempat penting pembuatan keputusan, sementara orang-orang berkualitas
(namun berbeda agama) justru terbuang di sisi pinggir politik.
Dalam kasus
Indonesia, korupsi juga menjadi penyebab utama kemiskinan. Ketika dana
pembangunan diambil untuk membeli mobil dan rumah mewah bagi para pejabat
pemerintah, masyarakat yang menderita. Ketika dana untuk membangun sekolah dan
menggaji guru dipakai oleh para pejabat negara untuk jalan-jalan keluar negeri,
masyarakat yang menderita. Di Indonesia, korupsi bagaikan kanker ganas yang
menggerogoti segi-segi kehidupan berbangsa, dan menjadi pelestari kemiskinan.
Faktor lainnya
adalah campur tangan asing di dalam penciptaan dan pelestarian kemiskinan.
Krisis ekonomi di negara-negara besar, seperti AS dan Uni Eropa, membawa dampak
jelek bagi seluruh dunia. Embargo ekonomi dari negara-negara besar terhadap
negara tertentu juga menjadi penyebab kemiskinan. Di era globalisasi ini, sulit
bagi satu negara untuk menyejaterahkan rakyatnya, jika ia tidak mau bekerja
sama dengan negara-negara lainnya, terutama negara-negara dengan kekuatan
politik dan ekonomi yang perkasa.
Melampaui Kemiskinan
Maka, pandangan yang menyatakan, bahwa kemiskinan adalah akibat dari kemalasan pribadi, adalah pandangan yang salah besar. Ini adalah pandangan yang biasa muncul dari orang-orang yang berasal dari keluarga kaya, dan seumur hidupnya tidak pernah berusaha memahami dunia sekitarnya. Pandangan semacam ini justru melestarikan kemiskinan dan ketidakadilan sosial yang sudah terjadi. Dengan kata lain, pandangan semacam ini justru memiskinkan.
Mahatma Gandhi
pernah merumuskan tujuh dosa sosial. Salah satunya adalah kekayaan, tanpa kerja
keras, misalnya karena warisan, menipu, atau korupsi. Saya ingin menambahkan
setidaknya satu dosa sosial lainnya, yakni kemiskinan, walaupun orang sudah
bekerja keras. Kemiskinan struktural adalah dosa sosial yang harus diakhiri.
Cara paling
ampuh untuk memerangi kemiskinan adalah menciptakan kesamaan kesempatan untuk
setiap orang (die gleichen Gelegenheiten). Artinya, setiap orang, apapun ras,
jenis kelamin, agama, ataupun latar belakangnya, berhak untuk mendapatkan
pendidikan yang bermutu dan tanpa biaya, atau setidaknya amat murah. Disini,
pendidikan, seperti dinyatakan oleh Anies Baswedan, adalah tangga sosial untuk
naik ke tingkat ekonomi maupun sosial yang lebih tinggi. Kesetaraan kesempatan
bukanlah kesetaraan mutlak (absolute Gleichheit), dimana setiap orang
diperlakukan secara sama, tanpa peduli perbedaan mereka.
Yang kedua ini
justru amat sesat dan menindas, karena secara langsung menindas keunikan dan
daya juang manusia. Uni Soviet dengan sistem komunisme-totalitarisme mencoba
mewujudkan keadaan kesetaraan mutlak ini, dan justru berbalik menindas
rakyatnya sendiri. Kesetaraan mutlak juga adalah ilusi yang berbahaya, yang
mesti disingkapi secara kritis.
Untuk memerangi
kemiskinan, pemerintah, bekerja sama dengan seluruh bagian masyarakat, harus
berusaha untuk menciptakan kesetaraan kesempatan bagi setiap warganya, supaya
bisa meningkatkan dirinya melalui kerja keras. Inilah, pada hemat saya, hal
yang paling penting di dalam politik