Tuhan apa hanya di mesjid , gereja , vihara , ataupun pura , sehingga kok banyak orang berbondong bondong kesana kalau lagi mau kepingin ketemu tuhan ?
Apakah Tuhan juga berada pada waktu tertentu saja ketika hari besar idulfitri , natal , nyepi , imlek , galungan kok manusia pada tahu ia di sana dan berbondong 2 menemuinya ?
dan Apakah yang tuhan kerjakan di luar itu , jika orang tidak berada di zona area itu dan tidak mengerti itu ?
Saya tidak memahami jika Tuhan hanya begitu dan mau dibegitukan ,
Saya pikir karena bayi lebih kecil dan lebih mudah dibuat. Tuhan tidak mau repot, jadi dititip saja sama Mama dan Papanya. Kan nanti Mama dan Papanya yang mengajarkan mereka bicara dan mengajarkan mereka berjalan. Dengan begitu Tuhan bisa lebih hemat waktu, karena Tuhan pasti sangat sibuk setiap hari.
Tugas Tuhan yang kedua adalah mendengarkan doa, karena setiap saat banyak sekali orang yang berdoa.Tuhan begitu sibuk sehingga tidak sempat dengarkan radio atau pun nonton TV. Tuhan bisa mendengar apa pun yang terjadi, sehingga saya sebenarnya tidak perlu merengek ke mama dan papa saya untuk membelikan sesuatu yang mereka tidak bisa belikan. MULAI BESOK SAYA AKAN MERENGEK KE TUHAN SAJA.”
begitu sederhananya pemikiran seorang anak. lalu bagaimana dengan kita yang telah dewasa?
jika kita tahu posisi tuhan dalam kehidupan kita, maka kita akan bisa memposisikan diri kita pada-Nya.
Suatu hari di Semarang sambil menunggu teman misa harian pagi. aku duduk di sudut bangunan gua Bunda Maria. Tiba-tiba aku tertarik melihat seorang wanita setengah baya. Kalau tidak bisa dikatakan sudah sepuh.. berjalan tertatih. sudah agak membungkuk dengan kemoceng ditangan dan serbet seadanya di pundaknya. Beliau datang menghampiri patung dan berkata. "Gusti Yesus. Gusti Maria..nyuwun sewu.. kulo bade resik-resik..!" (Gusti Yesus.. Gusti Maria.. mohon maaf, permisi, saya mau bersih-bersih). Aku tertegun dan secara tidak sadar tertarik dengan apa yang dilakukan si Ibu. Dengan perlahan (karena faktor umurnya mungkin) dia mulai membersihkan area sekitar gua. Menghilangkan debu yang ada.. membersihkan sisa2 lelehan lilin.. mengganti karangan bunga yang sudah tampak layu..Sekitar 1/2 jam berlalu. si ibu lalu selesai melakukan pekerjaannya. Sebelum meninggalkan tempat bekerjanya, si Ibu berkata lagi. "Gusti Yesus, Gusti Maria sampun, kulo sampun rampung.. mugi2 berkenan. Kulo bade nyambut gawe, mohon pangestune.." Duh nerjemahinnya gimana ya ? (Gusti Yesus.. Gusti Maria.. sudah, saya sudah selesai.. mudah2 berkenan. Saya mau bekerja.. minta restunya)...sekali lagi aku terpana. Doa yang sangat sederhana dari seorang yang juga sangat sederhana, tapi semuanya mencerminkan kepasrahan yang sangat dalam buatku.. aku tertarik.. jiwa isengku kumat. Aku ikutin si Ibu. Dihalaman gereja yang juga bersebelahan dengan sebuah sekolah katholik yang cukup ternama di kota itu, ternyata beliau menggelar jualannya. Si Ibu jualan nasi pecel. Agak jauh aku terus perhatikan si Ibu. setelah beliau selesai dan siap berjualan, langsung aku datangi, aku pengen tau dia lebih jauh dan sekalian sarapan pikirku..basa basi sebentar dan sambil nunggu pesenan aku coba ajak ngobrol beliau : memang biasa bersih2 di Gereja to Bu..?" "Iya mas.. sudah terbiasa dari dulu" "Sudah berapa lama bu.?" "Wah mas sejak gadis.." Wuih sudah lama banget itu pasti pikirku.. aku makin iseng nanyanya. "Koq tadi ga sisan ikut misa pagi to Bu..? Si Ibu senyum sambil ngasih nasi pecel pincu'an pesenanku. Terus beliau ngomong. "Saya muslim mas." Deg. bengong aku dengernya. Lama aku pegang tuh nasi pecel sambil bengong ngeliatin si Ibu. Ga karuan rasanya hati ini. "Dari muda aku sudah jualan ditempat ini mas. Aku dapet rejeki ditempat ini.. kan ga ada salahnya aku ingin menunjukkan rasa terima kasihku pada Yang Punya Tempat Ini. Aku ga salah to mas.?" Aku gelagepan ditanya gitu. "Wah ya ga to Bu. Ibu hebat banget.. ibu dibayar.? "Saya ga pernah minta itu mas. Saya ikhlas melakukannya.. sekedar menunjukkan rasa terima kasih saya. Tapi mungkin sekitar 5 tahun ini Romo maringi (memberi) saya 100rb sebulan.." "Putra berapa bu.? "3 mas. 1 laki2 2 perempuan. Sudah selesai semua mas." "Maksud ibu.?" "Yang perempuan dua duanya sudah nikah dan hidupnya lumayan. Yang laki2 4 tahun lalu sudah lulus sekarang sudah kerja" "Lulus apa bu.?" "Ekonomi mas. Sarjana. Wah ibu ga ngerti mas masalah itu. Yang penting mereka semua sudah bisa nguripi (menghidupkan) hidup mereka sendiri2. saya sekarang tetep jualan karena memang ini yang cuma sya bisa mas.. ga pengen nganggur dirumah" "Nyuwun sewu.. Bapak masih ada Bu..?" "Masih mas. Tuh mbecak. Mangkalnya juga disini.." Aku bengong. Ga bisa berkata-kata. Nunduk sambil makan. Tiba2 si Ibu ngomong lagi. "Mungkin saya keliatan aneh ya mas. Saya muslim, saya sholat tapi saya masukke gereja, mungkin bahasa mas saya berdoa disana.. saya sendiri ga ngerasa berdoa disana.. saya cuma minta ijin dan minta restu saja. Tapi mungkin ini bisa buat mas bawa pulang nanti. Kalau Tuhan itu ada dimana-mana. Dan Dia itu untuk siapa saja. Ga pernah membeda-bedakan.. manusia aja mas yang senengnya membeda2kan. Maaf ya mas kalau saya salah. Maklum orang kecil dan bodo saya. Ga pernah sekolah." "Ga bu. Ibu ga salah. Ibu hebat. Bahkan mungkin dari orang yang paling pinter sekalipun. Beruntung saya bisa ketemu ibu.." Aku ga sanggup ngomong apa2 lagi. Setelah pamit.. aku jalan kaki pulang ketempat saya tinggal dan hari itu ga habis rasa kagumku pada si Ibu. dengan kesederhanaannya. Beliau mengajarkan aku dan menunjukkan aku satu hal yang sangat luar biasa. Tuhan ada dimana-mana.. Tuhan ada buat semua orang. Selama kita pasrah, berserah, percaya dan tulus meminta padaNya. Dia pasti menunjukkan jalan buat kita. God Bless U Mbok Narti.. God Bless U and your family.
Kejadian itu mungkin sekitar 5 tahun lalu. Dan 2 tahun setelah itu aku kesana lagi.. beliau sudah tidak berjualan. Padahal kangen aku pengen ketemu beliau.. mungkin beliau sudah dilarang anaknya jualan lagi.. dan berbahagia bersama cucu2nya.
Ketika cerita diatas saya baca dan saya rangkaikan ternyata ketika mati juga nggak ditanya apa agama dan doanya namun ditanya apa yang sudah anda kerjakan di dunia , apa yang sudah anda perbuat sesuai Habluminanas dan Habluminallah ( peduli sesama dan lingkungan , tunduk dan menjalankan perintah Nya ) saya teringat kalimat menarik dari Presiden Indonesia yang kukagumi setelah Soekarno yaitu Gus Dus dalam seminarnya ia bicara demikian ......sepertinya ini bisa digunakan sebagai Way of Life di dunia ..
Apakah Tuhan juga berada pada waktu tertentu saja ketika hari besar idulfitri , natal , nyepi , imlek , galungan kok manusia pada tahu ia di sana dan berbondong 2 menemuinya ?
dan Apakah yang tuhan kerjakan di luar itu , jika orang tidak berada di zona area itu dan tidak mengerti itu ?
Saya tidak memahami jika Tuhan hanya begitu dan mau dibegitukan ,
- Yang saya tahu Tuhan pasti dengan Acceptable , Capable and Iso able mudah untuk ditemui
- hanya kita dan bawa bawa pengaruh lingkungan saja sepertinya tuhan sepertinya sulit nggak mau menemui
- Mendengar cerita dari sesorang yang melihat tulisan seorang bocah kelas 3 SD di California bernama Danny Dutton.
- Danny menulis tentang Tuhan dan apa saja sih kerjaan Tuhan..sangat menarik ketika membaca filosofi Tuhan dari kacamata anak kelas 3 SD. Berikut tulisan beliau :
Saya pikir karena bayi lebih kecil dan lebih mudah dibuat. Tuhan tidak mau repot, jadi dititip saja sama Mama dan Papanya. Kan nanti Mama dan Papanya yang mengajarkan mereka bicara dan mengajarkan mereka berjalan. Dengan begitu Tuhan bisa lebih hemat waktu, karena Tuhan pasti sangat sibuk setiap hari.
Tugas Tuhan yang kedua adalah mendengarkan doa, karena setiap saat banyak sekali orang yang berdoa.Tuhan begitu sibuk sehingga tidak sempat dengarkan radio atau pun nonton TV. Tuhan bisa mendengar apa pun yang terjadi, sehingga saya sebenarnya tidak perlu merengek ke mama dan papa saya untuk membelikan sesuatu yang mereka tidak bisa belikan. MULAI BESOK SAYA AKAN MERENGEK KE TUHAN SAJA.”
begitu sederhananya pemikiran seorang anak. lalu bagaimana dengan kita yang telah dewasa?
jika kita tahu posisi tuhan dalam kehidupan kita, maka kita akan bisa memposisikan diri kita pada-Nya.
Suatu hari di Semarang sambil menunggu teman misa harian pagi. aku duduk di sudut bangunan gua Bunda Maria. Tiba-tiba aku tertarik melihat seorang wanita setengah baya. Kalau tidak bisa dikatakan sudah sepuh.. berjalan tertatih. sudah agak membungkuk dengan kemoceng ditangan dan serbet seadanya di pundaknya. Beliau datang menghampiri patung dan berkata. "Gusti Yesus. Gusti Maria..nyuwun sewu.. kulo bade resik-resik..!" (Gusti Yesus.. Gusti Maria.. mohon maaf, permisi, saya mau bersih-bersih). Aku tertegun dan secara tidak sadar tertarik dengan apa yang dilakukan si Ibu. Dengan perlahan (karena faktor umurnya mungkin) dia mulai membersihkan area sekitar gua. Menghilangkan debu yang ada.. membersihkan sisa2 lelehan lilin.. mengganti karangan bunga yang sudah tampak layu..Sekitar 1/2 jam berlalu. si ibu lalu selesai melakukan pekerjaannya. Sebelum meninggalkan tempat bekerjanya, si Ibu berkata lagi. "Gusti Yesus, Gusti Maria sampun, kulo sampun rampung.. mugi2 berkenan. Kulo bade nyambut gawe, mohon pangestune.." Duh nerjemahinnya gimana ya ? (Gusti Yesus.. Gusti Maria.. sudah, saya sudah selesai.. mudah2 berkenan. Saya mau bekerja.. minta restunya)...sekali lagi aku terpana. Doa yang sangat sederhana dari seorang yang juga sangat sederhana, tapi semuanya mencerminkan kepasrahan yang sangat dalam buatku.. aku tertarik.. jiwa isengku kumat. Aku ikutin si Ibu. Dihalaman gereja yang juga bersebelahan dengan sebuah sekolah katholik yang cukup ternama di kota itu, ternyata beliau menggelar jualannya. Si Ibu jualan nasi pecel. Agak jauh aku terus perhatikan si Ibu. setelah beliau selesai dan siap berjualan, langsung aku datangi, aku pengen tau dia lebih jauh dan sekalian sarapan pikirku..basa basi sebentar dan sambil nunggu pesenan aku coba ajak ngobrol beliau : memang biasa bersih2 di Gereja to Bu..?" "Iya mas.. sudah terbiasa dari dulu" "Sudah berapa lama bu.?" "Wah mas sejak gadis.." Wuih sudah lama banget itu pasti pikirku.. aku makin iseng nanyanya. "Koq tadi ga sisan ikut misa pagi to Bu..? Si Ibu senyum sambil ngasih nasi pecel pincu'an pesenanku. Terus beliau ngomong. "Saya muslim mas." Deg. bengong aku dengernya. Lama aku pegang tuh nasi pecel sambil bengong ngeliatin si Ibu. Ga karuan rasanya hati ini. "Dari muda aku sudah jualan ditempat ini mas. Aku dapet rejeki ditempat ini.. kan ga ada salahnya aku ingin menunjukkan rasa terima kasihku pada Yang Punya Tempat Ini. Aku ga salah to mas.?" Aku gelagepan ditanya gitu. "Wah ya ga to Bu. Ibu hebat banget.. ibu dibayar.? "Saya ga pernah minta itu mas. Saya ikhlas melakukannya.. sekedar menunjukkan rasa terima kasih saya. Tapi mungkin sekitar 5 tahun ini Romo maringi (memberi) saya 100rb sebulan.." "Putra berapa bu.? "3 mas. 1 laki2 2 perempuan. Sudah selesai semua mas." "Maksud ibu.?" "Yang perempuan dua duanya sudah nikah dan hidupnya lumayan. Yang laki2 4 tahun lalu sudah lulus sekarang sudah kerja" "Lulus apa bu.?" "Ekonomi mas. Sarjana. Wah ibu ga ngerti mas masalah itu. Yang penting mereka semua sudah bisa nguripi (menghidupkan) hidup mereka sendiri2. saya sekarang tetep jualan karena memang ini yang cuma sya bisa mas.. ga pengen nganggur dirumah" "Nyuwun sewu.. Bapak masih ada Bu..?" "Masih mas. Tuh mbecak. Mangkalnya juga disini.." Aku bengong. Ga bisa berkata-kata. Nunduk sambil makan. Tiba2 si Ibu ngomong lagi. "Mungkin saya keliatan aneh ya mas. Saya muslim, saya sholat tapi saya masukke gereja, mungkin bahasa mas saya berdoa disana.. saya sendiri ga ngerasa berdoa disana.. saya cuma minta ijin dan minta restu saja. Tapi mungkin ini bisa buat mas bawa pulang nanti. Kalau Tuhan itu ada dimana-mana. Dan Dia itu untuk siapa saja. Ga pernah membeda-bedakan.. manusia aja mas yang senengnya membeda2kan. Maaf ya mas kalau saya salah. Maklum orang kecil dan bodo saya. Ga pernah sekolah." "Ga bu. Ibu ga salah. Ibu hebat. Bahkan mungkin dari orang yang paling pinter sekalipun. Beruntung saya bisa ketemu ibu.." Aku ga sanggup ngomong apa2 lagi. Setelah pamit.. aku jalan kaki pulang ketempat saya tinggal dan hari itu ga habis rasa kagumku pada si Ibu. dengan kesederhanaannya. Beliau mengajarkan aku dan menunjukkan aku satu hal yang sangat luar biasa. Tuhan ada dimana-mana.. Tuhan ada buat semua orang. Selama kita pasrah, berserah, percaya dan tulus meminta padaNya. Dia pasti menunjukkan jalan buat kita. God Bless U Mbok Narti.. God Bless U and your family.
Kejadian itu mungkin sekitar 5 tahun lalu. Dan 2 tahun setelah itu aku kesana lagi.. beliau sudah tidak berjualan. Padahal kangen aku pengen ketemu beliau.. mungkin beliau sudah dilarang anaknya jualan lagi.. dan berbahagia bersama cucu2nya.
Ketika cerita diatas saya baca dan saya rangkaikan ternyata ketika mati juga nggak ditanya apa agama dan doanya namun ditanya apa yang sudah anda kerjakan di dunia , apa yang sudah anda perbuat sesuai Habluminanas dan Habluminallah ( peduli sesama dan lingkungan , tunduk dan menjalankan perintah Nya ) saya teringat kalimat menarik dari Presiden Indonesia yang kukagumi setelah Soekarno yaitu Gus Dus dalam seminarnya ia bicara demikian ......sepertinya ini bisa digunakan sebagai Way of Life di dunia ..
No comments:
Post a Comment