Sunday, October 13, 2013

MISKIN - POOR -MLARAT

Hehehe menyentuh juga Gue yang selama ini mlarat ada yang lebih miskin lagi  allahuakbar




Kemiskinan merupakan salah satu masalah terbesar dunia sekarang ini. Banyak orang hidup dengan pendapatan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya sebagai manusia. Akibatnya, mereka terancam oleh kekurangan gizi, penyakit, dan beragam penderitaan hidup lainnya. Kemiskinan tidak hanya merusak raga manusia, tetapi juga mengancam jiwanya.
Ketika manusia kekurangan gizi, karena tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk memperoleh makanan yang layak, ia terancam oleh dua hal. Pertama adalah oleh penyakit dan berbagai bentuk kelemahan biologis manusia lainnya. Kedua adalah dirinya sendiri, yakni insting bertahan hidup manusia yang bisa mendorongnya untuk melakukan apapun, termasuk tindakan paling ganas dan merusak terhadap orang lain, untuk mempertahankan hidupnya.
Kemiskinan, dengan demikian, merusak rajutan hidup sosial kita sebagai manusia. Kemiskinan memecah masyarakat. Ia menciptakan musuh, dan mengubah kawan menjadi lawan. Ia menggetarkan stabilitas hidup sosial manusia. Terlebih, ia merusak harkat dan martabat manusia dan masyarakat itu sendiri.
Akibatnya, kemiskinan menjadi sumber bagi tindak kekerasan, seperti misalnya terorisme. Agama dan ideologi hanya digunakan untuk membakar kebencian yang sudah ada, akibat kemiskinan dan ketidakadilan. Orang yang hidup dalam ancaman kekurangan gizi dan penghinaan akibat kemiskinan amat mudah untuk diperalat untuk tujuan-tujuan jahat. Kemiskinan adalah hantu dunia sekarang ini yang perlu untuk dihadapi dan ditaklukan.
Kemiskinan memiliki beragam bentuk. Yang paling dasar adalah kemiskinan ragawi, yakni ketika orang, walaupun sudah bekerja keras, tetap tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai manusia yang memiliki martabat. Yang lain adalah kemiskinan cara berpikir, yakni ketika orang tidak mampu menemukan cara-cara yang baik dan tepat, guna memperoleh sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keduanya jelas terkait erat dengan kultur dan cara hidup tertentu.

Penyebab

Banyak orang mengira, bahwa akar dari kemiskinan adalah kemalasan pribadi. Artinya, orang miskin, karena ia malas bekerja, karena ia tidak cerdas, dan sebagainya. Walaupun memiliki kebenaran sendiri, hemat saya, pandangan ini sesat, dan harus segera ditanggapi secara kritis. Kemalasan dan kebodohan pribadi hanya sebagian kecil dari akar masalah yang melahirkan kemiskinan dalam berbagai bentuknya di berbagai belahan dunia.
Sebab lainnya yang lebih memiliki pengaruh kuat adalah kemiskinan struktural. Artinya, tata sosial, politik, dan ekonomi yang ada membuat orang, mau tidak mau, hidup dalam kemiskinan. Orang bisa bekerja keras, membanting tulang, dan menabung, namun ia tetap hidup dalam kemiskinan. Seolah, kemiskinan adalah takdir yang tak bisa ditolak.
Di dalam sosiologi, keadaan ini disebut sebagai stratifikasi sosial tertutup. Di dalam masyarakat dengan stratifikasi sosial tertutup, orang yang lahir dalam keluarga miskin akan sulit keluar dari kemiskinannya. Ia seolah tak punya pilihan lain, selain menjalani keadaan yang sudah diberikan kepadanya. Biasanya, keadaan ini dibarengi dengan sistem pendidikan yang kesehatan masyarakat yang rusak, entah karena harganya begitu mahal, sehingga tak terjangkau banyak orang, atau mutunya yang jelek.
Dua hal ini bisa muncul, karena pemerintah yang berkuasa salah membuat kebijakan. Kesalahan ini berakar setidaknya pada dua hal, yakni kurangnya data dan kemampuan untuk merumuskan strategi penyejahteraan rakyat, atau tidak adanya kehendak politik yang kuat untuk menciptakan kesejahteraan bersama. Yang pertama agak tidak mungkin di era globalisasi ini, ketika informasi dan pengetahuan tersebar begitu luas dan amat mudah untuk diperoleh. Akar kedua yang lebih sering tampak di negara-negara yang gagal menyejaterahkan rakyatnya.
Peran kultur dan agama juga besar di dalam kemiskinan. Ajaran agama tertentu melahirkan mentalitas yang korup, sehingga masyarakat sulit keluar dalam kemiskinan. Mentalitas korup tersebut bisa dalam bentuk pandangan dunia yang salah, di mana kesejahteraan di dunia ini dianggap tak penting, sehingga orang sibuk berdoa, dan malas bekerja. Bentuk lainnya adalah ajaran agama yang melahirkan kultur diskriminasi dan nepotisme, misalnya terhadap perempuan dan terhadap kelompok agama lain, sehingga orang-orang bodoh (tapi seagama) justru duduk di tempat-tempat penting pembuatan keputusan, sementara orang-orang berkualitas (namun berbeda agama) justru terbuang di sisi pinggir politik.
Dalam kasus Indonesia, korupsi juga menjadi penyebab utama kemiskinan. Ketika dana pembangunan diambil untuk membeli mobil dan rumah mewah bagi para pejabat pemerintah, masyarakat yang menderita. Ketika dana untuk membangun sekolah dan menggaji guru dipakai oleh para pejabat negara untuk jalan-jalan keluar negeri, masyarakat yang menderita. Di Indonesia, korupsi bagaikan kanker ganas yang menggerogoti segi-segi kehidupan berbangsa, dan menjadi pelestari kemiskinan.
Faktor lainnya adalah campur tangan asing di dalam penciptaan dan pelestarian kemiskinan. Krisis ekonomi di negara-negara besar, seperti AS dan Uni Eropa, membawa dampak jelek bagi seluruh dunia. Embargo ekonomi dari negara-negara besar terhadap negara tertentu juga menjadi penyebab kemiskinan. Di era globalisasi ini, sulit bagi satu negara untuk menyejaterahkan rakyatnya, jika ia tidak mau bekerja sama dengan negara-negara lainnya, terutama negara-negara dengan kekuatan politik dan ekonomi yang perkasa.

Melampaui Kemiskinan

Maka, pandangan yang menyatakan, bahwa kemiskinan adalah akibat dari kemalasan pribadi, adalah pandangan yang salah besar. Ini adalah pandangan yang biasa muncul dari orang-orang yang berasal dari keluarga kaya, dan seumur hidupnya tidak pernah berusaha memahami dunia sekitarnya. Pandangan semacam ini justru melestarikan kemiskinan dan ketidakadilan sosial yang sudah terjadi. Dengan kata lain, pandangan semacam ini justru memiskinkan.
Mahatma Gandhi pernah merumuskan tujuh dosa sosial. Salah satunya adalah kekayaan, tanpa kerja keras, misalnya karena warisan, menipu, atau korupsi. Saya ingin menambahkan setidaknya satu dosa sosial lainnya, yakni kemiskinan, walaupun orang sudah bekerja keras. Kemiskinan struktural adalah dosa sosial yang harus diakhiri.
Cara paling ampuh untuk memerangi kemiskinan adalah menciptakan kesamaan kesempatan untuk setiap orang (die gleichen Gelegenheiten). Artinya, setiap orang, apapun ras, jenis kelamin, agama, ataupun latar belakangnya, berhak untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu dan tanpa biaya, atau setidaknya amat murah. Disini, pendidikan, seperti dinyatakan oleh Anies Baswedan, adalah tangga sosial untuk naik ke tingkat ekonomi maupun sosial yang lebih tinggi. Kesetaraan kesempatan bukanlah kesetaraan mutlak (absolute Gleichheit), dimana setiap orang diperlakukan secara sama, tanpa peduli perbedaan mereka.
Yang kedua ini justru amat sesat dan menindas, karena secara langsung menindas keunikan dan daya juang manusia. Uni Soviet dengan sistem komunisme-totalitarisme mencoba mewujudkan keadaan kesetaraan mutlak ini, dan justru berbalik menindas rakyatnya sendiri. Kesetaraan mutlak juga adalah ilusi yang berbahaya, yang mesti disingkapi secara kritis.

Untuk memerangi kemiskinan, pemerintah, bekerja sama dengan seluruh bagian masyarakat, harus berusaha untuk menciptakan kesetaraan kesempatan bagi setiap warganya, supaya bisa meningkatkan dirinya melalui kerja keras. Inilah, pada hemat saya, hal yang paling penting di dalam politik

Oleh Reza A.A Wattimena ( bekas murid SMA Gonzaga)

No comments:

Support web ini

BEST ARTIKEL