Ini hanya sekedar mengetahui kerja sistem immun kita bagaimana , untuk menjawab pertanyaan UN SMA biologi no 23 yang pertanyaannya berhubungan dengan mekanisme immun , Untuk melengkapi bisa juga dengan browsing lewat search artikel di Blog ini juga immun . semoga berguna bagi semua
2. Cell-Mediated Immunity : imunitas diperantarai sel (sel darah putih)
Respon : Sel Limfosit T menyerang bakteri pathogen
Sel yang berperan : (Limfosit T)
I.
Pengertian system imun:
Sistem imun adalah suatu susunan sel
dan jaringan yang membentuk kekebalan terhadap infeksi / pathogen (penyebab
penyakit).
II.
Fungsi system imun :
- Menangkal benda asing masuk ke dalam tubuh
- Menjaga keseimbangan komponen tubuh
- Mendeteksi dan menghancurkan sel yang abnormal
Pertahanan
Tubuh
I.
Pertahanan alami (pertahanan
bagian luar tubuh )
- Pertahanan fisik : dengan penghalang fisik Eg : lapisan kulit terluar diselubungi keratin
- Pertahanan mekanik : dengan proses mekanik , Eg : penyaringan / filtrasi udara di saluran pernapasan lewat silia-silia
- Pertahanan kimia : dengan zat kimia yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme , Eg : enzim Lisozim à mengkatalis hidrolisis dinsing sel bakteri Terdapat pada : Mucus , Air mata , Keringat
- Pertahanan biologis : dengan bantuan bakteri tak berbahaya yang berkompetisi dengan pathogen dalam mendapatkan makanan
II.
Pertahanan oleh sel darah putih
(pertahanan dalam tubuh)
- Neutrofil : Fagositosis
- Eosinofil : Reaksi alergi
- Basofil : Pengeluaran Histamin (Inflamasi)
- Monosit / Makrofag : Fagositosis
- Limfosit B : Berperan dalam Antibody-Mediated Immunity
- Limfosit T : Berperan dalam Cell-Mediated Immunity
Respon Imun
I.
Respon imun Non-spesifik :
Respon imun yang timbul terhadap
jaringan yang rusak / terluka (terjadi pertama ketika pathogen masuk)
Inflamasi : pembengkakan jaringan Ciri ciri :
Inflamasi : pembengkakan jaringan Ciri ciri :
- Timbul warna kemerahan
- Timbul panas
- Timbul rasa sakit
- Timbul pembengkakan
- Mencegah penyebaran
- Mempercepat pernyembuhan
- Memberi informasi bagi respon imun lain
II.
Respon imun spesifik :
Respon yang melindungi tubuh dari
serangan pathogen dan mencegah pertahanan tubuh menyerang diri sendiri. (Timbul
bila respon imun non-spesifik tidak mampu melawan pathogen)
1. Antibody-Mediated Immunity : imunitas diperantarai antibody
1. Antibody-Mediated Immunity : imunitas diperantarai antibody
- Respon : pengeluaran zat
Antibodi
Fungsi antibody :
- Menyebabkan aglutinasi pathogen
- Menstimulasi fagositosis
- Antitoksin dan mengendapkan toksin
- Mencegah pathogen melekat ke
membrane sel Sel yang berperan : (Limfosit
B)
- Sel B plasma : mensekresikan antibody
- Sel B memori : mengingat pathogen
- Sel B pembelah : memperbanyak Sel B
2. Cell-Mediated Immunity : imunitas diperantarai sel (sel darah putih)
Respon : Sel Limfosit T menyerang bakteri pathogen
Sel yang berperan : (Limfosit T)
- Sel T pembunuh : membunuh sel pathogen
- Sel T pembantu : mengontrol respon imun spesifik lainnya (Aktifasi sel B)
- Sel T memori : mengingat pathogen
- Sel T supresor : menurunkan & menghentikan respon imun tubuh; untuk mencegah imun merusak jaringan tubuh
Diagram Kerja Sistem Imun
Kekebalan Tubuh
I.
Kekebalan Aktif : kekebalan
yang timbul dari limfosit yang teraktivasi oleh antigen (bersifat selamanya)
1.
Alami : diperoleh dari tubuh
sendiri
2.
Buatan : diperoleh dari luar
tubuh
Eg :
Vaksinasi
Vaksin dapat diperoleh dari :
a.
Mikroorganisme yang dimatikan
b.
Strain hidup yang tidak
berbahaya
c.
Toksin yang dimodifikasi
d.
Antigen hasil isolasi
e.
Antigen hasil rekayasa
II.
Kekebalan Pasif : kekebalan
yang bersifat sementara
1.
Alami : diproduksi tubuh
Eg : ASI bagi bayi
2.
Buatan : diproduksi di luar
tubuh
Eg :
Serum
Antibiotik
I.
Jenis :
- Antibiotik spektrum luas (dapat membunuh banyak bakteri)
- Antibiotic spektrum sempit (membunuh bakteri tertentu)
Toksisitas spesifik : membunuh
bakteri pathogen tanpa merusak jaringan tubuhCara kerja :
- Menghambat proses metabolisme bakteri.
Bisa juga dibaca lagi ini agar menjadi lengkap .KLIK ini hehe
LATIHAN SOAL
TRY AGAIN
MANING YA TIPE UN
PRESENTASI DI DEPAN KELAS
ESSAY
Mekanisme Pertahanan Tubuh
LATIHAN SOAL
1. Sistem kekebalan tubuh adalah ....
a. kemampuan tubuh dalam menghasilkan limfosit dewasa
b. kemampuan dalam menjalani persaingan kehidupan
c. kemampuan memakan antigen yang masuk ke dalam tubuh
d. kemampuan tubuh dalam menghasilkan sel kekebalan
e. kemampuan tubuh dalam mempertahankan diri dari
serangan penyakit
2. Ilmu yang mempelajari sistem kekebalan tubuh disebut
....
a. zoologi
b. virologi
c. embriologi
d. vaksinasi
e. immunologi
3. Sel penghasil antibodi adalah ....
a. isograf
b. basofil
c. limfosit
d. monosit
e. leukosit
4. Penyakit autoimun merupakan penyakit yang disebabkan
karena ....
a. kerusakan limfosit
b. antigen yang masuk ke dalam tubuh
c. transfusi darah
d. antibodi yang menyerang jaringannya sendiri
e. transplantasi organ
5. Organ yang menghasilkan antibodi dalam tubuh manusia
adalah ....
a. kelenjar pankreas
b. kelenjar paratiroid dan tiroid
c. tulang selangka
d. sumsum tulang dan hipotalamus
e. sumsum tulang dan kelenjar timus
6. Zat asing seperti virus dan sebagainya disebut ....
a. vaksin
b. leukosit
c. imunitas
d. antibodi
e. antigen
7. Sel darah putih yang berkembang menjadi mikrofag yaitu
....
a. eusinofil
b. basofil
c. limfosit
d. neutrofil
e. monosit
8. Fungsi epitop adalah ....
a. sebagai penyebab penyakit
b. melemahkan sistem pertahanan tubuh
c. penyerang antibodi
d. pengikat antibodi yang sesuai
e. penyebar penyakit
9. Antibodi yang menyerang organnya sendiri dapat
menimbulkan penyakit, contohnya yaitu ....
a. leukimia
b. TBC
c. cacar
d. tiroiditas
e. lupus
10. Antibodi mengutamakan antigen yang masuk ke dalam
tubuh dengan cara ....
a. membentuk pola geometri molekul
b. membentuk membran
c. menghasilkan imunoglobin monomerik
d. melakuakn diferensiasi
e. membentuk klon
11. Faktor seseorang dapat mengalami kekebalan aktif
salah satunya adalah ....
a. monosit dan limfosit yang berkembang lebih matang
b. sistem pertahanan tubuh yang sangat baik
c. antibodi sangat kuat
d. tubuh telah mengenali antigen penyebab penyakit
e. tubuh telah diberi vaksin
12. Influenza disebabkan karena ....
a. virus
b. infeksi
c. protein asing
d. mikroorganisme
e. bakteri
13. Tindakan pembentukan kekebalan tubuh dengan cara
pemberian vaksin disebut ....
a. autoimun
b. heteroimun
c. isoimun
d. imunisasi
e. vaksinasi
14. ASI dapat menjadikan bayi mempunyai kekebalan ....
a. pasif buatan
b. pasif alami
c. aktif buatan
d. aktif alami
e. alami
15. Proses pemusnahan bakteri yang diikat antibodi oleh
makrofag melalui fagositosis disebut ....
a. presipitasi
b. aglutinasi
c. opsonisasi
d. makrofag
e. netralisasi
16. Limposit T berfungsi untuk ….
a. Memfagosit mikroba patogen
b. Mematangkan limfosit B
c. Melawan bakteri dan racunnya
d. Menghasilkan antibodi
e. Membantu limfosit B menghasilkan antibodi
17. Makrofag berasal dari sel darah putih jenis
….
a. Limfosit
b. Monosit
c. Eosinofil
d. Basofil
e. Neutrofil
18. Interferon berfungsi untuk ….
a. Menghasilkan antibodi
b. Menghasilkan antigen
c. Mencegah replikasi virus
d. Mencegah infejsi bakteri
e. Menghasilkan imunoglobulin
19. Tubuh kita tidak mudah terkena infeksi
berbagai patogen yang masuk bersama makanan karena ….
a. Air ludah mengandung ptialin
b. Patogen dalam makanan akan diserang oleh
limfosit
c. Adanya tonsil dipangkal mulut
d. Patogen hancur melalui pencernaann mekanis
e. Lambung menghasilkan HCl dan enzim pencerna
protein
20. Imunisasi untuk mencegah penyakit TB
(tuberkulosis) adalah ….
a. BCG
b. TT
c. DPT
d. Polio
e. Campak
21. Hal-hal berikut yang menyebabkan adanya
kekevalan bawaan pada manusia, kecuali ….
a. Adanya sel darah putih yang mampu bersifat
fagosit
b. Adanya HCl dalam lambung
c. Adanya hemoglobin dalam eritrosit
d. Daya tahann kulit terhadap invasi organisme
e. Adanya senyawa tertentu dalam darah yang
mampu menyerang organisme asing
22. Pemberian vaksin pada tubuh seseorang
merupakan salah satu cara mendapatkan kekebalan .
a. Pasif alami
b. Pasif buatan
c. Autoimun
d. Aktif alami
e. Aktif buatan
23. Vaksin yang berupa organisme yang telah
dilemahkan dipakai untuk vaksinasi penyakit-penyakit berikut ini, kecuali ….
a. Cacar
b. Campak
c. Poliomielitis
d. Demam kuning
e. Difteri
24. Autoimunitas berbahaya karena ….
a. Sel limfosit tidak dapat menghasilkan
antibodi
b. Sel limfosit menyerang sel-sel tubuh
c. Sel fagosit menyerang sel-sel tubuh
d. Sel limfosit rusak oleh vitus atau bakteri
25. Perhatikan data penyakit berikut:
- Alergi
- Lupus
- AIDS
- Kanker
- Tuberkulosis
- Anemia pernisiosa
Berikut ini yang bukan merupakan
penyakit pada sistem imunitas adalah ….
a. 1) dan 3)
b. 2) dan 4)
c. 5) dan 6)
d. 1) dan 4)
e. 4) dan 5
26. Batuk, bersin, mukosa dan keringat adalah
respon kekebalan nonspesifik sebagai pertahanan tubuh tingkat ….
a. Pertama
b. Kedua
c. Ketiga
d. Keempat
e. Kelima
27. Antibodi pada tubuh manusia dibentuk oleh
….
a. Monosit
b. Eosinofil
c. Neutrofil
d. Limfosit
e. Basofil
28. Reaksi imunisasi ketika virus atau bakteri
menginfeksi tubuh, yaitu terjadinya reaksi antara ….
a. Antibodi – imunoglobin
b. Limfosit – virus
c. Antibodi – antigen
d. Leukosit – bakteri
e. Antigen – imunogen
29. Organ penghasil antibodi di dalam tubuh
adalah ….
a. Tulang selangka
b. Kelenjar tiroid dan paratiroid
c. Kelenjar pankreas
d. Kelenjar timus dan sumsum tulang
e. Hipotalamus dan sumsum tulang
30. Tipe antibodi yang paling banyak ditemukan
di peredaran darah adalah ….
a. IgM
b. IgD
c. IgA
d. IgE
e. IgG
TRY AGAIN
1. The composition of lymph is most similar to
A. blood
B. serum
C. cytosol
D. interstitial fluid
2. The cisterna chyli is
A. the point at which lymph is returned to venous blood
B. a
dilation at the beginning
of the thoracic duct
C. the embryonic thymus gland
D. the array of lacteals associated with the
small intestine
3. Which of the following correctly lists the structures
according to the sequence of
fluid flow?
A. lymphatic
capillaries, interstitial spaces, blood
capillaries, lymphatic vessels, lymphatic ducts, subclavian veins
B. blood
capillaries, lymphatic vessels, interstitial
spaces, lymphatic capillaries, lymphatic ducts, subclavian veins
C. blood
capillaries, interstitial spaces,
lymphatic capillaries, Iympatic ducts, lymphatic vessels, subclavian veins
D. blood
capillaries, interstitial spaces,
lymphatic capillaries, lymphatic vessels, lymphatic ducts, subclavian veins
4. One known function of the
cells of the thymus is to
A. produce
and secrete thymic hormones
B. produce
and secrete antibodies
C. act
as antigen-presenting cells
D. produce
and secrete interleukin
5. The thoracic lymphatic duct empties into the
A. right
lymphatic duct
B. cisterna
chyli
C. left
subclavian vein
D. ventricles of the
brain
6. The structure
of a lymphatic vessel is most similar to that of
A. an
artery
B. an
arteriole
C. a
vein
D. a
capillary
7. The two
collecting ducts that drain
the lymphatic trunks are the
A. thoracic
duct and right lymphatic duct
B. lumbar
duct and left lymphatic duct
C. intestinal duct and left intercostal duct
D. bronchomediastinal
duct and subclavian duct
8. The formation
of lymph increases as a result of
A. increasing
osmotic pressure in blood capillaries
B. increasing
osmotic pressure in tissue fluid
C. decreasing volume of tissue fluid
D. aecreasing protein
concentration in tissue fluid
9. The lymph nodes of the axillary region receive lymph mainly from the
A. scalp
and face
B. arm
and mammary gland
C. thoracic
viscera
D. abdominal viscera
10. Lymph differs from plasma in that
A. lymph
contains more protein than plasma
B. plasma
contains more protein than lymph
C. lymph
contains white blood cells, whereas plasma does not
D. lymph
and plasma are essentially the same
11. Lymph nodes occur in groups throughout the
body except in the
A.
lungs
B.
central nervous system
C.
mesentery
D.
inguinal connective tissues
12. If lymphatic tissue is removed from an
axillary region, the arm on that side is
likely to
A. have
a deficient blood supply
B. have
an excessive blood supply
C. become
edematous
D. lose
tissue fluid
13. Tissue fluid is .........and lymph is........... _
A.
forced out of lymph vessels; absorbed
into lymph vessels
B.
forced out of blood plasma;
absorbed into blood capillaries
C.
generally rich in proteins; rich in proteins and foreign particles
D.
forced out of blood plasma and generally lacking in proteins; absorbed
into lymph capillaries and rich in in proteins and foreign
particles
14. The structure
of a lymph node can be described as
A.
being divided into compartments that
contain masses of lymphocytes and
macrophages
B.
afferent vessels circulating lymph into the node on its convex surface
C.
efferent vessels circulating lymph out of.the node at its hilus
D.
all of the above
15. Which of the
following is not a function of the spleen?
A.
site of stem cell maturation into T and B cells
B.
destruction of blood-borne pathogens
by macrophages
C.
removal of worn-out blood cells and platelets by macrophages
D.
storage of platelets
16. The ability. of T-lymphocytes to recognize self from non-self antigens
is developed in the
A. plasma
cells
B. spleen
C. thymus
D. liver
17. Which person most likely has the largest thymus gland?
A.
a third trimester fetus
B.
a two-year-old
C.
a 12-year-old
D.
a 25-year-old
18. The spleen is much like a lymph node except
that the spleen
A.
does not store lymphocytes
B.
filters lymph
C.
filters blood
D.
does not contain phagocytes
19. Which of the
following is not a function of lymph nodes?
A. production of lymphocytes
B. production of plasma proteins
C. filtration of cellular debris
D. filtration of foreign
particles
20. The spleen can be described as
A. a
bilobed organ located in the mediastinum
B. resembling a large lymph node
C. functioning to produce T-lymphocytes
D. functioning to
produce B-Iymphocytes
MANING YA TIPE UN
1. Makrofag menjalankan fungsi pertahanan tubuh dengan
cara menangkap bakteri dan kemudian menghancurkannya melalui mekanisme ….
A. melisisktan bakteri dengan lisosom
B. melubangi membran sel bakteri
C. menyelubungi bakteri clengan secret
D. memecah bakteri secara mekanis
E. menyerap sitoplasma bakteri
2. Efektivitas proses pengaktifan antigen melalui
mekanisme penggumpalan dapat terjadi karena antibodi ….
A. memiliki sisi aktif untuk semua tipe antigen
B. mengaktifkan. makrofag untuk menangkap antigen
C. memiliki lebih dari satu tempat pengikatan antigen
D. menghasilkan protein untuk rnengikat antigen
E. menghasilkan lisosom untuk menghancurkan antigen
3. Respon tubuh yang lebih cepat terhadap infeksi kedua
oleh antigen yang sama merupakan mekanisme pertahanan yang terbentuk karena
tubuh ….
A. telah mengembangkan kekebalan pasif
B. membentuk antibodi dengan konsentrasi lebih tinggi
C. mengenali antigen melalui sel T supresor
D. melemahkan antigen melalui sel T sitotoksik
E. mencegah aktivitas antigen dengan histamine
4. Seseorang dapat dikatakan telah memiliki kekebalan
aktif jika menunjukkan respon sekunder terhadap infeksi oleh patogen yang sama
untuk kedua kalinya. Respon sekunder tersebut terjadi melalui mekanisme ….
A. induksi fagositosis dari neutrofil oleh antigen virus
B. induksi pembentukan sel plasma yang menghasilkan
antibody
C. aktivasi protein komplemen yang menginduksi antibody
D. sekresi histamin dan prostaglandin oleh limfosit T
E. peningkatan permeabilitas kapiler darah oleh histamin.
5. Respon imunitas seluler yang timbul setelah aktivasi
protein komplemen dapat menjaga tubuh dari serangan bakteri patogenik melalui
mekanisme …
A. pembentukan selubung di luar sel bakteri
B. penghambatan mobilitas sel bakteri
C. penghancuran sel bakteri oleh enzim
D. pengerutan sel bakteri oleh asam
E. pembentukan pori pada sel bakteri
6. Salah satu proses perlawanan tubuh terhadap infeksi
patogen adalah dengan cara netralisasi antigen oleh antibodi yang terjadi
melalui mekanisme ….
A. memblokir bagian aktif pada antigen
B. mengubah struktur kimiawi antigen
C. mengubah konfigurasi tisik antigen
D. memecah antigen menjadi beberapa bagian
E. mengikat lebih dari dua antigen dalam satu reaksi
7. Salah satu perbedaan dasar antara mekanisme pertahanan
tubuh melalui imunitas seluler dan imunitas Humoral adalah pada T kinerja sel
sitotoksik yang berperan untuk….
A. menghancurkan sel tubuh yang terinfeksi
B. memperbaiki sel tubuh yang terinfeksi
C. menekan kerusakan sel tubuh yang terinfeksi
D. menghancurkan patogen di luar sel tubuh
E. memperkuat membran sel tubuh yang sehat
PRESENTASI DI DEPAN KELAS
1. Jelaskan
mekanisme pertahanan tubuh melalui inflamasi!
Jawab : Mekanisme pertahanan tubuh melalui inflamasi
dapat dijelaskan sebagai berikut.
- Jaringan mengalami luka, kemudian mengeluarkan histamin maupun senyawa kimia lainnya.
- Terjadi pelebaran pemmbuluh darah yang mengakibatkan bertambahnya aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah. Selanjutnya, terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan monosit) dari pembuluh darah ke cairan luar sel.
- Sel-sel fagosit kemudian memakan bakteri atau sel asing lainnya.
2. Tuliskan
tipe-tipe sel B beserta fungsinya!
Jawab : Sel B dapat dibedakan menjadi tiga tipe berikut.
- Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.
- Sel B pengingat, berfungsi mengingat suatu antigen yang masuk ke dalam tubuh.
- Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat.
3. Apakah
yang dimaksud dengan autoimunitas? Tuliskan tiga contoh kelainan yang dapat
terjadi akibat autoimunitas!
Jawab :
- Autoimunitas merupakan keadaan sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi yang menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu membedakan antara sel-sel tubuh sendiri dengan sel asing. Contoh kelainan yang terjadi akibat autoimunitas yaitu diabetes melitus, myasthenia gravis, dan addison’s disease.
4. Jelaskan
perbedaan antara cara kerja neutrofil dengan monosit!
Jawab :
- Neutrofil bekerja dengan berpindah dari kapiler darah, kemudian memakan mikroba yang menginfeksi sel. Sementara itu, monosit harus berkembang menjadi makrofag terlebih dahulu setelah masuk ke dalam jaringan agar mampu melakukan fagositosis terhadap mikroba yang menginfeksi sel.
5. Mengapa
sel T pembantu merupakan target utama dari infeksi HIV?
Jawab :
·
Sel T pembantu merupakan target utama dari
infeksi HIV karena pada permukaan selnya terdapat molekul CD4 sebagai reseptor.
6. Apa
keuntungan pemberian ASI pada bayi?
Jawab :
- Merasa aman dan nyaman saat menyusu sehingga berpengaruh baik bagi perkembangan emosi anak.
- Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
- Mendapat perlindungan alami terhadap serangan bibit penyakit karena dalam ASI terdapat antibodi.
- Dapat meningkatkan kecerdasan anak karena dalam ASI terdapat DHA (Docosa Hexanoic Acid) dan AA (Arachidonic Acid).
7. Bagaimanakah cara sel T supresor menghentikan respon imun?
Jawab :
- Sel T supresor menghentikan respons imun dengan cara membatasi produksi antibodi oleh sel-sel B plasma serta menghambat aktivitas sel T pembunuh.
8. Sebutkan
tiga perbedaan antara spermatogenesis dan oogenesis!
Jawab :
- Perbedaan antara spermatogenesis dan oogenesis sebagai berikut.
a. Spermatogenesis
- Merupakan proses pembentukan sel kelamin jantan (sperma).
- Terjadi dalam testis.
- Satu spermatogonium menghasilkan empat sel kelamin jantan fungsional.
b. Oogenesis
- Merupakan proses pembentukan sel kelamin betina (ovum).
- Terjadi dalam ovarium
- Satu oogonium menghasilkan satu se kelamin betina fungsional.
9. Mengapa
respon imun harus dihentikan apabia infeksi telah berhasil ditangani?
Jawab :
- Respon imun harus dihentikan apabila infeksi telah berhasil ditangani. Apabila tubuh terus-menerus memproduksi antibodi dan menstimulasi sel B dan sel T untuk terus membelah, bahkan ketika tidak dibutuhkan, komponen sistem imun tersebut dapat merusak jaringan tubuh sendiri.
10. Mengapa
seseorang yang terinfeksi HIV dapat terserang berbagai penyakit? Jelaskan
alasanmu!
Jawab :
- Seseorang yang terserang HIV dapat terserang berbagai penyakit karena melemahnya sistem imun. Hal ini disebabkan oleh HIV yang menyerang sel-sel T pembantu yang berfungsi menstimulasi pembentukan sel T jenis lainnya dan sel B plasma.
- Padahal, sel B plasma berfungsi membentuk antibodi untuk meelawan antigen. Akibatnya, kemampuan tubuh untuk melawan kuman penyakit semakin lemah.
11. Mengapa KB
suntik dapat mengganggu masa kesuburan seorang wanita?
Jawab :
- Karena dalam KB suntik terdapat hormon estrogen dan progesteron yang dapat mengacaukan siklus menstruasi. Hormon tersebut mencegah lepasnya se telur dari ovarium.
12. Apa bahaya
Penyakit Menular Seksual jika tidak segera ditangani?
Jawab :
Beberapa bahaya PMS yang tidak segera ditangani sebagai
berikut.
1. Dapat
menyebabkan kemandulan.
2. Dapat
menyebabkan keguguran.
3. Dapat
menyebabkan kanker leher rahim.
4. Dapat
menular kepada bayi.
5. Dapat
merusak organ tubuh yang lain, misalnya mata, otak, dan hati.
13. Sebutkan cara
kontrasepsi yang sifatnya tidak permanen!
Jawab :
Cara kontrasepsi yang tidak permanen sebagai berikut.
1.
Kontrasepsi sistem kalender
2.
Kontrasepsi IUD
3.
Kontrasepsi kondom
4.
Kontrasepsi suntik KB
5.
Kontrasepsi pil KB
14. Sebutkan lima
cara menjaga kesehatan organ reproduksi!
Jawab :
1.
Membersihkan alat kelamin bagian luar setelah
buang air.
2.
Menjaga alat kelamin bagian luar agar selalu
kering.
3.
Menggunakan celana dalam dari bahan yang mudah
menyerap keringat.
4.
Menggunakan celana dalam yang tidak terlalu
ketat.
5.
Mengurangi kebiasaan mandi menggunakan air panas
karena dapat mengganggu spermatogenesis.
15. Kretinisme
akan terjasdi pada anak-anak yang kekurangan…
·
Kretinisme/ dwarfisme adalah pertumbuhan yang
terhambat. Pada pertumbuhan berjalan normal, hanya saja pertumbuhan tulang yang
terhambat. Hal ini terjadi karena produksi hormone somatotropin (STH) kurang
16. Apakah
penyakit yang disebabkan oleh neisseria gonorrheae dan sebutkan gejalanya!
Penyakit yang ditimbulkan adalah gonorea
Gejalanya :
1. rasa
sakit saat buang air kecil
2. keluarnya
nanah berwarna kuning dari uretra
17 Bagaimanakah
cara menghindari HIV / AIDS
1. Tidak
berganti2 pasangan dan menghindari hubungan seksual di luar nikah
2. Sedapat
mungkin menghindari transfuse darah yang tak jelas asalnya
3. Menggunakan
alat2 medis dan non medis yang terjamin steril
18. Sebutkan
tugas kelenjar tiroid?
- Kelenjar tiroid bertugas dalam:
- Mengatur tingkat konsumsi oksigen dan kadar kolestrol dalam darah, susunan dan tekanan darah, metabolism makanan, pertumbuhan tulang, kepekaan jaringan saraf, membantu mengatasi infeksi, daya piker dan kerja otot
19. Sebutkan sel
fotoreseptor pada retina beserta pigmen yang terkandung di dalamnya
Di retina terdapat 2 macam sel reseptor yaitu sel batang
(basilus) dan sel kerucut (kanus)
1. Sel
batang mengandung pigmen rodopsin
2. Sel
kerucut mengandung pigmen iodopsin
20. Sebutkan
perbedaan sel T dan sel B
- Sel T dibuat di sumsum tulang dan mengalami pematangan di kelenjar timus sedangkan sel B dibuat di sum-sum tulang dan mengalami pematangan di sum2 tulang
21. Sebutkan
macam2 sel reseptor dan jenis rangsangannya yang terdapat di kulit
- Korpuskula paccini: untuk tekanan
- Korpuskula ruffini : panas
- Korpuskula meissner : peraba atau sentuhan
- Ujung saraf Krause : dingin
- Ujung saraf sekeliling rambut : sentuhan
- Lempeng (discus) merkel : sentuhan atau tekanan lemah
22. Berikan
contoh penyakit yang termasuk PMS
- Keputihan
- Sifilis
- Kutil kelamin
- AIDS
- Herpes genitalis
23. Jelaskan
mekanisme kerja susuk KB
- kapsul berisi progestin buatan dimasukkan di bawah kulit
- Progestin bersama aliran darah menuju ke kelenjar hipofisis
- 24-28jam setelah pemasangan, hifofisis menghentikan sekresi LH dan FSH
- Tanpa LH dan FSH, ovarium tidak dapat melepaskan sel telur
24. Apa yang
dimaksud dengan seleksi klonal? Sebutkan hasil produknya!
- Seleksi klonal adalah terbentuknya dua klon akibat proses pembelahan dan diferensiasi. Hasil pembelahan dan diferensiasi adlah klon sel2 efektor dan klon sel2 pemakan
25. Jelaskan proses
pembentukan antibody oleh limfosit!
- Antibodi adalah protein yang dihasilkan oleh limfosit dimana limfosit sel T berkembang & mengaalami pematangan di kelenjar Timus, shg limfosit B dapat memproduksi klon sel B yang bertanggung jawab melawan sel B yang telah matang sehingga terbentuklah antibody
1.Garis pertahanan pertama pada system pertahanan tubuh
nonspesifik adalah...
A.kulit dan membrane mukosa
B.kulit dan sel fagosit
C.protein anti mikroba dan membrane mukosa
D.limfosit dan antibody
E.kulit dan antibody
2.Sistem kekebalan tubuh nonspesifik internal sangat
tergantung pada...
A.sel limfosit B
B.limfosit T
C.antibody
D.lisozim
E.sel fagosit
3.Sekelompok antimikroba yang terdiri atas 21 protein
serum dan termasuk ke
dalam pertahnan nonspesifik dikenal dengan nama...
A.system kekebalan
B.system komplemen
C.interferon
D.antigen
E.antibody
4.Molekul asing yang mendatangkan suatu respon spesifik
dari sitem kekebalan
tubuh disebut....
A.pirogen
B.limfosit T penolong
C.limfosit B
D.antigen
E.antibody
5.Perkembangan limfosit T terjadi di sumsum tulang,
sedangkan pematangannya
terjadi di...
A.sumsum tulang
B.pembuluh darah
C.kelenjar timus
D.sel induk
E.jaringan limfa
6.Jenis limfosit T yang berfungsi menghancurkan sel yang
telah terinfeksi adalah...
A.Limfosit T penolong
B.Limfosit T sitotoksik
C.Limfosit T supresor
D.Limfosit T memori
E.Limfosit T helper
7.Respon kekebalan yang bukan termasuk mekanisme
pembuangan antigen oleh
antibody...
A.kekebalan seluler
B.kekebaln humoral
C.kekebalan buatan
D.kekebalan pasif
E.kekebalan nonspesifik
8.Masing-masing limfosit yang berinteraksi dengan antigen
akan berdiferensiasim
enjadi...
A.sel efektor dan sel fagosit
B.sel efektor dan sel memori
C.sel B dan sel T
D.sel momori dan sel fagosit
E.sel efektor dan sel B
9.Pemberian vaksin merupakan upaya membentuk kekebalan...
A.aktif alami
B.pasif alami
C.aktif buatan
D.pasif buatan
E.seluler
10.Respon berlebihan terhadapa suatu antigen yang masuk
ke dalam tubuh disebut...
A.alergi
B.autoimunitas
C.hipersensitif
D.myasthenia gravis
E.Addison’s disease
11.Autoimunitas yang ditandai dengan diserangnya kelenjar
adrenalin oleh antibody
adalah...
A.myasthenia gravis
B.Addison’s disease
C.alergi
D.diabetes mellitus
E.AIDS
12.Antibodi monoclonal adalah anti bodi yang...
A.dihasilkan oleh klon sel-sel hibridoma
B.dihasilkan dari darah hewan yang diimunisasi
C.dapat mengenali semua jenis antigen
D.memberi kekebalan terhadap virus influenza
E.dapat langsung mematikan sel-sel kanker
13.Produksi antibody monoclonal yang merupakan hasil
pemanfaatan salah satu cabang bioteknologi, yaitu....
A.teknologi enzim
B.teknologi hibridoma
C.teknologi DNA rekombinan
D.teknologi reproduksi
E.kultur jaringan
14.Vaksinasi dapat diberikan per oral, misalnya vaksin
untuk mencegah penyakit:
A.cacar
B.rabies
C.tuberculosis
D.polio
E.disentri
15.Antibodi monoclonal mempunyai kemampuan mendiagnosis
dan mengobati
penyakit lebih kuat diabandingkan antibody multiklonal
SEBAB
Antibodi monoclonal mempunyai kekhususan dalam mengenal
satu jenis antigen
saja
Kunci:
1.A 2.E 3.C 4.D 5.C 6.B 7.A 8.C 9.C 10. A
11.B 12.A 13.B
14.D 15.A
Sistem kekebalan tubuh yang sehat merupakan kekebalan yang
dapat membedakan antara bagian tubuh dari sistem itu sendiri dan benda asing
yang masuk ke dalam tubuh. Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh
dibagi menjadi sistem imun humoral dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral
terdiri atas antibodi dan cairan yang disekresikan organ tubuh tubuh (saliva,
air mata, serum, keringat, asam lambung, pepsin, dan lain-lain). Sedangkan
sistem imun dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit, dan neutrofil yang
berada di dalam sel.
Tubuh manusia mempunyai banyak sekali mekanisme pertahanan
yang terdiri dari berbagai macam sistem imun yaitu organ limfoid (thymus, lien,
sumsum tulang) beserta sistem limfatiknya. Jantung, hati, ginjal, dan paru-paru
juga termasuk dalam mekanisme pertahanan tubuh. Sistem limfatik baru akan
dikatakan mengalami gangguan jika muncul tonjolan yang membesar dibandingkan
keadaan biasanya. Hal ini dikarenakan kelenjar limfe sedang berpasangan melawan
kuman yang masuk dalam tubuh. Organ limfoid seperti thymus sendiri
mempunyai tanggungjawab dalam pembentukan sel T. Kelenjar thymus sangat
penting bagi bayi yang baru lahir, karena bayi yang tidak memiliki kelenjarthymus akan
mempunyai sistem imun yang buruk.
Leukosit (sel darah putih) dihasilkan oleh thymus, lien dan
sumsum tulang belakang. Leukosit bersirkulasi di dalam tubuh melalui pembuluh
limfe dan pembuluh darah, sehingga sistem imun bekerja terkoordinasi baik
memonitor tubuh dari kuman maupun substansi lain yang bisa menyebabkan
permasalahan dalam tubuh. Leukosit pada umumnya memiliki dua tipe, yaitu
fagosit yang bertugas memakan organisme yang masuk ke dalam tubuh dan limfosit
yang bertugas mengingat dan mengenali yang masuk ke dalam tubuh serta membantu
tubuh menghancurkan benda asing tersebut. Sel lainnya adalah netrofil, yang
bertugas melawan bakteri. Kadar netrofil bisa dijadikan indikator adanya
infeksi dari bakteri.
Limfosit terdiri dari dua tipe, yaitu limfosit B dan
Limfosit T. Limfosit dihasilkan oleh sumsum tulang belakang. Limfosit yang
berada di dalam sumsum tulang belakang jika matang menjadi limfosit sel B, atau
jika meninggalkan sumsum tulang belakang menuju kelenjar thymus menjadi
limfosit T.
Limfosit B dan T mempunyai fungsi yang berbeda dimana
limfosit B berfungsi untuk mencari target dan mengirimkan “tentara” untuk
mengunci keberadaan benda asing. Benda asing yang telah diidentifikasi oleh sel
B kemudian akan dihancurkan oleh sel T. Jika terdapat antigen (benda asing yang
masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk
mencari tahu sel yang akan memberikan respon. Sel-sel ini memicu limfosit B
untuk memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang mengarahkan kepada suatu
antigen spesifik. Antibodi sendiri bisa menetralisir toksin yang diproduksi
dari berbagai macam organisme, dan juga antibodi bisa mengaktivasi kelompok
protein protein yang disebut komplemen yang merupakan bagian dari sistem imun
dan membantu menghancurkan bakteri, virus, mikroorganisme patogen, ataupun sel
yang terinfeksi.
Sistem Kekebalan Tubuh Pada Manusia
Mekanisme Imunitas terhadap Antigen yang Berbahaya
Beberapa mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen
yang berbahaya di lingkungannya yaitu:
Pertahanan fisik dan kimiawi: kulit, sekresi asam lemak dan
asam laktat melalui kelenjar keringat dan sebasea (kelenjar berbentuk kantong
kecil yang terletak di dermis), sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi air
mata, air liur, urin, asam lambung serta lisozim dalam air mata.
Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat
yang dapat mencegah invasi mikroorganisme seperti laktobasilus pada epitel
organ.
Innate immunity
Imunitas spesifik yang didapat.
Respon Imune Innate
Respon ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik
yang mencegah masuk dan menyebarnya mikroorganisme dalam tubuh serta mencegah
terjadinya kerusakan jaringan. Ada beberapa komponen innate immunity,
yaitu :
Pemusnahan bakteri intraselular oleh sel poli-morfonuklear
(PMN) dan makrofag.
Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif.
Degranulasi sel mast yang melepaskan mediator inflamasi.
Protein fase akut: C-reactive protein (CRP) yang
mengikat mikroorganisme, selanjutnya terjadi aktivasi komplemen melalui jalur
klasik yang menyebabkan lisis mikroorganisme.
Produksi interferon alfa (IFN-α) oleh leukosit dan
interferon beta (IFN-β) oleh fibroblast yang mempunyai efek antivirus.
Pemusnahan mikroorganisme ekstraselular oleh sel natural
killer (sel NK) melalui pelepasan granula yang mengandung perforin.
Pelepasan mediator eosinofil seperti major basic
protein (MBP) dan protein kationik yang dapat merusak membran parasit.
Respon Imunitas Spesifik
Bila mikroorganisme dapat melewati pertahanan nonspesifik/innate
immunity, maka tubuh akan membentuk mekanisme pertahanan yang lebih kompleks
dan spesifik. Mekanisme imunitas ini memerlukan pengenalan terhadap antigen
lebih dulu. Mekanisme imunitas spesifik ini terdiri dari imunitas humoral,
yaitu produksi antibodi spesifik oleh sel limfosit B (Tdependent dan non T dependent)
dan mekanisme Cell mediated immunity (CMI). Sel limfosit T berperan
pada mekanisme imunitas ini melalui produksi sitokin serta jaringan
interaksinya dan sel sitotoksik matang di bawah pengaruh interleukin 2 (IL-2)
dan interleukin 6 (IL-6).
Presentasi Antigen
Respons imun tubuh dipicu oleh masuknya
antigen/mikroorganisme ke dalam tubuh dan dihadapi oleh sel makrofag yang
selanjutnya akan berperan sebagai antigen presenting cell (APC). Sel
itu akan menangkap sejumlah kecil antigen dan diekspresikan ke permukaan sel
yang dapat dikenali oleh sel limfosit Th atau T helper. Sel Th ini
akan teraktivasi dan (selanjutnya sel Th ini) akan mengaktivasi limfosit lain
seperti sel limfosit B atau sel limfosit T sitotoksik. Sel T sitotoksik ini
kemudian berpoliferasi dan mempunyai fungsi efektor untuk mengeliminasi
antigen. Sel limfosit dan sel APC bekerja sama melalui kontak langsung atau
melalui sekresi sitokin regulator. Sel-sel ini dapat juga berinteraksi secara
simultan dengan sel tipe lain atau dengan komponen komplemen, kinin atau sistem
fibrinolitik yang menghasilkan aktivasi fagosit, pembekuan darah atau
penyembuhan luka. Respon imun dapat bersifat lokal atau sistemik dan akan
berhenti bila antigen sudah berhasil dieliminasi melalui mekanisme kontrol.
Peran Major Histocompatibility Complex (MHC)
Respon imun sebagian besar antigen hanya dimulai bila
antigen telah ditangkap dan diproses serta dipresentasikan oleh sel APC. Oleh
karena itu, sel T hanya mengenal imunogen yang terikat pada protein MHC pada
permukaan sel lain. terdapat 2 kelas MHC yaitu:
Protein MHC kelas I. Diekspresikan oleh semua tipe sel
somatik dan digunakan untuk presentasi antigen kepada sel TCD8 yang sebagian
besar adalah sel sitotoksik. Hampir sebagian besar sel mempresentasikan antigen
ke sel T sitotoksik (sel Tc) serta merupakan target/sasaran dari sel Tc
tersebut. MHC kelas I digunakan ketika merepson infeksi virus.
Protein MHC kelas II. Diekspresikan hanya oleh makrofag dan
beberapa sel lain untuk presentasi antigen kepada sel TCD4 yang sebagian besar
adalah sel T helper (Th). Aktivasi sel Th ini diperlukan untuk respon
imun yang sesungguhnya dan sel APC dengan MHC kelas II merupakan poros penting
dalam mengontrol respon imun tersebut. MHC kelas II digunakan ketika merespon
infeksi bakteri.
T Helper 1 (Th1) dan T Helper 2 (Th2)
Sel-sel T berperan sebagai penghantar imunitas yang
dimediasi sel dalam respon imun adaptif yang digunakan untuk mengontrol patogen
intraseluler serta meregulasi respon sel B, termasuk aktivasi sel imun lainnya
dengan pelepasan sitokin (Uzel 2000). Terdapat dua subset utama limfosit yang
dibedakan dengan keberadaan molekul (petanda) permukaan CD4 dan CD8. Limfosit T
yang mengekspresikan CD4 juga dikenal sebagai sel T helper, penghasil
sitokin terbanyak. Subset ini dibagi lagi menjadi Th1 dan Th2, dan sitokin yang
dihasilkan disebut sebagai sitokin tipe Th1 dan sitokin tipe Th2. Sitokin tipe
Th1 cenderung menghasilkan respon proinflamatori yang bertanggung jawab
terhadapkilling parasit intraseluler dan mengabadikan respon autoimun.
Sitokin tipe Th1 terdiri dari interferon gamma, interleukin-2, serta
limfotoksin-α yang merangsang imunitas tipe 1, ditandai aktivitas
fagositik yang kuat.
Respon proinflamatori yang berlebihan akan mengakibatkan
kerusakan jaringan yang tidak terkontrol. Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk
menetralkan aksi mikrobisidal berlebih yang dimediasi Th1 ini,
yaitu dengan respon Th2. Sitokin yang termasuk dalam mekanisme Th2 ini adalah
interleukin 4, 5, 9, dan 13, yang disertai IgE dan respon eosinofilik dalam
atopi, dan juga interleukin-10, dengan respon yang lebih bersifat
anti-inflamatori. Imunitas tipe 2 yang distimulasi Th2 ditandai dengan kadar
antibodi tinggi (Berger 2000). Bagi kebanyakan infeksi, imunitas tipe 1
bersifat protektif, sedang respon tipe 2 membantu resolusi inflamasi yang
dimediasi sel. Stres sistemik yang berat, imunosupresi, atau inokulasi
mikrobial yang berlebihan (overwhelming) mengakibatkan sistem imun meningkatkan
respon tipe 2 terhadap infeksi yang seharusnya dikendalikan oleh
imunitas tipe 1 (Spellberg 2001). Kemungkinan prekursor sel-T penolong akan
menjadi sel tipe 1 atau tipe 2 tergantung pada beberapa faktor, yaitu dilihat
dari sudut pandang patogen seperti sifat dan kuantitas patogen, route infeksi,
pengaruh komponen imunomodulator dan infeksi bersamaan, serta faktor pejamu
termasuk predisposisi genetik, jumlah sel-T yang merespon, kompleks
histokompatiliti mayor haplotype individu, sifat sel yang mempresentasikan
antigen, serta lingkungan sitokin sel-T selama dan pasca aktivasi (Nahid 1999).
Mekanisme Respon Tubuh terhadap Serangan Mikroba
Respons tubuh terhadap serangan mikroba dapat terjadi dalam
beberapa jenjang tahapan. Tahapan pertama bersifat nonspesifik atau innate, yaitu
berupa respons inflamasi. Tahapan kedua bersifat spesifik dan adaptif, yang
diinduksi oleh komponen antigenik mikroba. Tahapan terakhir adalah respon
peningkatan dan koordinasi sinergistik antara sel spesifik dan nonspesifik yang
diatur oleh berbagai produk komponen respon inflamasi, seperti mediator kimia.
Sistem kekebalan adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap
infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus,
bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan dalam tubuh juga berperan dalam
perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada
autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor.
Kemampuan sistem kekebalan untuk membedakan komponen sel
tubuh dari komponen patogen asing akan menopang amanat yang diembannya guna
merespon infeksi patogen, baik yang berkembang biak di dalam sel tubuh
(intraseluler) seperti misalnya virus, maupun yang berkembang biak di luar sel
tubuh (ekstraseluler) sebelum berkembang menjadi penyakit. Meskipun demikian,
sistem kekebalan mempunyai sisi yang kurang menguntungkan. Pada proses
peradangan, penderita dapat merasa tidak nyaman oleh karena efek samping yang
dapat ditimbulkan sifat toksik senyawa organik yang dikeluarkan sepanjang
proses perlawanan berlangsung. Pertahanan awal terhadap organisme asing adalah
jaringan terluar dari tubuh yaitu kulit, yang memiliki banyak sel termasuk
makrofag dan neutrofil yang siap memfagosit organisme lain pada saat terjadi
penetrasi pada permukaan kulit, dengan tidak dilengkapi oleh antibodi.
Pertahanan yang kedua adalah kekebalan tiruan.
Walaupun sistem pada kedua pertahanan mempunyai fungsi yang
sama, terdapat beberapa perbedaan yang nyata, antara lain :
sistem kekebalan tiruan tidak dapat terpicu secepat sistem
kekebalan turunan
sistem kekebalan tiruan hanya merespon imunogen tertentu,
sedangkan sistem yang lain merespon nyaris seluruh antigen.
sistem kekebalan tiruan menunjukkan kemampuan untuk
“mengingat” imunogen penyebab infeksi dan reaksi yang lebih cepat saat terpapar
lagi dengan infeksi yang sama. Sistem kekebalan turunan tidak menunjukkan
kemampuan immunological memory.
Imunologi Toleransi Terhadap Antigen bakteri
Toleransi adalah properti dari host dimana ada pengurangan
imunologis spesifik dalam respon imun terhadap antigen tertentu. Toleransi ke
Antigen bakteri tidak melibatkan kegagalan umum dalam respon imun tetapi
kekurangan tertentu dalam kaitannya dengan antigen dari bakteri tertentu.
Jika ada respon kekebalan yang tertekan terhadap antigen yang relevan dari
parasit, proses infeksi difasilitasi. Toleransi dapat melibatkan baik AMI (Antibody-Mediated
Immunity) atau CMI (Cell Mediated Immunity) atau kedua lengan dari respon
imunologi. Toleransi terhadap suatu Antigen dapat timbul dalam berbagai cara,
tetapi tiga yang mungkin relevan dengan infeksi bakteri.
1. Paparan Antigen Janin terpapar Antigen. Jika
janin terinfeksi pada tahap tertentu dari perkembangan imunologi, mikroba
Antigen dapat dilihat sebagai “diri”, dengan demikian menyebabkan toleransi
(kegagalan untuk menjalani respon imunologi) ke Antigen yang dapat bertahan
bahkan setelah kelahiran.
2. High persistent doses of circulating Antigen.
Toleransi terhadap bakteri atau salah satu produknya mungkin timbul ketika
sejumlah besar antigen bakteri yang beredar dalam darah menyebabkan sistem
kekebalan menjadi kewalahan.
3. Molecular mimicry. Jika Antigen bakteri sangat mirip
dengan “antigen” host normal, respon kebal terhadap Antigen ini mungkin lemah
memberikan tingkat toleransi. Kemiripan antara Antigen bakteri dan host Antigen
disebut sebagai mimikri molekuler. Dalam hal ini determinan antigenik dari
bakteri sangat erat terkait kimiawi untuk host komponen jaringan yang sel-sel
imunologi tidak dapat membedakan antara dua dan respon imunologi tidak dapat
ditingkatkan. Beberapa kapsul bakteri tersusun dari polisakarida (hyaluronic
acid, asam sialic) sehingga mirip dengan host polisakarida jaringan yang
tidak imunogenik.
Antibodi yang diserap oleh Antigen bakteri Larut
Beberapa bakteri dapat membebaskan komponen antigen
permukaan dalam bentuk yang larut ke dalam cairan jaringan. Antigen ini larut
dan dapat menggabungkan dengan “menetralisir” antibodi sebelum mereka mencapai
sel-sel bakteri. Misalnya, sejumlah kecil endotoksin (LPS) dapat
dilepaskan ke cairan sekitarnya oleh bakteri Gram-negatif. Otolisis bakteri
Gram-negatif atau Gram-positif dapat melepaskan komponen antigen permukaan
dalam bentuk yang larut.Streptococcus pneumoniae dan Neisseria
meningitidis diketahui melepaskan polisakarida kapsuler selama pertumbuhan
dalam jaringan. Bakteri ini ditemukan dalam serum pasien dengan pneumonia
pneumokokus dan dalam cairan serebrospinal pasien dengan meningitis.
Komponen-komponen sel bakteri yang larut dalam dinding adalah antigen yang kuat
dan melengkapi aktivator sehingga mereka berkontribusi dengan cara utama untuk
patologi yang diamati pada penderita meningitis dan pneumonia.
Secara umum tahapan sistem kekebalan tubuh terhadap mikroba
adalah sebagai berikut:
Tahap pertama
Respons inflamasi tubuh merupakan salah satu sel tubuh yang
timbul sebagai akibat invasi mikroba pada jaringan. Respons ini terdiri dari
aktivitas sel-sel inflamasi, antara lain sel leukosit (polimorfonuklear,
limfosit, monosit), sel makrofag, sel mast, sel natural killer, serta
suatu sistem mediator kimia yang kompleks baik yang dihasilkan oleh sel
(sitokin) maupun yang terdapat dalam plasma. Sel fagosit, mononuklear maupun
polimorfonuklear berfungsi pada proses awal untuk membunuh mikroba, dan
mediator kimia dapat meningkatkan fungsi ini. Mediator kimia akan berinteraksi
satu dengan lainnya, juga dengan sel radang seperti komponen sistem imun serta
fagosit, baik mononuklear maupun polimorfonuklear untuk memfagosit dan melisis
mikroba. Mediator tersebut antara lain adalah histamin, kinin/bradikinin,
komplemen, prostaglandin, leukotrien dan limfokin. Respons inflamasi ini
bertujuan untuk mengeliminasi dan menghambat penyebaran mikroba.
Histamin yang dilepaskan sel mast akibat stimulasi
anafilatoksin akan menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
vaskular untuk memfasilitasi peningkatan aliran darah dan keluarnya sel radang
intravaskular ke jaringan tempat mikroba berada. Kinin/bradikinin adalah
peptida yang diproduksi sebagai hasil kerja enzim protease kalikrein pada
kininogen. Mediator ini juga menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah. Faktor Hageman yang diaktifkan oleh karena adanya
kerusakan pembuluh darah serta endotoksin bakteri gram negatif, juga sel dalam
menginduksi mediator kimia lainnya.
Produk aktivasi komplemen yang pada mulanya melalui jalur
alternatif dapat meningkatkan aliran darah, permeabilitas pembuluh darah,
keinotaksis dan fagositosis, serta hasil akhir aktivasi komplemen adalah lisis
mikroba. Prostaglandin, leukotrien dan fosfolipid lainnya yaitu mediator yang
merupakan hasil metabolit asam arakidonat dapat menstimulasi motilitas leukosit
yang dibutuhkan untuk memfagosit mikroba dan merangsang agregasi trombosit
untuk memperbaiki kerusakan pembuluh darah yang ada. Prostaglandin juga dapat
bekerja sebagai pirogen melalui pusat termoregulator di hipotalamus. Dikatakan
bahwa panas juga merupakan mekanisme sel tubuh, tetapi sukar dibuktikan.
Mikroba tertentu memang tidak dapat hidup pada suhu panas tetapi suhu tubuh
yang tinggi akan memberikan dampak yang buruk pada pejamu.
Protein fase akut seperti C-reactive protein (CRP),
protein yang mengikat lipopolisakarida, protein amiloid A, transferin dan
α1-antitripsin akan dilepaskan oleh hati sebagai respons terhadap inflamasi.
Peranannya dapat sebagai stimulator atau inhibisi. Protein α1-antitripsin
misalnya akan menghambat protease yang merangsang produksi kinin. Transferin
yang mempunyai daya ikat terhadap besi, akan menghambat proliferasi dan
pertumbuhan mikroba. Protein yang mengikat lipopolisakarida akan menginaktifkan
endotoksin bakteri Gram negatif.
Limfokin, yaitu sitokin yang dihasilkan limfosit, merupakan
mediator yang kuat dalam respons inflamasi. Limfokin ini dan sebagian
diantaranya juga disekresi oleh makrofag akan meningkatkan permeabilitas
vaskular dan koagulasi, merangsang produksi prostaglandin dan faktor
kemotaksis, merangsang diferensiasi sel induk hematopoietik dan meningkatkan
pertumbuhan serta diferensiasi sel hematopoietik, serta mengaktivasi neutrofil
dan sel endotel. Sel radang yang ada akan memfagosit mikroba, sedangkan monosit
dan makrofag juga akan memfagosit debris pejamu dan patogen yang tinggal
sebagai hasil penyerangan enzim neutrofil dan enzim lainnya. Fungsi makrofag
akan ditingkatkan oleh faktor aktivasi makrofag seperti komponen C3b,
interferon γ dan faktor aktivasi makrofag yang disekresi limfosit.
Tahapan kedua
Jika mikroba berhasil melampaui mekanisme sel nonspesifik,
terjadi tahapan kedua berupa pertahanan spesifik yang dirangsang oleh antigen
mikroba itu sendiri, atau oleh antigen yang dipresentasikan makrofag. Tahapan
ini terdiri atas imunitas humoral dan imunitas selular.
Imunitas humoral yang diperankan oleh antibodi yang
dihasilkan oleh sel plasma sebagai hasil aktivasi antigen mikroba terhadap
limfosit B, akan menetralkan toksin yang dilepaskan mikroba sehingga tidak
menjadi toksik lagi. Antibodi juga akan menetralkan mikroba sehingga tidak
infeksius lagi. Antibodi juga bersifat sebagai opsonin, sehingga memudahkan
proses fagositosis mikroba. Antibodi juga berperan dalam proses ADCC (Antibody
Dependent Cell Cytotoxicity) baik oleh sel Tc maupun sel NK sehingga
terjadi lisis sel yang telah dihuni mikroba. Antibodi juga dapat mengaktifkan
komplemen untuk melisis mikroba. Imunitas selular yang diperankan oleh limfosit
T melalui limfokin yang dilepas sel T akan meningkatkan produksi antibodi oleh
sel plasma, fungsi sel fagosit untuk memfagosit mikroba; dan sel NK untuk
melisis sel yang dihuni virus (lihat Bab 3). Limfokin juga meningkatkan
proliferasi dan diferensiasi sel prekursor Tc serta fungsi sel Tc untuk melisis
sel yang dihuni mikroba. Inteleukin (IL)- 2, IL-12 dan IFN-γ meningkatkan
imunitas selular. Imunitas selular adalah mekanisme utama tubuh untuk terminasi
infeksi mikroba intraselular seperti infeksi virus, parasit dan bakteri
intraselular.
Tahapan Akhir
Tahapan terakhir ini terdiri atas peningkatan respons
imun baik melalui aktivasi komplemen jalur klasik maupun peningkatan
kemotaksis, opsonisasi dan fagositosis. Sel makrofag dan limfosit T terus
memproduksi faktor yang selanjutnya akan meningkatkan lagi respons inflamasi
melalui ekspresi molekul adesi pada endotel serta merangsang kemotaksis,
pemrosesan antigen, pemusnahan intraselular, fagositosis dan lisis, sehingga
infeksi dapat teratasi.
Respons imun yang terkoordinasi yang melibatkan sel T,
antibodi, sel makrofag, sel PMN, komplemen dan pertahanan nonspesifik lainnya
akan terjadi pada kebanyakan penyakit infeksi.
Mekanisme Respon Tubuh terhadap Serangan Virus
Virus berbeda dengan agen penyebab infeksi lainnya dalam hal
struktur dan biologi, khususnya reproduksi. Walaupun virus membawa informasi
genetik didalam DNA atau RNA, tetapi ada kekurangan sistem sintesis yang
diperlukan untuk memproses informasi ini kedalam materi virus baru. Replikasi
baru terjadi setelah virus menginfeksi sel inang yang kemudian mengendalikan
sel inang untuk melakukan transkripsi dan/atau translasi informasi genetik demi
kelangsungan hidup virus. Virus dapat menginfeksi setiap bentuk kehidupan
sehingga sering menyebabkan penyakit yang diantaranya berakibat cukup serius.
Beberapa virus dapat memasukkan informasi genetiknya kedalam genom manusia
kemudian menyebabkan kanker. Permukaan luar partikel virus adalah bagian
yang pertamakali mengadakan kontak dengan membran dari sel inang. Hal yang
penting untuk diketahui untuk dapat mengerti bagaimana proses virus dapat
menginfeksi sel inang adalah dengan mempelajari struktur dan fungsi dari
permukaan luar partikel virus. Secara umum, virus yang tidak beramplop (virus
yang telanjang) resisten hidup dialam bebas, bahkan mereka tahan terhadap asam
empedu saat menginfeksi saluran cerna. Virus yang beramplop lebih rentan
terhadap dipengaruhi oleh lingkungan seperti kekeringan, asiditas cairan
lambung dan empedu. Perbedaan dalam hal kerentanan ini yang mempengaruhi cara
penularan virus.
Infeksi virus terhadap sel inang melewati beberapa tahap,
yaitu virus menyerang sel inang, lalu melakukan penetrasi yang merupakan proses
pemasukan materi genetik virus kedalam sel inang dan selanjutnya tahap uncoating yang
ditunjukan pada gambar 1.
Siklus hidup yang dialami virus saat menginfeksi sel inang,
yaitu sekali virus berada didalam sitoplasma sel inang maka dia tidak infeksius
lagi. Setelah terjadi fusi antara virus dan membramn sel inang, atau difagosit
dalam bentuk fagosom, maka partikel virus dibawa ke sitoplasma melalui plasma
membran. Pada tahap ini amplop dan/atau kapsid akan terkuak nukleus virus akan
terurai. Sekarang virus tidak infeksius lagi dan ini disebut eclipse phase.
Keadaan ini menetap sampai terbentuk partikel virus baru melalui replikasi.
Asam nukleat sendiri yang menentukan bagaimana cara replikasi berlangsung.
Pertama-tama virus harus membentuk messenger RNA (mRNA). Virus
hanya mempunyai salah satu asam nukleat yaitu RNA atau DNA dan tidak
pernah kedua-duanya. Asam nukleat tampil sebagai single atau double
strandad dalam bentuk linier (DNA dan RNA) atau sirkuler (DNA). Genom
dari virus terdapat dalam satu atau beberapa molekul dari asam nukleat. Dengan
diversitas ini maka tidak heran bila proses replikasi dari tiap virus berbeda.
Pada virus DNA, mRNA dapat dibentuk sendiri oleh virus dengan cara menggunakan
RNA polimerase dari sel inang, kemudian langsung mentranskrip kode genetik yang
berada pada DNA virus. Sedangkan virus RNA tidak dapat dengan cara ini, karena
tidak ada polymerase dari sel inang yang sesuai. Oleh karena itu
untuk melakukan transkripsi maka virus harus menyediakan sendiri
polimerasenya yang dapat diperoleh dari nukleokapsid atau disintesa setelah
infeksi.
Virus RNA memproduksi mRNA dengan beberapa cara yang
berbeda. Pada virus dsRNA, satu strand yang pertama ditranskrip
oleh polimerase virus menjadi mRNA. Pada ssRNA terdapat tiga rute yang jelas
berbeda dalam pembentukan mRNA yaitu:
Bila single strand mempunyai konfigurasi positive
sense (misalnya mempunyai sekuen basa yang sama seperti yang dibutuhkan
pada saat translasi), maka konfigurasi ini dapat langsung dipergunakan sebagai
mRNA.
Bila mempunyai konfigurasi negative sense, maka
pertama-tama harus diterjemahkan (transcribe) dengan memgunakan polimerase dari
virus kedalam positive sense strand yang kemudian bertindak
sebagai mRNA.
Retrovirus mempunyai pola yang berbeda. Pertama-tama positive
sense ssRNA oleh reverse transcriptase (enzim dari virus,
terdapat dalam nukleokapsid) diubah menjadi negative sense ssDNA.
Setelah terbentuk dsDNA kemudian akan memasuki nukleus dan kemudian
berintegrasi dengan genom sel inang dan selanjutnya sel inang membentuk mRNA
virus.
Tahapan selanjutnya yaitu, mRNA virus kemudian ditranslasi
kedalam sitoplasma sel inang untuk menghasilkan protein yang dibutuhkan virus.
Sekali mRNA virus terbentuk maka akan ditanslasi dengan memanfaatkan
ribosom dari sel inang untuk mensintesa protein yang dibutuhkan virus dan
ditunjukkan pada Gambar 3. RNA virus biasanya monocistronic(mempunyai single
coding region) dapat mengubah mRNA dari ribosom sel inang untuk menghasilkan
protein yang lebih ‘disukai’. Pada fase awal diproduksi protein yang diperlukan
untuk replikasi asam nukleat virus seperti enzim dan molekul regulator.
Pada fase selanjutnya diproduksi protein yang penting unutk pembentukan kapsid.
Virus dengan genom single nucleic acid molecule mentranslasi poli
protein yang multifungsi, kemudian akan dipecah secara enzimatik. Sedangkan
virus yang genomnya tersebar didalam beberapa molekul, maka akan
terbentuk beberapa macam mRNA yang masing-masing akan membuat protein. Setelah
translasi protein dapat diglikosilasi kembali dengan menggunakan enzim sel
inang.
Virus juga harus mereplikasi asam nukleatnya untuk
pembentukan kapsid baru berarti memerlukan produksi molekul tambahan. Oleh
karena itu virus harus mereplikasi asam nukleat sehingga dapat menyediakan
materi genetik yang kemudian akan dibungkus oleh kapsid tersebut. Pada virus positive
sense ssRNA seperti poliovirus, polimerase yang ditranslasi dari
template mRNA virus menghasilkan negative sense RNA yang
selanjutnya ditranskripsi lebih banyak positif ssRNA. Siklus transkripsi ini
terus berlangsung menghasilkan strand positif dalam jumlah yang besar, yang
kemudian dikemas dengan menggunakan protein yang telah dibentuk sebelumnya dari
mRNA untuk membentuk partikel virus yang baru. Untuk virus negative sense ssRNA
(misalnya virus rabies) transkripsi oleh polimerase virus akan
menghasilkan positive sense ssRNA yang kemudian akan
meghasilkan negative sense mRNA yang baru.
Replikasi ini terjadi dalam sitoplasma sel inang, sedangkan
pada virus lainnya seperti campak dan influensa replikasi terjadi di inti
sel sehingga sejumlah besar negative sense RNA akan ditranskripsi
membentuk partikel baru. Replikasi pada inti sel inang juga terjadi pada
virus dsRNA seperti rotavirus yang kemudian akan memproduksi positive
sense RNA seperti diatas. Yang kemudian akan bertindak sebagai template
pada partikel subviral untuk memsintesa negative senseRNA yang baru guna
memperbaiki kondisi double stranded. Replikasi virus DNA terjadi di
inti sel inang kecuali poxvirus yang terjadi di sitoplasma Virus DNA membentuk
kompleks dengan histon dari sel inang untuk menghasilkan struktur yang stabil.
Pada virus herpes, mRNA ditranslasi dalam sitoplasma menghasilkan polymerase DNA
yang penting untuk sintesa DNA yang baru. Adenovirus menggunakan baik enzim
dari sel inang maupun virus untuk kepentingan ini. Sedangkan retrovirus
mensintesa RNA virus baru di inti sel inang. Polimerase RNA sel inang
ditranskrip dari DNA virus yang sudah berintegrasi dengan genom sel inang.
Virus hepatitis B (suatu virus dsDNA) secara unik menggunakan ssRNA (sebagai
perantara) yang kemudian ditranskrip untuk menghasilkan DNA baru. Retrovirus
dan virus hepatitis B merupakan virus-virus yang mempunyai aktifitas reverse
transkriptase.
Stadium akhir dari replikasi adalah penyusunan dan pelepasan
parikel virus baru. Penyusunan virus baru melibatkan gabungan dari asam nukleat
yang telah direplikasi dengan kapsomer yang baru disintesa untuk kemudian
membentuk nukleokapsid baru. Aktifitas ini terjadi di sitoplasma atau di inti
sel inang. Amplop dari virus melalui beberapa tahapan sebelum dilepaskan.
Protein amplop dan glikoprotein yang ditranslasi dari mRNA virus didisipkan
pada membran sel inang (biasanya membrana plasma). Nukleokapsid yang muda ini
bergabung dengan membran secara spesifik melalui glikoprotein dan menbentuk
tonjolan. Virus baru memerlukan membran dari sel inang ditambah dengan molekul
dari virus untuk membentuk amplop. Enzim dari virus seperti muraminidase pada
virus influensa ikut berperan dalam proses ini. Enzim dari sel inang (seperti
protease seluler) dapat memecah protein amplop yang besar, suatu proses
yang diperlukan dimana virus muda sangat infeksius. Pada virus herpes terjadi
proses yang sama. Pelepasan virus yang sudah beramplop tidak harus disertai
dengan kematian sel, jadi sel inang yang sudah terinfeksi dapat terus
menghasilkan protein virus dalam waktu yang lama. Insersi molekul virus kedalam
membran sel inang membuat sel inang berbeda secara antigenik. Respon imun
ekspresi antigen ini yang menjadi dasar perkembangan terapi anti virus.
Pada respon innate terhadap patogen intraseluler,
seperti virus, sasaran utama adalah sel-sel yang sudah terinfeksi. Sel
terinfeksi virus tertentu dikenali oleh limfosit non-spesifik, disebut
sel natural killer (NK). Sesuai dengan namanya, sel NK
mengakibatkan kematian sel yang terinfeksi dengan menginduksi sel
terinfeksi menuju apoptosis. Sel NK juga membunuh sel kanker tertentu (in
vitro) dan melengkapi dengan mekanisme menghancurkan sel sebelum sel berkembang
menjadi tumor. Sel normal (tidak terinfeksi dan tidak ganas) mengandung molekul
permukaan yang melindungi terhadap serangan sel NK. Respon antivirus lain
dimulai dalam sel yang terinfeksi sendiri. Sel terinfeksi virus ini memproduksi
interferon-α (IFN-α) yang disekresi ke dalam ruang ekstraseluler, dimana akan
terikat pada permukaan sel yang tidak terinfeksi sehingga kebal terhadap
infeksi berikutnya. Cara kerja interferon ini adalah dengan cara
mengaktivasi suatu sinyal transduction pathway dengan akibat
phosphorilasi yang diikuti translasi faktor elF2. Sel yang mengalami respons
ini tidak dapat mensintesa protein virus yang diperlukan untuk replikasi
virus.
Respon imun terhadap serangan virus melibatkan interferon.
Interferon merupakan sitokin yang mengatur aktivitas semua komponen sistem
imun, merupakan bagian dari sistem imun
non-spesifik yang timbul pada tahap awal
infeksi virus sebelum timbulnya reaksi dari sistem imun
spesifik. Interferon gamma (IFN-γ) dihasilkan oleh
sel T yang telah teraktivasi dan sel
NK, sebagai reaksi terhadap antigen (termasuk
antigen virus dalam derajat rendah) atau
sebagai akibat stimulasi limfosit oleh
mitogen. IFN-γ meningkatkan ekspresi molekul MHC-II
pada Antigen Presenting Cell (APC) yang
kemudian akan meningkatkan presentasi antigen
pada sel T helper. IFN-γ juga dapat
mengaktifkan kemampuan makrofag untuk melawan infeksi
virus (aktivitas virus intrinsik) dan membunuh sel lain
yang telah terinfeksi (aktivitas virus ekstrinsik) (Ianaro 2000).
Mekanisme Respon Tubuh terhadap Serangan Bakteri
Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki
membran inti. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi
dan penyakit. Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat seperti di tanah,
air, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit
(patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Respon imun terhadap sebagian besar
antigen seperti bakteri ini hanya dimulai bila antigen telah ditangkap dan
diproses serta dipresentasikan oleh sel APC (Antigen Presenting Cell).
Keberhasilan bakteri masuk ke dalam sitoplasma sel
bergantung pada kemampuannya untuk menghindar dari respon imun. Infeksi bakteri
akan berbeda sesuai dengan sistem kerja dari bakteri tersebut. Dimana dalam hal
ini dipaparkan infeksi bakteri ekstraseluler dan interaseluler beserta
mekanisme pertahanan tubuh manusia (Munasir 2001).
Infeksi bakteri berbeda dengan infeksi virus. Respons imun terhadap
bakteri ada dua yaitu, ekstraselular dan intraselular.
1. Respons imun terhadap bakteri
ekstraselular
Bakteri ekstraselular dapat menimbulkan penyakit melalui
beberapa mekanisme yaitu:
Merangsang reaksi inflamasi yang menyebabkan destruksi
jaringan di tempat infeksi. Sebagai contoh misalnya kokus piogenik yang sering
menimbulkan infeksi supuratif yang hebat.
Produksi toksin yang menghasilkan berbagai efek patologik.
Toksin dapat berupa endotoksin dan eksotoksin. Endotoksin yang merupakan
komponen dinding bakteri adalah suatu lipopolisakarida yang merupakan
stimulator produksi sitokin yang kuat, suatu ajuvan serta aktifator poliklonal
sel limfosit B. Sebagian besar eksotoksin mempunyai efek sitotoksik dengan
mekanisme yang belum jelas benar. Sebagai contoh toksin difteri menghambat
sintesis protein secara enzimatik serta menghambat faktor elongasi-2 yang
diperlukan untuk sintesis semua peptida. Toksin kolera merangsang sintesis AMP
siklik (cAMP) oleh sel epitel usus yang menyebabkan sekresi aktif klorida,
kehilangan cairan serta diare yang hebat. Toksin tetanus merupakan suatu
neurotoksin yang terikat motor endplate pada neuromuscular
junction yang menyebabkan kontraksi otot persisten yang sangat fatal bila
mengenai otot pernapasan. Toksin Clostridium dapat menyebabkan
nekrosis jaringan yang dapat menghasilkan gas gangren. Respon imun terhadap
bakteri ekstraselular ditujukan untuk eliminasi bakteri serta netralisasi efek
toksin
Imunitas
Alamiah terhadap Bakteri Ekstraselular
Respon imun alamiah terhadap bakteri ekstraselular terutama
melalui mekanisme fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag jaringan.
Resistensi bakteri terhadap fagositosis dan penghancuran dalam makrofag
menunjukkan virulensi bakteri. Aktivasi komplemen tanpa adanya antibodi juga
memegang peranan penting dalam eliminasi bakteri ekstraselular. Lipopolisakarida
(LPS) dalam dinding bakteri gram negatif dapat mengaktivasi komplemen
jalur alternatif tanpa adanya antibodi. Salah satu hasil aktivasi komplemen ini
yaitu C3b mempunyai efek opsonisasi bakteri serta meningkatkan fagositosis.
Selain itu terjadi lisis bakteri melaluimembrane attack complex (MAC)
serta beberapa hasil sampingan aktivasi komplemen dapat menimbulkan respon
inflamasi melalui pengumpulan serta aktivasi leukosit. Endotoksin yang
merupakan LPS merangsang produksi sitokin oleh makrofag serta sel lain seperti
endotel vaskular. Beberapa jenis sitokin tersebut antara lain tumour
necrosis factor (TNF), IL-1, IL-6 serta beberapa sitokin inflamasi dengan
berat molekul rendah yang termasuk golongan IL-8. Fungsi fisiologis yang utama
dari sitokin yang dihasilkan oleh makrofag adalah merangsang inflamasi
non-spesifik serta meningkatkan aktivasi limfosit spesifik oleh antigen
bakteri. Sitokin akan menginduksi adhesi neutrofil dan monosit pada endotel
vaskular pada tempat infeksi yang diikuti migrasi, akumulasi lokal serta
aktivasi sel inflamasi.
Kerusakan jaringan yang terjadi adalah akibat efek samping mekanisme
pertahanan untuk eliminasi bakteri tersebut. Sitokin juga merangsang demam dan
sintesis protein fase akut. Banyak fungsi sitokin yang sama yaitu sebagai
co-stimulator sel limfosit T dan B yang menghasilkan mekanisme amplifikasi
untuk imunitas spesifik. Sitokin dalam jumlah besar atau produknya yang tidak
terkontrol dapat membahayakan tubuh serta berperan dalam menifestasi klinik
infeksi bakteri ekstraselular. Yang paling berat adalah gejala klinis oleh
infeksi bakteri gram negatif yang menyebabkan disseminated
intravascular coagulation (DIC) yang progresif serta shockseptik atau shock endotoksin.
Sitokin TNF adalah mediator yang paling berperan pada shock endotoksin
ini.
Imunitas Spesifik terhadap Bakteri Ekstraselular
Kekebalan humoral mempunyai peran penting dalam respon
kekebalan spesifik terhadap bakteri ekstraselular. Lipopolisakarida merupakan
komponen yang paling imunogenik dari dinding sel atau kapsul
mikroorganisme serta merupakan antigen yang thymus independent. Antigen
ini dapat langsung merangsang sel limfosit B yang menghasilkan imunoglobin
(Ig)M spesifik yang kuat. Selain itu produksi IgG juga dirangsang yang mungkin
melalui mekanisme perangsangan isotype switching rantai berat oleh
sitokin. Respon sel limfosit T yang utama terhadap bakteri ekstraselular
melalui sel TCD4 yang berhubungan dengan molekul MHC kelas II yang mekanismenya
telah dijelaskan sebelumnya. Sel TCD4 berfungsi sebagai sel penolong untuk
merangsang pembentukan antibodi, aktivasi fungsi fagosit dan mikrobisid makrofag.
Ada 3 mekanisme efektor yang dirangsang oleh IgG dan IgM serta antigen
permukaan bakteri, yaitu:
Opsonisasi bakteri oleh IgG serta peningkatan fagositosis
dengan mengikat reseptor Fc pada monosit, makrofag dan neutrofil. Antibodi IgG
dan IgM mengaktivasi komplemen jalur klasik yang menghasilkan C3b dan iC3b yang
mengikat reseptor komplemen spesifik tipe 1 dan tipe 3 dan selanjutnya terjadi
peningkatan fagositosis. Pasien defisiensi C3 sangat rentan terhadap infeksi
piogenik yang hebat.
Netralisasi toksin bakteri oleh IgM dan IgG untuk mencegah
penempelan terhadap sel target serta meningkatkan fagositosis untuk eliminasi
toksin tersebut.
Aktivasi komplemen oleh IgM dan IgG untuk menghasilkan
mikrobisid MAC serta pelepasan mediator inflamasi akut.
1. Respons Imun terhadap Bakteri
Intraselular
Sejumlah bakteri dan semua virus serta jamur dapat lolos dan
mengadakan replikasi di dalam sel pejamu. Yang paling patogen di antaranya
adalah yang resisten terhadap degradasi dalam makrofag.
Imunitas Alamiah terhadap Bakteri Intraselular
Mekanisme terpenting imunitas alamiah terhadap
mikroorganisme intraselular adalah fagositosis. Akan tetapi bakteri patogen
intraselular relatif resisten terhadap degradasi dalam sel fagosit mononuklear.
Oleh karena itu mekanisme kekebalan alamiah ini tidak efektif dalam mencegah
penyebaran infeksi sehingga sering menjadi kronik dan eksaserbasi yang sulit
diberantas.
Imunitas Spesifik terhadap Bakteri Intraselular
Respon imun spesifik terhadap bakteri intraselular terutama
diperankan oleh cell mediated immunity (CMI). Mekanisme
imunitas ini diperankan oleh sel limfosit T tetapi fungsi efektornya untuk
eliminasi bakteri diperani oleh makrofag yang diaktivasi oleh sitokin yang
diproduksi oleh sel T terutama interferon-α (IFN-α). Respon imun ini analog
dengan reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Antigen protein intraselular
merupakan stimulus kuat sel limfosit T. Beberapa dinding sel bakteri
mengaktivasi makrofag secara langsung sehingga mempunyai fungsi sebagai ajuvan.
Misalnya muramil dipeptida pada dinding sel mikrobakteria. Telah disebutkan
sebelumnya bahwa fungsi sel limfosit T pada CMI adalah produksi sitokin
terutama IFN-α. Sitokin IFN-α ini akan mengaktivasi makrofag termasuk makrofag
yang terinfeksi untuk membunuh bakteri. Beberapa bakteri ada yang resisten
sehingga menimbulkan stimulasi antigen yang kronik. Keadaan ini akan
menimbulkan pengumpulan lokal makrofag yang teraktivasi yang membentuk
granuloma sekeliling mikroorganisme untuk mencegah penyebarannya.
Reaksi inflamasi seperti ini berhubungan dengan nekrosis
jaringan serta fibrosis yang luas yang menyebabkan gangguan fungsi yang berat.
Jadi kerusakan jaringan ini disebabkan terutama oleh respon imun terhadap
infeksi oleh beberapa bakteri intraselular. Contoh yang jelas dalam hal ini
adalah infeksi mikobakterium. Mikobakterium tidak memproduksi toksin atau enzim
yang secara langsung merusak jaringan yang terinfeksi. Paparan pertama terhadap Mycobacterium
tuberculosis akan merangsang inflamasi selular lokal dan bakteri
mengadakan proliferasi dalam sel fagosit. Sebagian ada yang mati dan sebagian
ada yang tinggal dormant. Pada saat yang sama, pada individu yang terinfeksi
terbentuk imunitas sel T yang spesifik. Setelah terbentuk imunitas, reaksi
granulomatosa dapat terjadi pada lokasi bakteri persisten atau pada paparan
bakteri berikutnya. Jadi imunitas perlindungan dan reaksi hipersensitif yang
menyebabkan kerusakan jaringan adalah manifestasi dalam respon imun spesifik
yang sama.
Netralisasi
toksin
Infeksi bakteri Gram negatif dapat menyebabkan pengeluaran
endotoksin yang akan menstimulasi makrofag. Stimulasi yang berlebihan terhadap
makrofag akan menghasilkan sejumlah sitokin seperti IL-1, IL-6 dan TNF. Proses
ini akan memacu terjadinya reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan sel,
hipotensi, aktivasi sistem koagulasi, gagal organ multipel dan berakhir dengan
kematian. Antibodi yang mengandung reseptor sitokin dan antagonisnya, berperan
dalam menghilangkan sejumlah sitokin dalam sirkulasi dan mencegah sitokin
berikatan pada sel target.
Antibodi yang beredar dalam sirkulasi akan menetralisasi
molekul antifagositik dan eksotoksin lainnya yang diproduksi bakteri. Mekanisme
netralisasi antibodi terhadap bakteri terjadi melalui dua cara. Pertama,
melalui kombinasi antibodi di dekat lokasi biologi aktif infeksi yaitu secara
langsung menghambat reaksi toksin dengan sel target. Kedua, melalui kombinasi
antibodi yang terletak jauh dari lokasi biologi aktif infeksi yaitu dengan
mengubah konformasi alosterik toksin agar tidak dapat bereaksi dengan sel
target. Dengan ikatan kompleks bersama antibodi, toksin tidak dapat berdifusi
sehingga rawan terhadap fagositosis, terutama bila ukuran kompleks membesar
karena deposisi komplemen pada permukaan bakteri akan semakin bertambah.
Opsonisasi
Opsonisasi adalah pelapisan antigen oleh antibodi,
komplemen, fibronektin, yang berfungsi untuk memudahkan fagositosis. Opsonisasi
ada dua yaitu opsonisasi yang tidak tergantung antibodi dan yang ditingkatkan
oleh antibodi. Pada opsonisasi yang tidak tergantung antibodi, protein pengikat
manose dapat terikat pada manose terminal pada permukaan bakteri, dan akan
mengaktifkan C1r dan C1s serta berikatan dengan C1q. Proses tersebut akan
mengaktivasi komplemen pada jalur klasik yang dapat berperan sebagai opsonin
dan memperantarai fagositosis. Lipopolisakarida (LPS) merupakan endotoksin yang
penting pada bakteri Gram negatif. Sel ini dapat dikenal oleh tiga kelas
molekul reseptor. Sedangkan opsonisasi yang ditingkatkan oleh antibodi adalah
bakteri yang resisten terhadap proses fagositosis akan tertarik pada sel PMN
dan makrofag bila telah diopsonisasi oleh antibodi. Dalam opsonisasi terdapat
sinergisme antara antibodi dan komplemen yang diperantarai oleh reseptor yang
mempunyai afinitas kuat untuk IgG dan C3b pada permukaan fagosit, sehingga
meningkatkan pengikatan di fagosit. Efek augmentasi dari komplemen berasal dari
molekul IgG yang dapat mengikat banyak molekul C3b, sehingga meningkatkan
jumlah hubungan ke makrofag (bonus effect of multivalency). Meskipun IgM
tidak terikat secara spesifik pada makrofag, namun merangsang adesi melalui
pengikatan komplemen.
Antibodi akan menginisiasi aksi berantai komplemen sehingga
lisozim serum dapat masuk ke dalam lapisan peptidoglikan bakteri dan
menyebabkan kematian sel. Aktivasi komplemen melalui penggabungan dengan
antibodi dan bakteri juga menghasilkan anfilaktoksin C3a dan C5a yang berujung
pada transudasi luas dari komponen serum, termasuk antibodi yang lebih banyak,
dan juga faktor kemotaktik terhadap neutrofil untuk membantu fagositosis.
Sel PMN merupakan fagosit yang predominan dalam sirkulasi
dan selalu tiba di lokasi infeksi lebih cepat dari sel lain, karena sel PMN
tertarik oleh sinyal kemotaktik yang dikeluarkan oleh bakteri, sel PMN lain,
komplemen atau makrofag lain, yang lebih dahulu tiba di tempat infeksi. Sel PMN
sangat peka terhadap semua faktor kemotaktik. Sel PMN yang telah mengalami
kemotaktik selanjutnya akan melakukan adesi pada dinding sel bakteri, endotel
maupun jaringan yang terinfeksi. Kemampuan adesi PMN pada permukaan sel bakteri
akan bertambah kuat karena sinyal yang terbentuk pada proses adesi ini akan
merangsang ekspresi Fc dan komplemen pada permukaan sel. Sel PMN juga akan
melakukan proses diapedesis agar dapat menjangkau bakteri yang telah
menginfeksi.
Proses penelanan bakteri oleh fagosit diawali dengan
pembentukan tonjolan pseudopodia yang berbentuk kantong fagosom untuk
mengelilingi bakteri, sehingga bakteri akan terperangkap di dalamnya,
selanjutnya partikel granular di dalam fagosom akan mengeluarkan berbagai enzim
dan protein untuk merusak dan menghancurkan bakteri tersebut.
Mekanisme pemusnahan bakteri oleh enzim ini dapat melalui
proses oksidasi maupun nonoksidasi, tergantung pada jenis bakteri dan status
metabolik pada saat itu. Oksidasi dapat berlangsung dengan atau tanpa
mieloperoksidase. Proses oksidasi dengan mieloperoksidase terjadi melalui
ikatan H2O2 dengan Fe yang terdapat pada mieloperoksidase. Proses ini
menghasilkan komplek enzim-subtrat dengan daya oksidasi tinggi dan sangat
toksik terhadap bakteri, yaitu asam hipoklorat (HOCl).
Proses oksidasi tanpa mieloperoksidase berdasarkan ikatan H2O2 dengan
superoksida dan radikal hidroksil namun daya oksidasinya rendah. Proses
nonoksidasi berlangsung dengan perantaraan berbagai protein dalam fagosom yaitu
flavoprotein, sitokrom-b, laktoferin, lisozim, kaptensin G dan difensin. Pada
proses pemusnahan bakteri, pH dalam sel fagosit dapat menjadi alkalis. Hal ini
terjadi karena protein yang bermuatan positif dalam pH yang alkalis bersifat
sangat toksik dan dapat merusak lapisan lemak dinding bakteri Gram negatif.
Selain itu, bakteri juga dapat terbunuh pada saat pH dalam fagosom menjadi asam
karena aktivitas lisozim. Melalui proses ini PMN memproduksi antibakteri yang
dapat berperan sebagai antibiotika alami (natural antibiotics).
Sistem imun sekretori
Permukaan mukosa usus mempunyai mekanisme pertahanan
spesifik antigen dan nonspesifik. Mekanisme nonspesifik terdiri dari peptida
antimikrobial yang diproduksi oleh neutrofil, makrofag dan epitel mukosa.
Peptida ini akan menyebabkan lisis bakteri melalui disrupsi pada permukaan
membran. Imunitas spesifik diperantarai oleh IgA sekretori dan IgM, dengan
dominasi IgA1 pada usus bagian awal dan IgA2 pada usus besar. Antibodi IgA mempunyai
fungsi proteksi dengan cara melapisi (coating) virus dan bakteri dan
mencegah adesi pada sel epitel di membran mukosa. Reseptor Fc dari kelas Ig
mempunyai afinitas tinggi terhadap neutrofil dan makrofag dalam proses
fagositosis. Apabila agen infeksi berhasil melewati barier IgA, maka lini
pertahanan berikutnya adalah IgE.
Adanya kontak antigen dengan IgE akan menyebabkan pelepasan
mediator yang menarik agen respons imun dan menghasilkan reaksi inflamasi akut.
Adanya peningkatan permeabilitas vaskular yang disebabkan oleh histamin akan
menyebabkan transudasi IgG dan komplemen, sedangkan faktor kemotaktik terhadap
neutrofil dan eosinofil akan menarik sel efektor yang diperlukan untuk
mengatasi organisme penyebab infeksi yang telah dilapisi oleh IgG spesifik dan
C3b. Penyatuan kompleks antibodi-komplemen pada makrofag akan menghasilkan
faktor yang memperkuat permeabilitas vaskular dan proses kemotaktik. Apabila
organisme yang diopsonisasi terlalu besar untuk difagosit, maka fagosit dapat
mengatasi organisme tersebut melalui mekanisme ekstraseluler, yaitu Antibody-Dependent
Cellular Cytotoxicity (ADCC).
Terminologi Sitokin
Sitokin merupakan protein-protein kecil yang berfungsi sebagai mediator dan
pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. Sitokin disekresikan oleh
sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh yang membawa sinyal antara sel-sel
lokal sehingga memiliki efek pada sel lain. Sitokin dihasilkan sebagai respon
terhadap stimulus sistem imun. Sitokin bekerja dengan mengikat
reseptor-reseptor membran spesifik, yang kemudian membawa sinyal ke sel melalui
tirosine kinase (second messanger). Sitokina berfungsi sebagai sinyal
interseluler yang mengatur hampir semua proses biologi penting seperti halnya
aktivasi, pertumbuhan, proliferasi, diferensiasi, proses inflamasi sel,
imunitas, serta pertahanan jaringan ataupun morfogenesis. Sitokina mempunyai
berat molekul rendah sekitar 8-40 kilo dalton, di samping kadarnya juga sangat
rendah.
Klasifikasi sel Sitokin
Sitokin adalah nama umum dari hasil sekresi sel tertentu,
nama yang lain diantaranya limfokin (dihasilkan limfosit), monokin (sitokin
yang dihasilkan monosit), kemokin (sitokin dengan aktivitas kemotaktik), dan
interkulin (sitokin yang dihasilkan oleh satu leukosit dan bereaksi pada
leukosit lain). Sitokina biasanya diproduksi oleh sel sebagai respon terhadap
rangsangan. Sitokina yang dibentuk segera dilepas dan tidak disimpan di dalam
sel. Satu sitokina dapat bekerja terhadap beberapa jenis sel dan dapat
menimbulkan efek melalui berbagai mekanisme. Setiap jenis sitokin dihasilkan
oleh sel berbeda dan digunakan pada sel target yang berbeda juga sehingga fungsinya
pun akan berbeda.
1 comment:
Mana kunci jawabannya?
Post a Comment