Friday, June 10, 2011

GUBRAK - TULANG RETAK-PECAH

Ketika saya mbonceng motor tanggal 8 juni yang lalu , sewaktu perjalanan dari Tangerang ke Jakarta sehabis melayat paklik Dar meninggal karena sesak nafas , tepat jam 20.20 wib di depan Pabrik keramik TOTO , tiba tiba anak saya Dimas nggak bisa mengendalikan jalannya motor ketika masuk kejalan yang berlobang, GobraK jatuh deh , anak saya bonyok dengkul dan kaki kirinya juga kesleo , saya reatak deh tulang pergelangan tangan sebelah kiri ...tangan kiri bengkak , kaki luka ....Ke Rumah sakit terdekat masuk ICU ....sepertinya pengalaman di RS kurang bagus ...dokter tidak memperlakukan pasiennya dengan lebih baik .... hanya melihat , setelah saya tunjukkan tangan saya bengkak baru ia ngomong terjadi Fraktur , kaki yang bonyok juga nggak di lihat ........apa dan bagaimana sih S.O.P - ICU tentang fraktur ...

Apa yang harus dilakukan setelah itu ...diam dirumah baca informasi tulang pecah , jadilah postingan ini hehehe.....semoga berguna , setidaknya untuk di rumah , jika baik bisa dipakai di UKS / PUSKESMAS mungkin RS cara mengatasi fraktur hehe
  • Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan.
  • Fraktur bisa tertutup naamun bisa terbuka , fraktur tertutup bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. sedang fraktur terbuka jika fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi
  • Fraktur bisa terjadi dimana bisa femur , siku dan lainnya , pada femur (paha) adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. 
  • Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok sedang fraktur pada siku / Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasan langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi tersebut
Berdasar pada kondisinya Fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
  1. Cedera traumatic
  2. Fraktur Patologik
  3. Secara spontan
1. Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
  1. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
  2. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
  3. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2. Fraktur Patologik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
  1. Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.
  2. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
  3. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR
  1. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
  2. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit
  3. Fraktur complete
  4. Fraktur incomplete
Fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :
1. Derajat I
  • luka kurang dari 1 cm
  • kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.
  • fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.
  • Kontaminasi ringan.
2. Derajat II
  • Laserasi lebih dari 1 cm
  • Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
  • Fraktur komuniti sedang.
3. Derajat III
  • Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.
Fraktur complete
  • Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergerseran (bergeser dari posisi normal).
Fraktur incomplete

Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
Jenis khusus fraktur meliputi
1. Bentuk garis patah
2. Jumlah garis patah
3. Bergeser-tidak bergeser

Frakture bentuk garis patah meliputi
1. Garis patah melintang
2. Garis pata obliq
3. Garis patah spiral
4. Fraktur kompresi
5. Fraktur avulse

Frakture Jumlah garis patah meliputi
1. Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2. Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling berhubungan
3. Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan.

Frakture bergeser-tidak bergeser
1. Fraktur tidak bergeser garis patali kompli tetapi kedua fragmen tidak bergeser.
2. Fraktur bergeser, terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut di lokasi fragmen

Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu :
1. Fase hematum
2. Fase granulasi jaringan
3. Fase formasi callus
4. Fase ossificasi
5. Fase consolidasi dan remadelling

1. Fase hematum
Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur
Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat
2. Fase granulasi jaringan
• Terjadi 1 – 5 hari setelah injury
• Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis
• Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru fogoblast dan osteoblast.
3. Fase formasi callus
• Terjadi 6 – 10 harisetelah injuri
• Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus
4. Fase ossificasi
• Mulai pada 2 – 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh
• Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium yang menyatukan tulang yang patah
5. Fase consolidasi dan remadelling
• Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas osteoblast dan osteuctas

TANDA DAN GEJALA FRAKTURE
  1. Deformitas
  2. Bengkak
  3. Echumosis
  4. Spasme otot
  5. Tenderness/keempukan
  6. Nyeri
  7. Kehilangan sensasi
  8. Pergerakan abnormal
  9. Shock hipovolemik
  10. Krepitasi
  1. Deformitas : Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti : Rotasi pemendekan tulang Penekanan tulang
  2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
  3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
  4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
  5. Tenderness/keempukan
  6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
  7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
  8. Pergerakan abnormal
  9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
  10. Krepitasi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG MENGGUNAKAN DATA
  1. Foto Rontgen
  2. Skor tulang tomography
  3. Artelogram
  4. Hitung darah lengkap
  5. Profil koagulasi
1. Foto Rontgen
  • Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung
  • Mengetahui tempat dan type fraktur
  • Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik
2. Skor tulang tomography
  • Skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Artelogram
  • dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap HT mungkin
  • meningkat ( hemokonsentrasi )
  • menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)
  • Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma
5. Profil koagulasi
  • perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati
PENATALAKSANAAN

1. Fraktur Reduction
  • Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya.
  • Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi pembedahan, seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti plates batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien.
Peralatan traksi :
  • Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendek
  • Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang.
2. Fraktur Immobilisasi
  • Pembalutan (gips)
  • Eksternal Fiksasi
  • Internal Fiksasi
  • Pemilihan Fraksi
3. Fraksi terbuka
  • Pembedahan debridement dan irigrasi
  • Imunisasi tetanus
  • Terapi antibiotic prophylactic
  • Immobilisasi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur meliputi :
  1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
  2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur.
  3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
  4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
  5. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
  6. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.
NYERI
  • Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
Intervensi dan Implementasi :
  1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga , hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif
  2. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri , tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri
  3. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri , memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri.
  4. Observasi tanda-tanda vital , untuk mengetahui perkembangan klien
  5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic . merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.
INTOLERANSI
  • Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
INDIKATOR
  1. perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
  2. mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
  3. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi dan Implementasi :
  1. Rencanakan periode istirahat yang cukup , mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
  2. Berikan latihan aktivitas secara bertahap, tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
  3. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan, mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
  4. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien, menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.
KERUSAKAN KULIT
  • Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara tidak diinginkan. Yang dilakukan penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
INDIKATOR
  1. Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
  2. luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
  3. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi dan Implementasi :
  1. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka, mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.
  2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka, mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.
  3. Pantau peningkatan suhu tubuh, suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.
  4. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas, tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.
  5. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement, agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.
  6. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan, balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.
  7. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi, antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.
HAMBATAN MOBILITAS FISIK
  • Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih, menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
INDIKATOR
  1. penampilan yang seimbang.
  2. melakukan pergerakkan dan perpindahan.
  3. mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :0
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi dan Implementasi :
  1. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan, mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
  2. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas, mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
  3. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu, menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
  4. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif, mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
  5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi, sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.
RESIKO FISIK
  • Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit. infeksi tidak terjadi / terkontrol.
INDIKATOR
  1. tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
  2. luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
  3. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi dan Implementasi :
  1. Pantau tanda-tanda vital, mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.
  2. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic, mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.
  3. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.untuk , mengurangi risiko infeksi nosokomial.
  4. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit. penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi.
  5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotic, antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
KURANG PENGETAHUAN
  • Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.
INDIKATOR
  1. melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
  2. memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
Intervensi dan Implementasi:
  1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya, mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
  2. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang, dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
  3. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya, diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
  4. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan, mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
EVALUASI
  • Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur adalah :
  1. Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
  2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
  3. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai
  4. Menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
  5. Infeksi tidak terjadi / terkontrol
  6. Mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan

No comments:

Support web ini

BEST ARTIKEL